Bagian 7

959 Kata
Terjebak dengan derasnya hujan membuat cinta menepikan motor maticnya di sebuah warung pinggir jalan, ia segera mematikan motornya dan turun untuk berteduh. Wanita itu mengehembuskan nafasnya Panjang sambil mencari tempat duduk. Guyuran hujan, suara Guntur dan kilatnya petir membawa dampak damai baginya apalagi kalau malam saat jam tidur. Cinta mengusap telapak tangannya karena dingin kepalanya ia dongakan keatas melihat air itu turun dengan deras. ‘’Mau nasi kungin nak dan teh hangat?’’ ujar seorang wanita paruh baya yang membawakan Cinta makanan dan minuman. Cinta terkaget tak menyangka. ‘’Ibu Makasih tapi saya gak pesen.’’ Balas Cinta sopan. ‘’Gakpapa Nak, ini untukmu gratis. Ayo sarapan…’’ bule yang punya warung itu meletakan makanan tadi di meja dan duduk bersama Cinta. Cinta dengan bahagia melepas helm yang sedari tadi ia tidak lepas dan ingin sarapan. ‘’makasih ya Bule.’’ Jawab Cinta tulus. *** Setelah hujan mereda Cinta kemudian pamit tentu dengan perut yang super kenyang. Cinta pergi kemotornya ia membuka jok motor untuk mengambil kain yang akan dielap ke jok motor. Setelah kering Cinta memasukannya Kembali dan duduk diatas motor. Waktunya bekerja, semangat. *** Setelah sampai kantor hal yang dilakukannya adalah beres- beres. Mulai dari membuka jendela, menyalakan kipas angin agar hawa dari dalam bisa keluar. Cinta berdiri didepan jendela tak sadar ia melamun memikirkan dirinya sendiri, ‘’Cin, pergi yuk. Kita kabur… hidup sendiri saja.’’ Gumam cinta ke diri sendiri. Cinta langsung tertawa pelan ia menghapus air matanya yang ingin keluar. Kalimat itu adalah mantra dari cita- citanya yang ingin pergi dari keluarga. Bayangin saja ia selalu dituduh oleh ibunya dan saudara perempuannya terkait menyukai sang kakak Ipar, padahal sedikitpun ia tidak berkepikiran seperti itu. Ibunya jahat sangat jahat beliau tidak menyakiti secara fisik tapi secara mental. Cinta ingin ibunya cepat mati biar dia bisa bebas, tapi doa itu ditepisnya, biar bagaimanapun niat itu jahat. Cinta ingin mengumpulkan uang yang banyak lalu setelah itu ia bisa pergi. Pergi jauh dari mereka semua yang toxic. Cinta ingin melupakan sejenak isi hatinya, ia harus bekerja hingga pulang nanti. ** Senyuman cinta merekah saat lelaki yang disukainya menelfon. “Hallo cantik, lagi dimana?’’ tanyanya. ‘’Makan siang di warung kak.’’ ‘’Warung mana tuu…’’ ‘’Mie ayam dekat kantor.’’ ‘’Makan sudah cantik.’’ ‘’Sudah selesai kak.’’ ‘’Oh, gitu. Sabar ya nanti kita ketemu.’’ ‘’Iya saying, kakak dimana? Udah sampai dimana?’’ ‘’Masih empat jam lagi sayang sabar.’’ ‘’Oke deh,’’ cinta terdiam sejenak. ‘’Kakak.’’ Panggil cinta lirih air matanya berlinang, ingin bertlinang sebenarnya hanya saja ia tahan. ‘’Kabur yuk.’’ Katanya lirih ia mengeluarkan air matanya sungguh ia ingin pergi.’’ ‘’Ayo sayang mau kemana?’’ ‘’Kabur, pergi jauh dari sini… gak tau mau kemana.’’ ‘’seriusan? Ayo.’’ ‘’Tapi keluarga kakak.’’ ‘’Gak ada yang peduli sama aku sayang. Aku kerja buat hidup  sendiri. Sabar ya. Tunggu aku pulang nanti kita jalan bareng.’’ ‘’Okay kak. ‘’Yaudah jangan nangis sayang, nanti cantiknya hilang.’’ ‘’Aaa kakak biasa aja,’’ cinta melihat jam di hpnya. ‘’Kakak, aku balik ke kantor dulu ya. Udah jam masuk kerja.’’ ‘’Iya sayang, gak usah dimatikan telpnya supaya aku bisa dengar suaramu.’’ ‘’Ya ampun.’’ Cinta tersipu malu sambil berdiri. ‘’Iyaudah sayang, aku biarin ya.’’ ** Setelah bekerja akhirnya ia pulang. Cinta naik diatas motor dan memasang helm. Saat sudah siap ingin pergi seseorang menegurnya dari belakang. Ramma memegang belakang motor Cinta agar Wanita itu menengok. ‘’Kakak.’’ Pekik Cinta dan Ramma tertawa. ‘’Hai sayang, kejutan.’’ ‘’Katanya,’’ perkataan cinta terpotong ia menengok kebelakang dan Ramma terkekeh. ‘’Aku sudah dari siang sayang cuma kasih kejutan aja.’’ ‘’Tau ah.’’ Rajuk Cinta. ‘’Maaf ya. Nanti malam jalan yuk.’’ ‘’Mau kemana?’’ ‘’Jalan- jalan malam aja.’’ ‘’Kakak gak capek?’’ ‘’Untukmu aku gak capek kok. Mau ya?’’ ‘’Okay, aku pulang dulu ya.’’ ‘’Hati- hati sayang.’’ ‘’Oke sayang.’’ ** Habis maghrib Cinta keluar dengan motornya, Ramma sudah menunggunya didepan minimarket dekat gang. Disana Ramma dengan sabar menungguya sambal bermain hp. Tak lama Cinta sampai dan Ramma memasukan hpnya dikantong. ‘’Pake motor aku aja.’’ Kata Cinta. Ramma turun dari motornya mengunci stang setelah itu ke motor Cinta. Untuk pertama kalinya mereka jalan, Cinta turun dan Ramma naik ke motor. ‘’Ayo cantik.’’ Kata Ramma sambal bersiap megang stang motor. Cinta naik dibelakang Ramma dan motor itu meninggalkan parkiran minimarket. Cinta memeluk pinggang Ramma dan lelaki itu tersenyum. ‘’Mau kemana kita sayang?’’ tanya Ramma dengan suara yang agak keras sambil membawa motor. ‘’Gak tau, terserah kakak aja mau kemana.’’ Jawab Cinta sambil menyandarkan kepalanya di punggung kiri lelaki itu.. setelah dijalan yang sepi Ramma menjalankan motornya pelan, tangan kirinya memegang tangan Cinta yang melilit di pinggangnya, Cinta membuka tangan sebelah kiri dan mereka saling menggenggam. ‘’Telur gulung mau gak?’’ tawar Ramma. Cinta mengangguk. ‘’Mau sayang.’’ ‘’Oke, berangkat.’’ Kata Ramma dan Cinta tertawa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN