AL (3)

837 Kata
Dia tahu kelemahan saya Maka saya akan cari kelemahan dia Karena permainan ini tak mudah Untuk dimenangkan ~Clovis Millard Aditya~ Seorang pria tampan, tinggi, dan bertubuh kekar memasuki rumah bordil setelah memberikan kartu VVIP sebagai tanda bukti keamanan kepada penjaga di depan. Ini adalah rumah bordil berkelas jadi pengamanannya pun harus ketat. Lovis tak merasa aneh saat melihat sudah banyak orang yang meliukkan badannya dan melakukan Sexs di mana-mana, ia tak peduli dan langsung berjalan ke arah kamar nomor 101, tempat ia dan pelacurnya akan tidur bersama. Lovis langsung menutup pintu setelah masuk ke kamar, tak lupa ia kunci. Lovis bisa melihat ada wanita cantik sedang berdiri di depan jendela dengan gelas kaca berisikan minuman Vodka. Pakaian p*****r itu sangat menggoda dengan gaun tipis nan pendek serta ketat, dan punggung yang terekspos dengan elegannya. "Saya tidak menyangka malam ini bisa melayani dosen saya sendiri." "Saya tahu kamu mahasiswi saya dan rumah bordil ini menjaga privasi setiap pelanggannya, saya tidak ingin berbasa-basi, ayo kita mulai." Ale tersenyum miring saat mendengar ucapan Pak Lovis yang sepertinya sudah tak tahan menghabiskan malam ini dengan desahan, ia pun berbalik badan dan sontak langkah Pak Lovis yang hendak mendekatinya terhenti. Sekarang Ale yang menghampiri dosennya, ia bisa melihat tatapan terkejut dan gerak tubuh diam mematung yang membuatnya merasa senang karena bisa memberi balasan setimpal pada dosennya. "Apa kabar dosenku yang alim?" tanya Ale dengan nada menggoda lalu memeluk leher dosennya ini namun tangannya langsung dihempaskan oleh Pak Lovis. "Kamu ngapain di sini?! Saya bukan menyewa kamu!" teriak Pak Lovis saat melihat mahasiswinya yang tadi siang ia keluarkan, sungguh ia terkejut saat tahu Ale juga p*****r di sini. "Saya dan Sania tidak jauh beda kok, Pak." Ale bersikap sangat santai menghadapi dosennya ini berbeda sekali dengan dosennya yang tak bisa mengontrol emosinya dan langsung ingin keluar dari kamar ini lantaran tak mau berurusan dengannya. Ale tak habis pikir kenapa Pak Lovis mau berhubungan dengan para pelacurnya tapi menolak dirinya. "Pak, tunggu!" Ale berteriak memanggil Pak Lovis dan segera berlari menyusul dosennya itu,kali ini ia tak akan biarkan Pak Lovis lepas apa pun caranya. Saat sudah dekat dengan Pak Lovis, Ale langsung memeluknya dari belakang dengan erat apalagi tangannya bergerak nakal untuk mengusap perut kekar dosennya dibalik kemeja hitam yang dikenakan. "Bapak tahu saya sering berfantasi bisa menghabiskan satu malam bersama dengan Pak Lovis. Otot tubuh Pak Lovis sungguh menggoda, apalagi nada bicara tegas Pak Lovis membuat tubuh saya bergetar hebat." Ale yang melihat reaksi tubuh Pak Lovis yang mulai menikmati setiap sentuhannya semakin berani menjilat telinga dosennya dengan penuh sensual. Pak Lovis sendiri rasanya tak kuat menahan godaan dari mahasiswinya yang terkenal seksi lalu membalik badan dan mencium bibir Ale dengan membabi buta. Sambil berciuman bibir, Pak Lovis menggendong tubuh Ale dan membawanya ke dalam kamar. Keduanya saling berciuman dengan panas, bahkan Pak Lovis hendak membuka gaun Ale namun segera ditahan oleh Ale. Aktivitas keduanya berhenti dengan rasa canggung, Pak Lovis langsung menjauh dari tubuh Ale setelah menyadari hal gila yang hendak ia lakukan pada mahasiswinya, ini bukan pertama kalinya bagi dirinya namun entah mengapa dengan Ale bisa sesulit ini. "Maaf Pak Lovis terhormat, saya mungkin berfantasi tentang bapak tapi tawaran saya sudah basi." "Maksud kamu?" "Saya menggunakan bapak untuk merekam kebusukan bapak, jadi enggak ada pilihan lain selain bapak meluluskan saya dengan mudah atau video kita malam ini tersebar luas di Kampus dan Internet." Ale memasang tatapan mengejek saat melihat ekspresi marah dan tangan mengepal Pak Lovis saat ia mengatakan tujuannya. Semua ini adalah jebakan Ale untuk bisa mendapatkan kelulusan dengan mudah tanpa harus menggunakan tubuhnya walaupun tadinya ia sudah kelewat batas dengan mencium Pak Lovis. "Kamu pikir saya takut dengan ancaman murahan kamu? Silahkan sebarkan, tapi saya enggak akan mengubah keputusan saya untuk mengeluarkan kamu dari kampus saya." Ale menatap terkejut sekaligus tak percaya atas apa yang diucapkan okeh dosennya ini, bahkan seketika sikap Pak Lovis berubah menjadi santai dan tak peduli. Hal itu membuat Ale langsung berdiri dan menarik kerah kemeja Pak Lovis dengan berani, tanpa mempedulikan status dosen dan mahasiswi. "Kalau video ini ke sebar maka nama baik bapak dan keluarga besar serta Universitas akan hancur, apa bapak yakin?" Bukannya menjawab pertanyaan Ale, Pak Lovis malah melepaskan tangan Ale dari kerah jasnya dengan kasar lalu membersihkan jejak tangan Ale di jasnya, seakan Ale adalah bakteri yang harus disingkirkan. Kening Ale mengerut bingung saat melihat Pak Lovis mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah video padanya. Sekarang giliran Ale yang marah dan emosi saat melihat video syur Pak Lovis dengan mahasiswi atau kekasihnya ternyata sudah ada di Internet dan berarti ancamannya tak berguna. "Melawan saya tidak semudah itu, Ale. Saya bukan pria bodoh seperti yang kamu pikirkan, kamu berhasil mengetahui satu rahasia saya maka saya juga akan mengetahui rahasia kamu. Tunggu tanggal main saya, Alena Mahera Clauvia." Setelah mengatakan hal itu Pak Lovis pergi meninggalkan Ale yang hanya bisa diam dan menatap emosi pada punggung tegap yang perlahan-lahan menghilang dari penglihatannya. Ale benci saat ia kalah dari lawannya, ia sudah pusing memikirkan tentang kuliahnya. "Dasar dosen kejam!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN