Angelique

1193 Kata
Febby yang tengah memakai pakaian berwarna abu-abu dengan tali di tengah. Rambut panjangnya yang tergerai dengan rapi di punggungnya. Jam tangan yang melekat di tangan kanannya berwarna biru. Tiba-tiba, jepitan di rambutnya terjatuh karena terkaget dengan teriakan Agatha. “Aduh .... “ Tangannya memungut jepitan berwarna putih dengan hiasan mutiara yang terjatuh di lantai bawah meja. “Apanya yang gila?” “Itu buku masih aja di tangan. Padahal, kita mau makan,” jawab Agatha sembari mengambil botol air mineral dari dalam tasnya. Di tangan Febby terdapat buku mata pelajaran. Memang, di antara kelima anggota Bintang Febby merupakan satu-satunya personil yang paling tua. Dia telah masuk ke dunia perkuliahan dengan jurusan hukum yang diembannya. Keren, pintar, kaya, dan cantik begitu melekat dalam dirinya. Apalagi, soal penampilan. Febby begitu sempurna dalam memadu padankan outfit-nya. “Maklum, Tha. Diriku ini banyak tugas, tapi juga banyak absen. Jadi, ya, kaya gini, harus pinter-pinter cari waktu buat belajar. Gak ada alasan untuk bermalas-malasan dalam kamusku.” Febby menyeruput satu teguk air yang telah disajikan di meja. “Iya percaya, seorang Febby memang ambis anaknya. Berbeda jauh dengan Agatha yang ... malasnya tiada ampun.” Agatha tersenyum sembari menarik rambutnya ke belakang agar tidak mengganggu kegiatan makan malamnya. “Sudah, makan-makan!” teriak Sivia sembari memukul-mukulkan sendok ke piring sampai terdapat bunyi dentingan. “Uni Ia tidak boleh kaya begitu, kalau pecah, tinggal diganti. Tapi, rasa malu sama yang lain tidak bisa dipungkiri.” Ify memulai untuk menyantap makan malamnya. Kata orang, makan dengan tergesa tidak baik. Entah, apa yang memengaruhinya. Apa hanya karena makanan yang kurang lembut dalam mengunyah? Tapi, apa pengaruhnya? Apa perlu dipukul? Jadi, makanan yang kurang lembut dalam mengunyah akan menambah pekerjaan organ tubuh di bagian perut. Kan, memang itu tugasnya? Tugas organ dalam perut yang mencerna makanan. Tapi, setidaknya dengan kunyahan yang lembut akan membantu pekerjaan organ dalam. Makan tergesa merupakan andalan Ify. Sampai-sampai, sering mendapatkan marahan dari ibunya. Tak terasa, makan malam telah selesai. Mereka kembali ke mobil masing-masing untuk kembali ke rumah. Mau bagaimana pun mereka manusia biasa yang masih membutuhkan waktu untuk istirahat. Sesampainya di rumah, bukan tidur nyenyak. Melainkan mengerjakan tugas sekolahnya. Agatha telah mendapatkan teror dari gurunya. Walaupun sibuk dengan kegiatannya dalam dunia hiburan, Agatha tetap menjalankan pendidikannya secara normal seperti anak pada usianya. Baru saja membuka buku, Sandra masuk ke kamarnya dengan membawa satu pucuk bunga tulip berwarna merah muda bergradasi dengan putih. Siapa pemberi bunga itu? Lantas, kenapa harus bunga tulip? Padahal, banyak seorang perempuan menginginkan bunga mawar dari pasangannya. “Kak, bunga dari siapa?” tanya Agatha sembari menerima bunga tersebut. “Ada suratnya, Kakak tidak membacanya. Tenang saja, Kakak bukan tipe perempuan yang suka penasaran dengan sesuatu.” Sandra keluar dari kamar. Tidak lupa, dia menutup pintu kamar adiknya. Agatha mengangguk sembari menatap punggung Sandra yang telah pergi dari kamarnya. Kemudian, membuka satu lipatan kertas yang ada dalam buket satu pucuk bunga tulip. Di dalam kertas tersebut tertuliskan rangkaian kata yang begitu menyentuh relung hati Agatha yang paling dalam. Hai Sayang, semoga suka dengan bunganya. Aku tahu, kamu menyukai bunga mawar merah. Tapi, tidak salah, kan jika aku mencoba mengenalkan bunga tulip ini kepadamu. Kamu itu, selayaknya bunga tulip. Memberi rasa cinta dan bahagia. Dari aku yang kamu cintai. Agatha tersenyum membacanya. Sudah dipastikan, satu tangkai bunga tulip itu dari Zakaria. Tapi, bukankah dia sedang di Yogyakarta? Agatha mengambil ponselnya yang ada di dalam tas berwarna hitam. Kemudian mencari nama Zakaria di dalam aplikasi kontaknya. Tidak lama kemudian, sambungan telepon telah tersambung. Ternyata, satu tangkai bunga tulip telah diantarkan oleh kurir dari toko bunga yang dipesani oleh Zakaria. Begitu romantis lelaki itu. Tapi, kenapa jika bersama Agatha terkesan cuek? Agatha membuka aplikasi kamera yang ada di ponselnya. Dia mengambil beberapa foto bunga tersebut dengan ditambahkan beberapa barang yang akan mendukung epiknya gambar. Entah berapa menit, waktu yang dibutuhkannya untuk mengambil gambar, yang jelas, terdapat puluhan gambar bunga tulip tersebut. Agatha mencari tahu tentang bunga tersebut. Ternyata, bunga kiriman dari Zakaria merupakan lambang dari cinta. Memang, kata-kata yang keluar dari bibirnya tidak begitu romantis, tapi ternyata, sikapnya terlalu manis. Sampai akhirnya membuat Agatha terbuai dan meleleh hatinya. Apa ini yang disebut dengan cara orang dalam mengungkapkan rasa cinta itu berbeda? Mungkin, saja. “Hai, jangan lupa salat isya,” kata Agatha melalui sebuah pesan singkat yang dikirimkan kepada Zakaria. “Sudah, dong. Aku, kan anak saleh,” balasnya dengan ditambahkan emoji tertawa. Agatha meletakkan ponselnya di atas meja. Kakinya melanjutkan langkah ke kamar mandi. Mengambil air untuk mencuci wajah, tangan, kaki, dan menggosok giginya. Sebuah rutinitas sehat di malam harinya. Setelah selesai, kakinya beranjak berdiri di depan meja riasnya. Tangannya meraih kursi yang terletak di bawah kolong meja. Dia duduk di sana selama beberapa saat. Kemudian, meraih kitab suci untuk membacanya. Sebaik-baik umat adalah mempelajari kitab suci dan mengamalkan, apa pun keyakinan yang dipercaya dalam hidup. Sesungguhnya, cinta yang abadi adalah rasa cinta yang tercurah dari Tuhan. Oleh karena itu, jangan pernah berlebihan dalam mencintai sesama umat Tuhan. Perlu diingat, jangan pernah mencintai manusia sebelum mencintai Tuhan. Jika kalian mencintai Tuhan dengan sepenuh jiwa, percayalah cinta dari sesama hamba-Nya akan datang dalam hidup kalian. “Terima kasih Tuhan, Engkau memberiku kebahagiaan yang tiada nilainya. Bahkan, tidak bisa diberi harga. Tolong lindungi orang-orang yang aku sayangi, di mana pun mereka berada,” ujarnya menutup doa malam itu. Agatha membuka selimutnya. Kemudian menutup dirinya dengan kain tebal itu. Dia telah siap untuk menjemput alam mimpinya. Tetapi, pikirannya teringat dengan tugas sekolahnya yang belum selesai. Alhasil, dia harus menyelesaikannya terlebih dahulu. Agatha harus belajar dengan ekstra karena dalam beberapa bulan ke depan, ujian akhir akan ditempuhnya. Setelah selesai mengerjakan tugas, Agatha melihat satu tangkai bunga tersebut masih tergeletak di meja. Dia keluar dari kamar untuk mengambil botol kaca bekas sirop. Dalam beberapa menit kemudian, Agatha telah kembali ke kamarnya dengan membawa satu botol kaca yang telah diisi dengan air setengahnya. Kemudian, dia meletakkan bunga tersebut ke dalam botol. Tujuannya, agar bertahan sampai beberapa waktu ke depan. Waktu telah larut, matanya pun telah berubah seperti panda. Dia memejamkan matanya untuk istirahat sejenak, sebelum besok pagi harus pergi ke sekolahnya. Kegiatan utama dalam hidupnya, tetap pada pendidikan. Untuk itu, besok pagi dia harus pergi ke sekolah. Pendidikan sangat penting. Tidak memandang jenis kelamin. Walaupun, Agatha perempuan, dia tidak boleh ketinggalan ilmu. Sebab, kecerdasan seorang anak akan menurun dari seorang ibu. Setidaknya, alasan itu yang menjadikannya semangat dalam mengenyam pendidikan. “Huft, beruntung tidak kesiangan.” Agatha merenggangkan kedua tangannya. Agar tidak terjadi cedera, dia duduk dalam dua menit untuk mengumpulkan nyawanya. Kemudian, masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri dari peluh malamnya. Apalagi, wajahnya yang penuh dengan air liur dan mata yang terdapat kotoran. Dari kamar mandi, terdengar suara Elizha yang sedang membangunkan putrinya. “Tenang, anakmu hari ini bukan kebo,” batinnya. “Mama, Agatha sudah bangun. Tunggu saja di ruang makan,” teriak Agatha sembari membuka pintu kamar mandi. “Oke, ditunggu dalam waktu dua menit. Kalau sampai lebih, akan ada hukumannya!” teriak Elizha dengan suara yang berangsur menghilang. Agatha buru-buru mengganti pakaiannya. Tentu saja, dengan seragam yang lengkap. Tidak lupa dengan tas gendong dan sepatu seperti pelajar pada umumnya. “Sudah siap, Ma .... “            
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN