Beberapa waktu kemudian, tepat hari ini, Hari Jumat, Agatha menerima pengumuman kelulusan atas ujiannya satu minggu yang lalu. Hasil yang cukup memuaskan baginya. Sungguh, tidak mudah menjalani pendidikan selama tiga tahun disambil menjalani merintis karier. Tapi, hal itu tidak menjadi hambatan baginya. Semuanya berjalan secara seimbang. Tentu, hal itu karena dukungan dan bantuan dari Elizha. Tidak bisa dibayangkan jika kalian kehilangan sosok ibu, mungkin hidup akan terasa hampa dan berantakan.
Percaya atau tidak, seorang ibu memiliki seribu tangan. Apa pun itu jika dicari oleh tangan seorang ibu bakal ketemu. Padahal, sebelumnya telah dicari di tempat yang sama, tapi tidak terlihat sama sekali. Hebatnya seorang ibu, mampu melakukan pekerjaan yang sangat padat, tapi sayang banyak seorang anak atau suami yang tidak menghargai itu. Banyak yang melupakan betapa mulianya seorang ibu yang bekerja tanpa gaji.
Setelah selesai wisuda SMA, Agatha pergi ke lokasi untuk syuting. Di hari yang sama, dia mendapatkan jadwal untuk mengisi acara musik. Sebuah acara yang disiarkan tidak secara langsung.
“Tha lulus, kan?” tanya Febby yang sudah siap dengan kostumnya.
Sebuah pakaian bernuansa krem putih telah melekat dalam tubuhnya. Sedangkan, Agatha masih berantakan mengenakan seragam SMA. Agatha mengangguk dengan semangat diiringi senyuman. Tidak lama kemudian, Agatha berjalan menuju toilet untuk membersihkan wajah dan mengganti pakaian yang sesuai dengan tema hari ini.
Lima belas menit kemudian, Agatha telah siap untuk melakukan kegiatannya hari itu. Dari jauh, terlihat Elizha yang menghampiri Agatha. Di tangannya membawa sebuah kotak nasi jatah Agatha dari pihak tim produksi.
“Tha, makan dulu. Tadi belum sempat makan, kan?”
Elizha menyuapkan nasi ke mulut anaknya. Satu suap nasi sangat berarti untuknya. Apalagi, disuapi oleh ibunya menggunakan tangan yang begitu mulia. Agatha meneguk air putih dari air gelas kemasan. Kemudian, kakinya menyusuri studio untuk menyusul teman-temannya.
“Oke, sudah siap semuanya, ya. Kita mulai.”
Salah satu produser yang membantu jalannya kegiatan hari ini. Agatha mengangguk sembari tersenyum. Tangannya membenarkan posisi rambutnya yang sedikit berantakan akibat tertimpa semilir angin dari kipas yang berdiri tegak di belakangnya.
Mereka berjalan ke arah panggung untuk melakukan kewajibannya. Tiba-tiba Ify terpeleset karena ada air yang belum kering setelah dipel oleh penjaga kebersihan studio.
“Fy?” ucap Agatha yang kebetulan berjalan beriringan dengan Ify. Ify menggeleng lalu membenarkan posisi berdirinya. Mereka kembali melangkahkan kaki untuk menyusul Sivia dan Febby yang telah terlebih dahulu berada di panggung.
Acara telah dimulai. Mereka duduk di sofa yang disiapkan. Berjejer dengan rapi dan menjaga sopan santun. Di sebelah kanan terdapat dua pembawa acara. Acara dimulai dengan tanya jawab bersama Bintang.
“Selamat datang di ‘Pesona Musik Indonesia’, sebelumnya ke mana salah satu teman kalian yang bernama Shilla?” tanya salah satu pembawa acara yang memakai rok pendek berwarna merah muda.
“Shilla sedang fokus dengan ujian masuk kuliah, jadi belum bisa ikut ke sini,” jawab Ify dengan lembut.
“Oke, sebelum kalian tampil, ada beberapa pertanyaan dari fans untuk kalian. Jadi, setiap bintang tamu hukumnya fardu untuk menjawab berbagai pertanyaan. “
Untuk mencairkan suasana acara itu, keempat perempuan tampak tersenyum ramah. “Fardu sudah kaya hukum salat, ya,” timpal Agatha dengan tertawa ringan.
“Nah, iya. Agatha ... Benar, kan?” tanya pembawa acara yang lainnya. Seorang pria dengan tubuh yang memesona. Tapi, pesonanya tidak bisa mengalahkan Zakaria dari hati Agatha. Agatha mengangguk dengan tersenyum.
“Duh, kok jadi deg-degan,” kata Agatha.
“Kok kaya judul lagu .... “
Perempuan yang membawakan acara tersebut berjalan mendekat ke arah kamera. Kemudian kembali ke tempat semula. Seluruh isi studio tertawa, bukan karena lucu. Melainkan miris melihat tingkah pembawa acara yang gagal untuk melawak.
“Oke, biarkan saja orang yang sedikit geser otaknya itu, ya. Pertanyaan pertama sudah terjawab. Nah, pertanyaan kedua untuk Agatha. Apa hubungan kamu dengan salah satu musisi sekaligus pemilik salah satu label musik di Indonesia?”
“Waduh ... Siapa sih, Kak?” balas Agatha dengan malu-malu.
“Itu berinisial Zakaria,” jawabnya dengan tegas. “Ini pertanyaan dari fans, loh. Bukan dari saya,” sambungnya.
“Pacaran, iya, mereka pacaran sudah berapa lama, Tha?” timpal Sivia dengan tertawa puas. Puas karena telah membongkar rahasia Agatha dari publik.
“Walah, pacaran. Kenapa tidak dijawab, Agatha? Kalau tidak diakui nanti diambil mantannya loh.”
“Wah ... Parah! Parah banget. Jangan sampai, deh.”
“Ha ha, pertanyaan kedua ini untuk kalian. Tapi, ini bukan pertanyaan. Melainkan tantangan atau perintah. Enak saja, ya, netizen menyuruh kalian.” Pembawa acara perempuan itu berdiri lalu mengambil mikrofon yang dibawakan oleh salah satu tim kreatif. “Ini mikrofonnya. Ambil satu-satu, ya. Jangan dua-dua. Karena apa? Satu saja tidak akan habis. Oke, tantangannya sederhana. Kalian disuruh menyanyikan lagu dengan genre dangdut. Jadi, kalian harus membawa penonton yang sedang ambyar cendol dawetan,” katanya lalu mundur beberapa langkah.
Agatha dan ketiga temannya mengumpul untuk membahas sebuah lagu yang bakal dinyanyikan untuk menjawab tantangan lintas genre tersebut. “Ini saja nyanyi yang lagi viral, tapi lupa judul dan gak hafal,” saran Ify.
“Ify ... kalau ngasih saran yang bener.” Sivia berjalan ke arah pembawa acara yang laki-laki.
“Punten, ini disuruh lagu apa?” tanya Sivia.
“Yang lagi viral saja, lagu ‘Sugeng Dalu’ yang dipopulerkan oleh Denny Caknan.”
Tidak berselang lama, musik telah mengalun sesuai irama. Ditambah tabuhan gamelan yang membuat suasana semakin hidup. “Gila, sih. Pertama kali nyanyi lagu Jawa.” Febby mengangkat mikrofon untuk menyanyikan opening lagu.
“Baik, lagu dangdut yang ini saja susah. Cengkok dangdutnya gak dapet banget. Duh, maaf wahai sobat ambyar. Kita bakal berlatih, sih.” Ify memasukkan tangannya ke dalam saku celana kulot birunya.
Ternyata, lintas genre susah untuk mereka. Apalagi genre dangdut yang memainkan cengkok dan menyesuaikan tabuhan gendang. Berbicara soal gendang, gendang merupakan salah satu alat musik tradisional yang termasuk dalam kelompok gemelan. Gamelan sendiri bisa ditemui di beberaoa wilayah di Indonesia. Salah satunya bisa ditemukan di Jawa.
“Ha ha, karena tidak biasa. Memang kalian ini menguasai genre apa?” tanyanya kembali.
“Kalau aku suka genre jaz, Om.” Ify menyilangkan kakinya yang telah pegal akibat berdiri. “Jadi, kita ini genrenya beda-beda yang dikuasai. Sayangnya, tidak ada yang menguasai genre dangdut. Pokoknya perlu belajar banyak genre ini,” sambungnya.
Sebuah tantangan yang gagal mencuri perhatian penonton. Tapi, penampilan mereka yang membawakan salah satu lagu mereka berhasil membuat penonton, terutama penggemarnya bersenang ria ikut menyanyikannya.
Tak terasa, waktu telah berlalu. Agatha kembali ke rumah. Sesampainya di rumah, dia mandi. Kemudian, melanjutkan coretan penanya yang merangkai kata untuk dijadikan sebuah syair lagu. Walaupun tidak tahu bakalan dirilis atau tidak, terpenting dalam hidupnya, Agatha terus berkarya dan membanggakan keluarganya.