15: TIBA DI NEGERI ETANIO

1426 Kata
Setelah melakukan perjalanan panjang, Zeus bisa melihat negerinya dari jarak yang lumayan dekat. Ia telah berhasil menempuh perjalanan jauh untuk bisa pulang. Ia pun mempercepat langkah sebelum matahari terbenam. Ia bisa melihat kalau langit sebentar lagi akan gelap, maka ia harus sampai ke negerinya sebelum hujan turun. Ia berjalan dengan cepat melewati pepohonan sambil menghirup udara karena sebenarnya ia sudah sangat kelelahan. Ia sejenak menghentikan langkah sebab ia merasa haus dan meminum air yang sengaja ia bawa dari sungai di hutan. Belum Zeus meneguk minumannya, hujan membasahi bumi sehingga ia pun dengan tergopoh-gopoh berlari menuju pohon rindang yang dekat. Sialnya, memang tidak ada tempat yang bisa dijadikan tempat untuk berteduh dan ia harus merasakan dinginnya air hujan menyentuh kulit. Ia pun mengambil pakaian hangat yang dibawa dari tas dan mengenakannya. Jika hujan begini, ia tidak mungkin melakukan perjalanan lagi dan akan terjebak sampai hujannya reda. Ia menoleh saat ada suara ringkikan kuda dari belakang tubuhnya tetapi tidak ada satu pun kuda yang bisa ia lihat. Seakan menyadari kalau ia berteduh di tempat yang salah, Zeus melangkahkan kaki meninggalkan pohon yang lebat. Ia sudah pernah mendengar kalau lokasi yang tadi ia singgah merupakan tempat terjadinya peperangan yang mengakibatkan banyak korban berjatuhan. Pepohonan yang berbatasan langsung dengan negeri Terate telah menjadi saksi bisu betapa mengerikannya perang yang sempat berlangsung. Ia bergidik ngeri saat membayangkan suara kuda tadi bukan suara kuda yang asli, tetapi mendadak ia tidak ingin melihat ke belakang karena seakan ada langkah kuda yang mengikutinya. Ketika Zeus menoleh ke belakang, ia memang tidak menemukan apa pun. Jadi, ia pun berlari menerjang hujan untuk bisa meneduh di tempat yang tepat agar ia tidak merasakan hawa aneh di sekitarnya. Ia bersyukur ketika kakinya berhasil mendekati tugu Etanio, tidak ada lagi langkah yang mengikutinya. Ia pun duduk di kursi beton yang ada di dekat tugu sambil menatap hujan yang lebat. Ia ingin melanjutkan perjalanan tetapi ia benar-benar haus sekarang. Ia pun mengambil minum dan menegaknya sampai habis sebelum menyadari ada beberapa orang yang mengendarai kuda mendekati negeri Etanio. Ia tidak tahu siapa gerangan yang berkuda pada saat hujan lebat tetapi ia merasa kalau dirinya jauh lebih menyedihkan karena jalan kaki dan harus merasakan air hujan membasahi tubuh. Lagi, ia tidak menyesal telah memberikan kudanya kepada sepasang suami istri itu. Ia juga tidak akan mengeluh. Seketika hujan deras yang turun mendadak sirna, Zeus hanya bisa melihat titik air hujan. Maka, ia pun segera melakukan perjalanan yang tidak jauh lagi. Ia melangkah dengan cepat dan hati-hati agar tidak terjatuh karena jalanan sangat licin. Ia menyenandungkan lagu sambil menyemangati dirinya sendiri karena ketika tiba di rumah nanti, ia bisa membersihkan diri dan istirahat. Ia lupa kalau ibunya pasti akan mengomeli sehingga ia harus punya tenaga ekstra untuk meladeni. Ia tidak lagi merasakan air hujan dan ternyata, matahari pun sepertinya belum berniat untuk terbenam. Itu tandanya waktu malam tiba, masih lama. Zeus merasa sudah lama sekali ia tidak melihat negeri Etanio dan begitu merindukan suasana serta rakyat yang tinggal. Ia masih takjub sehingga belum melangkahkan kaki untuk memasuki gerbang, padahal ia bisa saja langsung melangkah kemudian berlari menuju rumahnya. Namun, ia ingin memandang negeri Etanio lebih dulu sebelum kembali ke rutinitasnya sebagai anak dari pedagang yang akan selalu menghabiskan waktu untuk membantu bekerja atau ia bisa menjahili anak tetangga atau pun ia bisa mencari pekerjaan yang menghasilkan upah cepat seperti mengangkat barang. Ia akan kembali merasakan hidup sebagai seorang pria pekerja keras setelah bepergian jauh untuk melepas penat dan melatih ketangkasan diri. Prajurit penjaga yang melihat kehadiran Zeus, merasa heran. Ia pun mendatanginya untuk mencari tahu agar tidak ada orang asing yang masuk ke wilayah negeri Etanio tanpa tujuan yang pasti. Ia menatap Zeus yang sudah menatapnya sambil mengangguk. “Apakah kamu tinggal di negeri Etanio? Bisakah aku keluar identitasmu?” tanya prajurit itu pada Zeus karena penampilan Zeus seperti pengemis yang ingin dikasihani. Ia melihat Zeus yang mengeluhkan kertas dan memberikan padanya yang langsung dibaca. Ia menoleh ketika teman sesama prajurit menepuk pundaknya. “Oh, Zeus. Kamu sudah pulang ternyata? Bagaimana perjalananmu?” tanya prajurit yang mengenal Zeus. Ia menatap penampilan Zeus yang berantakan dan sedikit keheranan. “Di mana kudamu? Apa telah terjadi hal yang buruk?” Ia jelas tahu kalau berkelana bukan hal yang mudah tetapi tak menyangka kalau Zeus akan mengalami hal buruk apabila ia lihat dari penampilannya. Ia menoleh pada temannya yang berbisik menanyakan apakah ia kenal dengan pria berantakan yang membawa surat izin bepergian. “Ya, aku mengenalnya. Setiap tahun, ia akan pergi meninggalkan Etanio untuk mencari keajaiban dunia. Biarkan dia masuk, aku bahkan tahu di mana rumahnya.” “Terima kasih sudah mengingatku.” Zeus mengambil kertas izin miliknya yang tadi diberikan kepada prajurit yang curiga. Ia sendiri masih tidak menyangka kalau akan berpenampilan kotor ketika pulang ke negerinya. “Aku tidak mengalami hal buruk selama pengembaraanku. Hanya saja, ceritanya sangat panjang, jadi biarkan aku pulang. Sampai bertemu lagi.” Zeus menunduk pada kedua prajurit sebelum melangkahkan kaki meninggalkan prajurit yang akan berjaga lagi. Mereka sepertinya tadi berteduh dari hujan tetapi lupa mengunci gerbang. Namanya juga manusia biasa, keteledoran pasti pernah dilakukan. Ia pun sama. Langkah kaki Zeus melewati rumah-rumah di negeri Etanio yang pintunya tertutup. Ia sangat merindukan orang tuanya sehingga bergegas belok agar bisa menuju rumah dengan cepat. Ia seketika menajamkan tatapan saat melihat ada sekelompok perempuan yang sedang mengerumuni lelaki yang sangat ia kenal. Ia melihat Aliko Gordonase, sahabat yang selalu berada di sampingnya ketika suka maupun duka. Ia pun melangkahkan kaki dengan cepat karena sepertinya Aliko mendapati masalah karena dari yang ia dengar, Aliko tidak sengaja menabrak salah satu perempuan sehingga jatuh dan gaunnya berlumuran lumpur. Ketika sebentar lagi tiba di tempat Aliko berada, mendadak Zeus menghentikan langkah sembari menyeimbangkan tubuh dan meraih tangan seseorang yang ingin terjatuh. Ia tersentak kaget dengan kecantikan wanita yang ada di hadapannya sekarang dan ia pun segera melepaskan genggaman tangannya serta menunduk. “Maafkan aku, aku tidak mengajak menabrakmu. Aku sedang buru-buru,” ucap Zeus sembari masih menatap wanita yang sangat memukau pandangan matanya. Ia tidak bisa melepaskan tatapan dari wanita yang sedang membenarkan gaun yang dipakai. “Bukan masalah. Aku yang harusnya meminta maaf karena tidak sengaja menabrakmu.” Lisa menyadari kalau ia tidak memperhatikan jalan karena asyik mengobrol dengan Gabriel setelah memberi tahu teman-temannya mengenai pernikahan yang akan ia langsungkan dengan Danius. Saking bahagianya, ia tidak tahu kalau ada pria berpakaian kumal sambil membawa barang sedang berjalan. Pria di hadapannya memang sangat berantakan tetapi tidak tahu mengapa matanya sangat bersinar dan membuat ia segera mengalihkan pandangan. “Sekali lagi, maafkan aku. Apakah kamu baik-baik saja?” Zeus tidak tahu apakah penampilannya rapi tetapi tahu kalau wanita yang ada di hadapannya tidak terpesona padanya. Ia menunduk dalam sebelum menatap kembali wanita yang berdiri di sebelah Gabriel. Ia mengenal Gabriel tetapi tidak tahu kalau Gabriel mempunyai teman secantik wanita yang ditabraknya. “Aku baik-baik saja. Kamu tidak usah khawatir. Kalau begitu, aku pergi dulu.” Zeus tentu ingin berlama-lama sebenarnya. Namun, ia cukup sadar diri untuk tidak mendekati ketika penampilannya sedang berantakan. Ia masih melirik pada wanita cantik walaupun kakinya sudah melangkah. Wanita itu bersama Gabriel berjalan menuju arah istana Etanio. “Aku merindukanmu!” Aliko dengan semangat yang membara langsung memeluk Zeus tanpa peduli kalau Zeus sedang basah kuyup. Ia tadi baru mengetahui kehadiran seseorang yang sudah ia anggap seperti kakak sendiri. Selama ia hidup sebatang kara, memang keluarga Zeus yang sangat peduli padanya dan memberikan pekerjaan yang layak untuknya. Ia akan selalu bersikap baik pada keluarga Zeus untuk membalas budi atas apa yang diberikan. Ia melepaskan pelukan. “Kenapa kamu pulang tanpa membawa kuda? Kamu harus menceritakannya padaku!” Aliko ingin tahu cerita perjalanan Zeus saat mengembara karena pasti sangat menyenangkan. Ia pernah diajak oleh Zeus untuk ikut tetapi ia tidak mau karena lebih memilih membantu orang tua Zeus berdagang. Ia harus menjadi pegawai yang baik dan rajin tanpa perlu izin kecuali memang sakit. “Akan aku ceritakan tetapi sebaiknya kita pulang dulu. Aku yakin ibuku sangat khawatir karena aku pulang di luar hari yang ditentukan.” Zeus menatap Aliko yang mengangguk, dari tebakannya ia tahu kalau ibunya pasti sedang cemas memikirkannya yang tak kunjung pulang. “Oh ya, apakah kamu mengetahui lingkar pertemanan Gabriel? Aku tadi melihatnya bersama seorang wanita. Kalau dilihat dari penampilannya, dia sepertinya bukan berasal dari keluarga biasa saja.” Mendapat tatapan tajam dari Aliko, Zeus seakan lupa kalau ia telah melakukan kesalahan dengan membahas Gabriel. Ia baru ingat kalau hubungan Aliko dan Gabriel tidak begitu baik karena ada sedikit kesalahpahaman. Benar, kesalahpahaman, tetapi tentu pertemuannya dengan wanita cantik tadi bukan sekedar salah paham, maksudnya salah tabrak. Zeus merasa bahagia.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN