Perjanjian

1311 Kata
Dua satpam yang Clara bawa langsung menyeret Anggita keluar dari kamar rawat Byan, mereka pun tidak peduli dengan Anggita yang terus memberontak dan memaki-maki Clara dengan kata-kata yang penuh akan kebencian. "Dasar wanita jalang! Wanita nggak tau diri, mas Byan itu punyaku, kamu nggak pantas sama dia! Mas Byan tolongin aku mas, aku tau kamu masih cinta sama aku, kalian berdua cuma pura-pura kan supaya aku pergi?" Seru Anggita dengan lantang namun Clara dan Byan tampak tak mempedulikan ocehan Anggita yang akhirnya keluar juga dari kamar rawat Byan. Setelah pintu tertutup, Byan pun akhirnya bisa bernapas lega dan menyandarkan punggungnya pada brankar. Kedua matanya terpejam dan satu tangannya berada diatas perut yang kembali berdenyut nyeri karena gerakan kasar yang ia lakukan. Demi Tuhan memelihara maag akut itu sangat tidak mengenakkan sekali, Byan sungguh menyesal karena selama ini mempunyai pola hidup dan makan yang cukup berantakan sehingga membuatnya harus menderita sakit yang sangat menyebalkan seperti ini. Byan merasa lemah dan tidak berdaya, merasa sendirian dan tak bisa berbuat apa-apa. Byan rindu ibunya, ibunya yang selalu ada untuknya dan menerima segala kekurangannya. Tak terasa airmata Byan kembali menetes tanpa sadar, dan hal itu diketahui oleh Clara yang sejak tadi menatap Byan dengan intens. "Ayo kita menikah!" Kalimat ajakan yang terlontar dari bibir Clara itu sontak membuat degub jantung Byan seperti berhenti. Byan pun lantas menatap Clara dengan tatapan tak mengerti. "Apa maksud kamu?" Tanya Byan. "Saya sudah memikirkan ini sejak tadi, dan saya sudah yakin jika keputusan ini adalah keputusan yang sangat tepat." Jawab Clara. "Demi Tuhan kita berdua baru saja bertemu kemarin, dan saya baru saja mengenal kamu. Terlebih lagi kamu adalah putri dari senior saya. Kamu masih terlalu muda sedangkan saya duda empat puluh dua tahun, jangan gila kamu!" Tutur Byan sedikit emosi. Bagaimana tidak, bagi Byan pernikahan adalah sesuatu yang sangat sakral dan Clara begitu gamblang mengungkapkannya begitu saja, tentu saja ia merasa jika Clara hanya sedang main-main padanya. "Memangnya kenapa kalau saya masih muda dan bapak sudah berumur? Bukannya itu malah bagus? Jika bapak menikah sama saya, maka bapak akan mendapatkan banyak sekali keuntungan. Saya masih muda, masih perawan, saya nggak kalah cantik dari mantan bapak bahkan saya lebih dari segalanya bila dibandingkan dengannya yang mempunyai attitude dibawah standar." Mendengar itu Byan pun kembali menatap Clara dengan tatapan tajam. "Kenapa? Saya benar kan? Jujur saya seperti ini karena saya sangat bosan dengan Papa yang suka sekali menjodoh-jodohkan saya. Dan nanti malam saya harus mengikuti makan malam bersama dengan putra dari rekan bisnis Papa. Sejak pertama kali kita bertemu saya... Saya benar-benar merasa aneh, Pak Byan membuat saya berdebar-debar." Clara pun mulai mendekati Byan dengan perlahan membuat Byan langsung gugup dan salah tingkah. Apalagi kini Clara menyentuh pipi Byan dengan tangan lembutnya. "Kalau kita nikah, mantan istri bapak pasti nggak akan pernah gangguin bapak lagi karena dia udah kalah saing sama saya. Bapak mau cari yang kayak gimana lagi sih pak?" "Sa-saya..." "Bapak bisa memikirkannya lagi, tapi waktunya cuma sampai sore aja. Kalau bapak nggak mau ya udah, saya nggak akan maksa, tapi saya harap... Bapak mau nikah sama saya." Ungkap Clara dengan senyuman manis. Byan pun segera menghembuskan nafas beratnya setelah Clara menjauh darinya. Setelah sekian lama entah kenapa perasaan itu kembali muncul setelah ia bertemu dengan Clara. Oh Tuhan apa Byan juga telah jatuh cinta pada gadis muda itu? Tapi tidak mungkin, tidak mungkin secepat ini kan? Mungkin Byan hanya merasa nyaman saja karena perhatian dan kebaikan Clara. "Saya akan berbicara dengan Cinta terlebih dahulu. Tapi saya ingin ada perjanjian jika kita menikah nanti." "Oh itu bukan masalah, nikah kontrak juga boleh." Usulan Clara barusan membuat Byan langsung menatap Clara dengan intens. Nikah kontrak terdengar sangat jahat tapi... "Saya tidak suka mempermainkan sebuah komitmen." Ungkap Byan, Clara pun tersenyum simpul. "Kita coba dulu enam bulan atau satu tahun, kalau nanti nggak cocok ya ngapain dipaksain? Yang ada nanti kita akan saling menyakiti satu sama lain. Saya nggak masalah kok, semuanya terserah bapak aja." Jelas Clara. "Yakin terserah saya?" Tanya Byan memastikan. "Iya. Saya ingin sekali membuat bapak bahagia dengan memiliki seorang pendamping. Saya akan menjadikan bapak laki-laki berharga dalam hidup saya, yang akan saya cintai dan hargai sepenuh hati saya. Saya akan memberikan hidup saya untuk bapak." Ucapan Clara barusan terdengar begitu tulus, dan hal itu tentu saja membuat hati Byan tersentuh, tertarik dan terpikat akan pesona Clara. Byan merasa beruntung sekali, kapan lagi ada gadis secantik dan sebaik Clara yang datang padanya dengan suka rela seperti ini? Selama ini memang banyak sekali wanita dan gadis-gadis yang mendekati Byan, namun Byan sama sekali tidak pernah tertarik dengan mereka yang hanya menginginkan uangnya saja. "Terimakasih atas ketulusan kamu." Ungkap Byan pada Clara. "So, jadi gimana? Mau dijawab sekarang atau nanti?" "Sekarang saja. Saya menerima tawaran kamu." Mendengar ucapan Byan barusan tentu saja Clara langsung tersenyum senang, bahkan rasanya ia ingin sekali melompat-lompat kegirangan. Astaga ya Tuhan ia akan menikah dengan Byan, nanti Clara akan memamerkan Byan pada Shera, memangnya cuma Shera saja yang punya Om Kevin? "Jadi kita nikah nih?" Tanya Clara dengan senyuman tertahan. "Iya saya setuju, tapi saya ingin ada perjanjian." "Nggak masalah kok." "Terutama soal anak, saya tidak mau punya anak lagi, cukup Cinta saja yang menjadi anak saya." Deg Entah kenapa sakit sekali Clara mendengarnya, tapi mau bagaimana lagi? Ia tidak boleh mundur, Clara harus tetap maju sampai titik darah penghabisan. "O-Okay, it's okay itu nggak masalah, anak nggak terlalu penting kok, saya juga... Emhh... Nggak terlalu suka anak kecil, anak kecil itu ribet, iya..." Dusta Clara pada Byan, namun Byan tidak sadar jika Clara sedang mendustainya sekarang. Bagiamana mungkin Clara tidak menginginkan anak? Tentu saja ia sangat ingin sekali, terlebih lagi Ayahnya sangat menginginkan cucu darinya. Tapi itu semua urusan belakangan, lagian Clara tak terlalu ambil pusing soal anak, biar nanti skenario Tuhan yang akan mengatur semuanya. "Setelah keluar dari rumah sakit saya akan melamar kamu pada Pak Robby dan kita akan langsung membicarakan soal pernikahan." Meski Clara kecewa mengenai anak, namun ucapan Byan barusan mampu mengobati kekecewaan hati Clara, ternyata Byan cukup Gercep juga ya. "Apa nggak terlalu buru-buru?" "Tidak, lebih cepat lebih baik." Jawaban Byan membuat Clara jadi salah tingkah, astaga Clara senang sekali mendengarnya. "Bener juga sih." Ungkap Clara malu-malu. "Nanti kita bicarakan lagi, sekarang saya mau ke toilet." Byan sudah akan bergerak namun Clara tiba-tiba memegangi tangan kekar pria tampan itu. "Ayo biar saya bantu, Bapak seharusnya nggak boleh banyak gerak, kan kemarin dr. Fathur bilang nggak boleh sering gerak dulu." Tutur Clara. "Mau bagiamana lagi, saya tidak mungkin diam saja ketika mantan istri saya memegang-megang tubuh saya secara paksa." Ucapan Byan barusan membuat Clara mengulum senyum. Lihat Byan bahkan hanya diam saja ketika Clara menyentuh-nyentuh dirinya. "Ayo pelan-pelan!" "Ssshhh..." Byan tampak meringis kesakitan ketika menapakkan kakinya diatas lantai. "Sakit ya?" Dan hal itu membuat Clara merasa khawatir. "Sedikit." Jawab Byan. "Abis ini makan terus minum obat ya!" "Iya." Angguk Byan patuh. "Cinta tadi gimana? Udah pulang?" "Sudah, tadi kami berdua sempat berdebat." "Kapan kalian berdua nggak debat? Ayah sama anak hobinya berantem melulu." Ujar Clara membuat Byan tersenyum samar sampai Clara tidak sadar jika kini ia dan Byan sudah berada didalam toilet. "Clara..." "Iya?" "Saya mau buang air kecil." "A-apa?" Clara tampak linglung seperti orang bodoh. "Saya mau pipis Clara." Ulang Byan dan Clara baru sadar jika ia harus keluar sekarang juga. "Ya udah kalau gitu saya keluar du-" "Kalau kamu keluar yang megangin infus saya siapa?" Sahut Byan membuat Clara langsung menghentikan langkahnya. "I-iya ya udah sini saya pegangin, pipis aja udah, saya nggak akan lihat kok." Clara pun segera memalingkan tubuhnya membelakangi Byan sambil memegang infus pria jangkung itu. Lama Clara menunggu sampai ia mendengar suara gemericik air seni yang Byan keluarkan membuat gadis itu menggigit bibir bawahnya dengan kuat, bahkan wajahnya kini sudah memerah padam karena membayangkan hal yang iya-iya mengenai Byan. Oh Tuhan, selamatkan Clara sekarang, ia sedang tidak aman sekarang dan sangat butuh pelampiasan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN