Nana mengusap mata dan pipinya yang basah. Kemudian ia meneruskan langkah menuju stok akhir. Nana meyakinkan diri, andai Prana memecat dan membuangnya, masih ada ibu Prana yang akan mencintai anaknya. Andai ibu Prana juga tak lagi menyukainya. Ia harus kuat untuk melanjutkan hidup, meski harus berjuang. Paling tidak, biaya pendidikan adik-adiknya sudah bukan masalah lagi. Ia hanya harus berjuang untuk kehidupan mereka sehari-hari. "Kamu kenapa, Na?" "Tidak apa-apa. Saya bantu ya." "Iya." Nana duduk, membantu membersihkan tikar rotan yang akan dipacking. "Dapur di renovasi ya, Na?" "Dapur dipindah ke parkiran, parkiran dipindah ke belakang pos satpam. Bekas dapur dijadikan kamar." "Kamar siapa?" "Bos minta saya dan adik-adik pindah ke sini." "Kenapa, Na?" "Tadi malam saya pulang