PADAHAL, waktu sudah menunjukkan tengah malam. Namun, lampu tidur di kamar Dion masih belum kunjung padam. Cowok itu masih terjaga dengan posisi tubuh yang menyamping sambil memeluk guling. Matanya belum terasa berat, mengharuskan ia terus berkelana dalam keheningan malam yang menyambutnya. Sudut bibir Dion naik, tersenyum hingga lebar. Ia tidak bisa tidur, sejak tadi sore otaknya hanya di penuhi oleh cewek bernama Olivia. Wajah juteknya, kemarahan yang meluap dengan pipi yang menyerbakan rona merah, semua itu terus menarik Dion. Ekor matanya tidak sengaja menatap kalender yang berada di samping lampu tidurnya, kemudian dahinya berkenyit sampai ia sadar bahwa besok adalah akhir pekan. Dion mendesis, entah karena apa, ia sungguh kesal. Sementara itu, di lain tempat, Olivia sedang duduk b