Kejutan

1122 Kata

Aku mulai mahir dalam menjahit luka atau robek pada kulit. Sungguh, aku begitu senang dengan ilmu baru yang kudapatkan sehingga aku sering mengulangnya di rumah, dan meminta Aa untuk mengkoreksi hasil jahitanku. Ternyata, di rumah ada lengkap alat praktek bedah milik Aa. “Sudah rapi, Sayang,” bisiknya pelan seraya mengelus puncak kepalaku. Saat ini kami berada di rumah, tepatnya di ruang kerja Aa. Aa sibuk dengan conference call bersama Rey. Sibuk membahas rencana mereka membuka cabang kafe baru. Aku sibuk dengan hecting pad-ku. Menurutku, stase bedah itu memang berat, tapi menyenangkan. Di awal, aku terlena, tetapi semakin ke sini, aku merasa kewalahan. Makan adalah prioritas kesekian, yang paling utama adalah tidur. Setiap kali ada sedikit kesempatan, aku memanfaatkannya untuk tidur.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN