11

1301 Kata
Kinan bangun dari tidurnya sekitar jam sepuluh pagi karena suara gedoran pintu yang keras itu terpaksa membuatnya harus membuka kelopak matanya. Ketukan pintu itu semakin membuat Kinan terganggu, akhirnya Kinan memutuskan untuk turun dari kasurnya setelah beberapa menit terdiam di atasnya tanpa melakukan apa pun. Sebelum membukakan pintu untuk sang tamu, Kinan memastikan bahwa dirinya tidak seburuk waktu awal datang ke rumah. “Kinan, lo tega banget ya sama gua. Lo nggak pernah nganggap gua sabahat lo ya? terus kebersamaan kita selama ini itu apa?” tanya Della, wajahnya terlihat sangat kesal. Baru saja membuka pintu rumahnya, Kinan sudah dikejutkan dengan berbagai rentetan pertanyaan dari Della. Sahabatnya itu benar-benar terlihat kesal tyang tercetak jelas di wajahnya. “Dell, kalo mau marah-marah sebaiknya duduk dulu!” perintah Kinan. “Gua lagi marah sama lo, Kinan,” ucap Della sembari mengikuti langkah Kinan lalu duduk di kursi tepat di sebelah Kinan. “Kenapa lo bolos sekolah? Lo kan tau itu tindakan tidak terpuji,” omel Kinan seolah gadis itu melupakan kemarahan Della terhadapnya. “Nggak usah mengalihkan topik pembicaraan Kinan, gua datang ke sini buat ngomelin lo yang udah tega menyembunyikan masalah lo sama gua yang notabene adalah sahabat lo sendiri.” Della menatap Kinan penuh kekesalan. “Jawab dulu pertanyaan gua, kenapa lo bolos? Ingat, sahabat lo ini ketua osis. Setelah lo jawab pertanyaan gua, baru gua mau jawab pertanyaan dari lo,” ucap Kina ada siratan ketegasan di wajah dan nadanya. Della mendengus kesal. “Ok! Gua bakalan jawab pertanyaan lo. kenapa gua bolos? Ingat, sahabat lo ini nggak pernah bolos, gua tadi udah izin sama guru buat jenguk lo karena nggak masuk hari ini. Sekarang lo jelasin kenapa lo hari ini nggak masuk sekolah dan kenapa kemarin Gavin liat lo lari di koridor sekolah sambil nangis?” Mata belo Della tidak lepas menatap penuh selidik kearah Kinan. Kinan menghela napsanya pelan. “Gua dapet kabar kalo mama gua kambuh lagi. Untung aja kemaren ada tetangga yang bawa mama gua ke rumah sakit. Saat itu tetangga gua liat mama udah pingsan tidak berdaya di atas lantai dengan darah di tangannya. Mama gua kambuh lagi Dell,” jelas Kinan dengan pandangan kosong lurus ke depan pikirannya tertuju pada Zena yang tengah merasakan kesakitan. Hati Della seketika meluluh, jiwa keibuannya tiba-tiba muncul ketika melihat sahabat satu-satunya itu menitihkan air mata. “Kinan, gua minta maaf ya udah ngomelin lo, gua nggak tau kalo tante Zena kambuh,” ucap Della penuh penyesalan di dalamnya. Tubuhnya merapat pada Kinan lalu memeluk sahabatnya itu dengan begitu erat seolah tengah menyalurkan semangat. Kinan mengusap tangan Della yang memeluknya. “Nggak pa-pa Dell, gua tau kok. Lagian ini juga salah gua nggak ngasih kabar lo dari sepulang sekolah dan menurut gua lo ngomel itu wajar, karena lo khawatirkan sama gua ‘kan?” tanya Kinan mata sipinta menatap Della yang masih setia memeluknya. Della mengurai pelukannya, pipinya sudah dibanjiri oleh air mata. “Terus sekarang kondisi tante Zena gimana?” tanya Della tersirat kekhawatidan di wajahnya. Kinan tersenyum lembut. “Mama gua udah baikan kok, tapi …” Kinan menggantung ucapannya  tenggorokannya terasa tercekat ketika ingin melanjutkan penjelasannya. Diamnya Kinan semakin membuat Della penasaram. “Tapi kenapa Kin?” tanya Della semakin memaksa Kinan untuk melanjutkan ucapannya yang sempat tertunda. “Mama udah nggak bisa liat apa-apa Dell, karena efek samping obat yang sering diminumnya,” jelas Kinan, seketika tangisnya pecah. Membayangkan mamanya yang sudah tidak bisa melihat indahnya dunia dan tidak bisa melihat senyum Kinan lagi. “Maaf gua nggak cerita tentang masalah gua karena gua nggak mau lo kepikiran, Dell,” sambungnya. Della semakin merasa bersalah kepada Kinan. Ternyata selama ini Kinan menyimpan masalahnya sendiri tanpa ada seseorang pun yang menemaninya mencurahkan segala keluh kesah di hatinya. Della begitu paham bagaimana perasaan Kinan saat ini, pastilah sangat hancur dan tidak tahu harus berbuat apa. Ditambah lagi tidak ada sosok seorang papa di sampingnya sejak kecil, seharunya seorang papa pula lah yang memeluk Kinan saat ini di kala gadis itu rapuh. Kinan memang terlihat tegas dan galak, namun ketahuilah dia adalah sosok gadis yang rapuh dan butuh pelukan kasih sayang. “Sekarang gua siap lahir batin buat dengerin segala curahan hati lo, Kinan. Gua akan selalu setia ada di samping lo. ingat, kita bukan lagi orang asing,” ucap Della memandang Kinan lembut. Kinan melihat jelas tatapan ketulusan dari Della. Hati Kinan memang ingin mencurahlan segala keluh kesahnya, namun Kinan juga tahu, Della pasti juga mempunyai masalah sendiri yang belum bisa diselesaikan. Kianan menyentuh pundak Della untuk memberi tahukan bahwa dirinya baik-baik saja untuk saat ini. “Lo nggak usah khawatir, lo udah ada di samping gua aja udah seneng. Kita emang bukan orang asing Dell, tapi gua cukup sadar kalo lo juga punya masalah pribadi dan gua nggak mau nambahin beban pikiran lo,” ucap Kinan mencoba menjelaskan kekhawatiran yang selama ini membelenggu di hatinya. Della menatap Kinan penuh dengan ketulusan, bukan masalah jika Kinan mau berbagi cerita dengannya karena sudah tidak seperti orang asing lagi di antara keduannya. Ya, Della tidak pernah mempermasalahkan jika Kinan menceritakan semua kepadanya. “Tapi setidaknya lo sharing ke gua Nan, kita bisa bertukar cerita kok dan nyari jalan keluarnya sama-sama,” ucap Della. Kinan menyentuh pundak Della dengan senyum yang menandakan dirinya baik-baik saja. “Lo tenang aja, gua baik-baik aja kok.” “Gua tau kok lo sahabat gua paling kuat dan nggak gampang cengeng dan gua juga yakin lo bisa menyelesaikan masalah ini secepatnya.” Della kembali memeluk tubuh Kinan dengan penuh kasih sayang menyalurkan segala semangat yang berkobar dalam dirinya. Della sangat bangga dengan sosok Kinan, yang mampu berdiri di kakinya sendiri tanpa harus merepotkan orang lain. Walaupun, terkadang Della sering kali melihat Kinan murung seorang diri, tapi sahabatnya itu tidak pernah ingin berbagi cerita kepadannya dengan alasan tidak ingin menambah beban. “Makasih Dell.” Kinan pun semakin mengeratkan pelukannya. “Oh ya, gimana kalo kita jenguk tante Zena?” usul Della sembari mengurai pelukannya. “Nggak usah Dell, nanti lo bisa jenguk mama gua kalo udah nyampe rumah. Gua tau kalo lo juga punya urusan sendiri.” “Nggak Nan, pokoknya gua mau ikut lo ke rumah sakit buat jenguk tante Zena,” ucap Della tanpa bisa dibantah. Kinan hanya bisa menghela napasnya pelan lalu mengangguk sembari melemparkan senyum tipis. “Ya udah, gua mau siap-siap dulu.” Kinan yang sudah beranjak dari duduknya tiba-tiba teruduk kembali. “Tapi inikan masih jam pelajaran Dell, nanti lo ketinggalan pelajaran gimana? Gua nggak mau lo bolos sekolah gara-gara gua,” sambung Kinan. “Gua udah izin sama bu Momina kalo ada urusan penting dan beliau juga udah ngizinin kok. Jadi, tunggu apa lagi? cepetan sana siap-siap!” Della mendorong tubuh Kinan untuk berdiri dan akhirnya berhasil. “Yang bener?” tanya Kinan masih menatap Della penuh curiga. Della mengangguk mantap. “Iya Kinandita sahabatnya Vandella yang paling cantik dan imut,” ucap Della diakhiri dengan gelak tawa, melihat tawa Della yang lebar seketika membuat Kinan tertawa juga. *** Kinan dan Della sudah sampai di rumah sakit, saat ini keduanya tengah berada di dalam kamar Zena. Della memandang iba kepada wanita yang tengah terbaring lemah di atas brangkar rumah sakit itu. Di hadapannya itu merupakan sosok wanita yang patut untuk dijadikan panutan, sosok wanita penyabar dan penuh akan kasih sayang. “Della, tante titip Kinan ya selama tante di rumah sakit,” ucap Zena. “Iya tante, Della pasti akan menjaga Kinan,” angguk Della menyetujui. Sampai detik ini, penglihatan Zena belum juga pulih. Rasanya Kinan tidak tega bila melihat mama yang paling dirinya sayang harus kehilangan indera penglihatannya. Kinan bergerak mengubah duduknya menjadi menghadap pintu kamar rawat Zenna. Mata sipit Kinan tengah meneliti seseorang di sebrang sana yang terlihat tengah mengawasinya. ‘Bukannya itu bapak yang kemarin gua tabrak ya?’ tanya Kinan di dalam hati. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN