"Ng! Bas!" Selly mengakui sentuhan Ibas begitu hangat. Tangan prianya bekerja maksimal. Besar, punya titik berat dan memberikan hawa panas lebih dari demam yang Selly rasakan. Sudah begini, jangankan mengingat pria lain. Dia bahkan tidak bisa mengingat dirinya sendiri. Belaian pemuda itu terlalu melenakan. Ibas mendekatkan bibirnya di rungu Selly. "Tanpa seizinmu. Aku tidak akan melakukan apapun," ucapnya serius. Selly hanya membatu. Entah kapan terakhir kali dia merasa diistimewakan. Merasa ada seseorang yang sangat mendambakannya. Jika Selly ingat. Terakhir adalah di malam itu. Mengenangnya, membuat Selly paham akan posisinya. Sekuat apapun dia meraih uluran tangan Ibas, suatu saat pasti akan ada penghalangnya. Dan lebih baik dia merasa sakit hati dari sekarang daripada nanti. Selly ti