12: MAKNA SEBUAH PERTOLONGAN

1604 Kata
Rencana awal Zeus ternyata tidak berjalan dengan lancar. Ia mendapatkan sedikit masalah karena tidak membawa persediaan bekal yang cukup sehingga sangat kelaparan dan ia sekarang duduk di tenda yang dibuat oleh dua orang pengembara yang pernah ia temui untuk berlatih bersama seorang kakek. Ia menatap pemandangan hutan yang lebat dan gelap, karena hari sudah malam. Ia bisa menabak kalau ibunya pasti sangat khawatir, mengingat ia telah berjanji akan pulang lebih awal. Ia menoleh ketika pundaknya ditepuk oleh Yasir. “Berbuat baik memang tidak salah, tetapi kamu harus memikirkan dirimu sendiri juga.” Yasir sudah mendengar cerita Zeus yang membiarkan kudanya dibawa oleh sepasang suami istri. Jika ia menjadi Zeus, maka ia mungkin tidak akan memberikan kuda melainkan mengantar menuju negeri Preid agar mereka bisa sampai dengan selamat tanpa ada yang mengganggu. Ia sadar kalau pikiran orang tentu berbeda-beda, maka karena nasi telah menjadi bubur, ia tidak bisa melakukan apa pun. “Bernot sedang mencari kayu bakar di dekat sini dan nanti kita akan membakar akar pohon. Apa kamu mau?” Zeus tidak menyesal telah memberikan kudanya walaupun ia sekarang kesusahan. Pasti akan ada hal baik yang bisa ia temui selama perjalanan dan balasan dari perbuatan baik selalu datang di waktu yang tidak terduga. “Boleh saja, jika kamu menawarkan padaku. Aku suka akar pohon yang manis, jangan yang pahit.” Zeus pernah memakan akar pohon yang pahit, itu karena ia tidak pandai memilih akar yang benar-benar bisa dimakan, jadi agak sedikit trauma tetapi sepertinya Yasir bukan seseorang yang akan memberinya makanan yang aneh. Tawa Yasir menggema, ia tahu kalau banyak orang yang tidak suka dengan akar pohon yang pahit, rasanya jauh lebih buruk daripada memakan pepare. “Kamu tenang saja, aku dan Bernot sudah memilih akar yang rasanya manis, jadi kamu bisa makan juga. Lagi pula, aku juga tidak suka dengan yang pahit karena rasanya sangat buruk.” Yasir bangun dari duduknya ketika Bernot datang sambil membawa kayu bakar. Ia kemudian mengambil akar kayu yang siap untuk dibakar dan memberikan pada Zeus untuk dipersiapkan. Ia sendiri lalu membantu Bernot untuk menyalakan api. Ketika api sudah menyala, Zeus langsung menaruh akar pohon di atasnya. “Perjalanan menuju negeri Etanio masih terlalu jauh, apakah kamu akan tetap berjalan kaki?” tanya Bernot sebelum duduk di samping Zeus. “Kelihatannya memang dekat tetapi kamu tentu tahu kadang yang terasa dekat sebenarnya jauh. Jika kamu ingin pulang malam ini juga, aku bisa meminjamkan kudaku.” Bernot menoleh pada Yasir yang menyenggol lengannya, ia paham betul apabila Yasir tidak akan membantu Zeus. Ia menggelengkan kepala. “Aku tidak keberatan apabila kamu ingin memakai kudaku. Aku terbiasa berjalan kaki sebagai pengembara. Aku pikir kita sudah berkenalan dan kamu tahu kalau aku cukup berpengalaman.” “Tidak usah, Bernot,” ujar Zeus karena ia tidak ingin membuat temannya kesudahan. Ini pilihan yang sudah ia ambil sehingga ia pun harus menanggung risikonya. Lagian, benar apa yang dikatakan oleh Yasir kalau ia kadang harus mementingkan dirinya sendiri dulu sebelum menolong orang lain. “Aku akan melanjutkan perjalanan besok pagi, jadi izinkan aku untuk menginap di tenda kalian. Aku tidak akan meminta untuk tidur di dalam karena aku sudah terbiasa tidur di luar. Aku hanya butuh tempat untuk berbaring saja.” Zeus merasa ini akan menjadi pengalaman yang berharga untuknya. Ia kini merasakan apa yang dilakukan pengembara dulu ketika bepergian, mereka pasti kelelahan tetapi senang di saat bersamaan. “Sudah aku beri tahu padamu, Bernot. Zeus tidak akan menerima bantuan kita, jadi biarkan dia pulang berjalan kaki saja. Ini pun tidak ada kaitannya dengan kita, dia menolong secara sukarela dan itulah akibatnya. Dia harus menanggungnya sendiri.” Yasir bukan tidak ingin membantu Zeus, melainkan ia tidak bisa apabila harus satu kuda dengan Bernot. Kadang rasanya tidak nyaman apabila harus mengendarai kuda sambil membiarkan seseorang duduk di belakang. Ia takut kalau kudanya mengamuk, maka yang duduk di belakang akan jatuh terjungkal dan pasti sangat sakit. Ia tidak ingin hal semacam itu terjadi sehingga tidak mengizinkan Bernot untuk memberikan kudanya. Bukan berarti ia tidak menyukai Zeus. “Kamu sungguh tidak mengerti,” kata Bernot. Ia kemudian mendekati perapian dan membalik akar pohon agar matangnya merata. Ia sudah lapar sekali sejak membangun tenda, jadi sesegera mungkin mendapatkan kayu bakar tetapi tiba-tiba saja mendengar langkah kaki yang ternyata Zeus sehingga ia pun menanyakan apa yang telah terjadi pada Zeus karena tidak mengendarai kuda. Zeus memang mempunyai hati yang baik, tidak heran apabila ketampanan begitu terpancar dari wajahnya. Ia melihat Zeus sebagai pengembara paling tampan yang pernah ditemui, dan tidak hanya itu, Zeus pandai sekali bertarung. Ia tidak bisa menutupi betapa sangat mengagumi teman yang ia kenal hanya beberapa saat ketika berlatih pada seorang kakek. “Apa kamu sudah pernah memakan akar pohon sebelumnya?” tanya Bernot sambil menatap pada Zeus. Yasir mengambil alih jawaban, “Dia suka yang manis. Jelas saja karena yang pahit rasanya tidak enak.” Yasir memelototi Bernot yang menjitak kepalanya. “Baiklah, aku akan diam.” Padahal Yasir bukan ingin membiarkan Zeus merasa tidak nyaman, ia hanya ingin Zeus tidak bersikap sungkan. Mungkin karena ia yang bicaranya terlalu terus terang sehingga mengakibatkan rasa enggan. Ia tidak bisa mengubah sikapnya, apalagi pada lelaki yang terlalu baik. Kesannya Zeus sangan bodoh, padahal jika tidak memberikan kudanya, sudah pasti kini tengah istirahat di rumah. Ia pun mengambil air minum karena mendadak tenggorokannya kering. Bernot menatap Zeus yang masih terdiam. “Kamu jangan terlalu membawa ucapan Yasir ke dalam hati. Dia memang selalu membuat seseorang menyalahi dirinya sendiri tanpa pernah menyadari kalau dibalik kebaikan yang dikalahkan tersimpan makna yang dalam. Siapa yang akan menyangka jika aku pernah mendapatkan sekeping emas hanya karena menolong seekor kucing? Tidak ada bukan? Tetapi aku menyelamatkannya dan pasti kita akan menuai apa yang kita tabur bukan?” Bernot menepuk pundak Zeus. “Kamu mempunyai hati yang tulus, jadi aku yakin sekali, kamu bisa menjadi seorang pemimpin yang baik. Aku awalnya menyangka kamu anak seorang raja, ternyata bukan.” Diamnya Zeus bukan diakibatkan oleh ucapan Yasir, ia tahu kalau pria yang sedang sibuk memadamkan api sudah terbiasa bicara terus terang. Ia hanya tidak tahu harus menjawab apa sebab Bernot mencoba untuk mengerti dirinya dengan baik. “Kita memang tidak akan mengetahui apa yang bisa saja terjadi di kemudian hari tetapi kita tahu kalau akar pohonnya sudah matang.” Zeus dan Bernot bergabung dengan Yasir untuk menikmati akar pohon yang rasanya manis. Tidak ada yang bicara selama makan, mereka dengan lahap menghabiskan akar pohon yang telah dibakar. Yasir mendadak bangun dari duduknya ketika ia mendengar suara auman, siapa yang akan menyangka kalau ada dua ekor harimau yang mendekati tenda mereka. Ia tidak berani melawan harimau yang menatap padanya, Bernot dan Zeus. Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi setelah ini karena harimau kembali mengaum seakan siap untuk menerkam. Ia menatap Bernot yang tidak sengaja menginjak kakinya, habis sudah hidup mereka apabila dua harimau yang datang tidak kunjung pergi juga. Ia ingin mengambil tas tarik berisi kendi air tetapi terkejut karena harimau mendekati tasnya dan ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Zeus menatap dua harimau di depannya dengan rasa takut. Ia tentu tidak ingin mati muda diterkam harimau sehingga ia harus mencari akal untuk bisa membuat dua harimau yang sudah mendekat untuk pergi. Namun, ternyata ia tidak mempunyai ide apa pun di kepalanya dan langsung memundurkan langkah ketika salah satu harimau menendang kayu bekas perapian. Mendadak, ia mempunyai ide tetapi ini justru sulit untuk dilakukan. Ia pun mengambil dua keping batu dan kayu yang panjang sebelum melangkah mundur karena harimau sudah mengacak-acak tenda. Ia menoleh pada Yasir dan Bernot yang ketakutan sehingga ia harus melakukan sesuatu secepat mungkin. Hampir saja Zeus mengumpat karena batu yang ia genggam terjatuh salah satunya dan ia tidak bisa menemukan batu lain ketika harimau mendekatinya secara cepat. Ia menatap Yasir dan Bernot yang berteriak kemudian berlari. Barang-barang mereka tidak mungkin ditinggalkan begitu saja, maka pasti ada cara untuk mengusir dua harimau yang kini menatapnya dengan tajam. Ia sudah diajukan target bersamaan dengan ditemukannya batu yang langsung ia ambil. Ia segera menggesekkan kedua batu agar bisa menciptakan percikan api seperti yang dilakukan oleh Bernot dan Yasir tetapi api tidak muncul juga dari permukaan dua batu. Tubuh Zeus terjatuh karena tersandung batu. Ia gelagapan dan memundurkan tubuhnya ketika kedua harimau mendekat. Ia kesusahan bangun sehingga mau tidak mau terus memundurkan tubuh sambil terus menggesekkan batu agar menciptakan percikan api. Ia memejamkan mata bersamaan dengan percikan api yang muncul, ia kemudian membuka mata karena kedua harimau memundurkan langkah. Ternyata Bernot dan Yasir telah menyalakan api, keduanya berhasil mengusir harimau dengan api yang menyala. Ia menggenggam uluran tangan Yasir kemudian berdiri. “Terima kasih telah menyelamatkanku,” ucap Zeus sambil menatap Yasir dan Bernot. “Tidak perlu berterima kasih, Zeus. Kami saja yang tidak bisa mengerti dengan situasinya dan hanya berusaha menyelamatkan diri padahal kami membawa banyak barang bawaan yang penting, terutama kudanya. Kami tidak akan pulang tanpa membawa kuda jadi kami kembali lagi dan melihat kamu sedang berusaha membuat api, jadi Bernot memberi saran untuk menghidupkan api serta menyalakan kayu bakar. Kami berhasil membuat harimaunya pergi.” Yasir menepuk pundak Zeus kemudian melangkah mendekati tenda yang berantakan. Untungnya tidak ada barang bawaan yang menghilang serta kuda pun baik-baik saja karena memang dibiarkan berada agak jauh dari tenda. “Karena hari sudah malam dan kita harus beristirahat. Maka, sebaiknya kita membereskan ini.” Bernot dibantu oleh Zeus dan Yasir pun membereskan tenda yang berantakan. Mereka bahu-membahu serta menghidupkan kayu bakar kembali untuk menjadi penerang. Sementara Yasir tidur di dalam tenda bersama Bernot, Zeus membaringkan tubuhnya dan menatap langit malam yang bertaburan bintang. Ia berharap ada hal baik pada esok hari. Mata Zeus menutup bersamaan dengan datangnya burung hantu yang menukik di atas pohon.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN