Terlalu Baik

1148 Kata
Clara sedikit terkejut dengan kedatangan Cinta, begitu pula dengan Byan yang terlihat gugup, namun Cinta malah biasa-biasa saja ketika melihat sang ayah sedang disuapi oleh Clara. Sebenarnya Cinta sudah datang sejak setengah jam yang lalu, namun karena ia melihat Clara sedang memeluk Ayahnya, alhasil Cinta pun memilih untuk membiarkan mereka berdua terlebih dahulu, dan setengah jam kemudian ia pun kembali ke kamar Byan. Dan ternyata sekarang ia malah melihat adegan Clara sedang menyuapi Byan, Cinta tentu saja merasa gemas sendiri, ayahnya terlihat malu-malu dan gugup, sedangkan Clara tampak salah tingkah. "Ka-kamu kapan datang?" Tanya Byan pada sang putri. Yang ditanya malah sedang menahan senyum geli karena melihat tingkah gemas Ayahnya. "Baru aja kok, papi gimana sekarang udah mendingan?" Cinta pun mulai mendekat kearah Byan. "Hm, sedikit lebih baik. Maag papi lagi kambuh aja, kamu nggak usah khawatir." Balas Byan. "Papi pasti sakit gara-gara aku ya? Maafin aku ya Pi, aku belum bisa jadi anak yang baik buat Papi." Ungkap Cinta dengan nada sedih. "Iya. Kamu hanya lagi kumat aja nakalnya, makanya jangan suka buat ulah, Papi stress banget akhir-akhir ini." "Iya-iya Sorry..." Ungkap Cinta seraya mencium tangan sang ayah. "Cinta, kamu bisa lanjutin ini?" Clara pun tampak menawarkan piring yang ia bawa pada Cinta. "Mbak lanjutin aja deh, aku mau belajar dulu, besokkan aku ujian. Mbak Cla besok gimana kalau aku sekolah, siapa yang bakalan jagain papi?" Pertanyaan Cinta barusan membuat Byan menatap sang putri dengan tatapan tak habis pikir. "Papi bisa sendiri Cinta, Papi udah nggak apa-apa." Ujar Byan. "Mbak nggak kasihan sama aku? Aku capek banget Mbak kalau harus bolak-balik, papi nggak mungkin ditinggal sendirian, nanti kalau ada apa-apa gimana?" Cinta pun berusaha membujuk Clara supaya mau menunggui sang Ayah. "Ya udah besok jam tiga pagi Mbak pulang dulu ke rumah, terus pukul lima Mbak kembali lagi kesini, gimana?" Tanya Clara pada Cinta yang tampak senang sekali. "Serius Mbak? Jadi malam ini Mbak nginep disini?" "Iya." Angguk Clara. "Makasih Mbak makasih, ya ampun Mbak baik banget sih, udah gitu perhatian lagi sama Papi. Mbak jadi mamiku aja Mbak aku mau kok." Ucapan Cinta barusan membuat jantung Clara semakin berdebar tak karuan, sedangkan Byan sendiri malah terbatuk-batuk mendengar penuturan sang putri barusan. "Pak! Bapak nggak apa-apa?" Tanya Clara dengan nada cemas, Clara pun buru-buru mengambilkan teh hangat untuk Byan. "Minum dulu Pak!" "I-iya." Byan tampak semakin gugup, namun tak urung iapun menerima teh yang Clara berikan dengan penuh perhatian. "Minum obat sekalian, abis itu tidur. Makannya udahan dulu." Ujar Clara sembari menyiapkan beberapa obat untuk Byan. Sedangkan Cinta yang melihat itu hanya bisa senyum-senyum sendiri, ia senang sekali melihat Clara begitu perhatian pada Ayahnya, karena sang Ibu sendiri hampir tidak pernah memperlakukan Ayahnya seperti itu. Yang selalu Ibunya cari dari sang Ayah hanyalah uang dan uang. "Tuh masih demam, padahal udah dikasih obat penurun panas tapi kok masih demam sih. Abis ini saya kompres lagi ya!" Imbuh Clara sambil menyentuh dahi dan leher Byan. Tangan halus Clara yang seperti porselen tentu saja membuat Byan seperti tersengat listrik, Byan akui jika gadis yang ada didepannya satu ini memang cukup berani sekali. "Clara sudah, jangan terlalu baik, saya tidak tau dengan cara apa saya akan membalas semua kebaikan kamu ini." Ungkap Byan pada Clara. "Mudah aja kok, nikahin saya!" "A-apa?" Bibir Byan langsung menganga seperti orang bodoh. "Hm, serius banget sih, becanda kali." Goda Clara dengan senyuman jahilnya, ya Tuhan padahal tadi Byan sudah sempat shock. "Nggak perlu balas apa-apa, saya tulus kok bantuin Bapak, saya beneran nggak ada niat apa-apa. Hati saya cuma nggak bisa lihat Bapak dan Cinta seperti ini, terlebih lagi Bapak adalah rekan bisnis Papa saya, rekan kerja saya juga." "Hm, sekali lagi terimakasih." Ungkap Byan dengan penuh ketulusan. "Sama-sama. Ya udah tiduran yuk!" "Iya." Clara pun segera membantu Byan untuk berbaring, dan setelah itu iapun melanjutkan kegiatannya untuk mengompres dahi Byan. "Masih sakit?" Tanya Clara seraya menyentuh perut Byan yang tertutupi oleh selimut. "Sudah lebih baik setelah dikompres air hangat, sekarang lebih nyaman." Byan tampak tersenyum hangat. "Syukur deh." Clara pun turut tersenyum dengan lega, senang sekali bisa melihat Byan tak lagi kesakitan seperti tadi. Ternyata wajah Byan jauh lebih tampan bila dilihat dari dekat. Darah Clara tentu saja langsung berdesir, gemas sekali rasanya melihat senyuman itu, ingin sekali Clara mencicipi sedikit saja rasa bibir Byan. *** Tengah malam Clara terbangun karena ingin buang air kecil, gadis yang tadinya tidur di sofa itupun langsung menghampiri Byan untuk mengecek suhu tubuhnya. Ketika melihat keringat yang begitu banyak didahi dan leher Byan, Clara pun lantas tersenyum lega. Lega sekali karena demam Byan akhirnya turun juga. "Syukurlah." Gumam gadis cantik itu dengan senyuman manis, Clara lantas segera mengambil tissue dan mengelap keringat yang ada didahi dan leher Byan. Tidur Byan juga pulas sekali membuat Clara semakin lega melihatnya. Saat akan masuk ke dalam toilet, Clara tiba-tiba dikejutkan dengan bunyi ponsel Byan yang berdering cukup nyaring. Clara lantas segera menuju laci yang ada disamping brankar Byan untuk melihat ponsel duda tampan itu. Dengan penuh keberanian, Clara pun tiba-tiba mengangkat panggilan yang masuk di ponsel Byan. Ada nama Anggita yang tertera diponsel tersebut, dan Clara benar-benar penasaran dengan sosok wanita bernama Anggita yang berani-beraninya menelepon Byan ditengah malam begini. 'Hallo!' sapa Clara. 'Hallo siapa ini? Mas Byan mana? Kok yang angkat perempuan? Kamu siapanya? Saya maminya Cinta ya anaknya mas Byan, jangan macam-macam kamu sama suami saya.' ucapan Anggita barusan tentu saja membuat Clara merasa terkejut dan tersenyum geli. Sekarang Clara baru tahu jika yang sedang berbicara dengannya saat ini adalah Anggita mantan istrinya Byan, alias ibu kandungnya Cinta. 'Mas Byannya baruuu aja tidur, kayaknya kecapekan deh, abisnya minta melulu sih, dikasih tiga ronde masih belum puas juga, bener-bener haus belaian banget dia, saya aja hampir kualahan.' Mendengar itu, Anggita tentu saja langsung naik pitam. Bagaimana mungkin mantan suaminya yang selama ini tidak pernah main perempuan kini malah jajan diluar, tentu saja ia tidak terima sama sekali. 'Jangan gila kamu, mas Byan nggak mungkin kayak gitu, dia pria baik-baik, mana mau dia sama jalang kayak kamu!' 'Siapa bilang dia nggak mau? Dia malah minta melulu, katanya udah lama dianggurin. Ini malah rencananya kita mau nikah, secepatnya mungkin.' 'Pernikahan apa maksud kamu? Jangan mimpi kamu jalang! Mas Byan itu cuma milik aku, cuma aku satu-satunya wanita yang dia cintai.' 'Jangan kepedean deh Tante, lagian kan kalian udah jadi mantan. Udah ya saya tutup, Bye...' 'Tu-' Tuuut... Clara pun langsung memutuskan sambungan teleponnya dengan Anggita. Rasanya ia puas sekali mengerjai wanita itu. Yang benar saja dia masih mengaku-ngaku sebagai istri Byan, padahal iakan hanya mantan. Bahkan selama ini Anggitalah yang sering menyakiti dan mengkhianati Byan. Clara tentu saja tak mau jika Byan sampai kembali ketangan wanita gila itu. Pria setampan dan sebaik Byan tidak pantas untuk wanita tidak waras seperti Anggita. Clara harus segera berbuat sesuatu jika ia ingin mendapatkan Byan, dan ia tidak boleh kalah cepat dengan sosok Anggita yang mungkin saat ini masih menduduki posisi tertinggi di hati Byan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN