OLIVIA tengah bercermin di dalam kamarnya ketika tiba-tiba saja pintu terkuak dan kepala Mommy mencembul dari sana, lalu disusul tubuhnya yang masuk. Hampir saja Olivia mengeluarkan kata-kata kasarnya yang sering ia lontarkan kepada orang-orang. Tapi ia tidak bisa bersikap seperti itu kepada wanita yang sudah melahirkannya itu.
"Mommy ngapain ke sini? Nggak sopan ih, siapa tahu Oliv larang mommy masuk." Olivia berujar sambil memperbaiki tatanan masker di seluruh wajahnya. Ia melirik Mommy sekilas lewat pantulan cermin.
Mommy tersenyum, kemudian berjalan mendekat dan merapatkan tubuhnya ke tubuh Olivia yang masih duduk. Olivia memperhatikan Mommy yang membelai rambutnya.
"Ada tamu Liv, buruan turun. Kamu pasti suka kalo lihat tamu kita kali ini." Mommy terkikik geli, sementara Olivia mendongakkan wajahnya, menatap Mommy dengan raut wajah penuh banyak pertanyaan.
"Emang siapa mom?" tanya Olivia yang sudah terlanjur penasaran.
"Udah, turun aja. Nggak bakal nyesel deh kamu pokoknya."
Olivia mendesah kecil, "tapi Mommy kan lihat sendiri Oliv lagi maskeran, ya aneh kalo Oliv ujug-ujug datang ke ruang tamu. Yang ada tamu kita bakal langsung kabur." Sebagai tanggapan, Mommy hanya terkekeh sambil mengusap puncak kepala putri semata wayangnya itu.
"Lepas aja, maskeran bisa lain kali kok. Ini itu tamu spesial lho Liv, kamu jarang sekali ketemu."
Ah, mendengar Mommy bicara seperti itu membuat kadar keingintahuan Olivia semakin membuncah. Karena terlalu penasaran, Olivia akhirnya mengangguk mengiyakan. Terpaksa melepaskan masker yang belum tertempel selama lima belas menit di wajahnya. Tapi tak apa, ia bisa memakainya lain waktu, seperti apa kata Mommy barusan.
Olivia kembali menoleh, menjeda acara melepaskan masker dari wajahnya ketika suara Mommy menyambutnya lagi.
"Kalo gitu Mommy keluar dulu ya? Inget, jangan lama-lama. Pakai pakaian yang sopan. Ganti baju dulu sana," ujar Mommy santai, sambil tersenyum kecil, sementara Olivia memutar bola matanya malas.
Bersamaan pintu yang kembali di tutup dan Mommy sudah tidak menampakkan dirinya lagi, Olivia bangkit dari duduknya setelah masker di wajahnya sudah ia lepas. Ia berjalan setengah malas menuju lemari baju, membuka lemari itu, kemudian memilih pakaian yang sekiranya pantas dan cocok untuk turun ke lantainya bawah dan menemui tamu yang kata Mommy Olivia bakal suka.
Tapi, siapa? Ah, rasa penasaran Olivia berlipat-lipat lebih besar.
* * *
Olivia menutup pintu kamarnya, ia menunduk, memperhatikan penampilannya apakah pakaiannya ini pas dipadukan di badannya. Namun, Olivia berpikir sebentar, lalu mengendikkan bahu tak acuh. Ia berjalan menuruni anak tangga, ekor matanya tidak memperhatikan jalanan. Pusat utama perhatiannya sekarang adalah tamu yang tengah duduk di ruang tamu.
Kedua mata Olivia menyipit, mempertajam penglihatannya. Hampir berbarengan dengan itu, ia sadar jika kakinya sudah mencapai penghujung lantai bawah. Bola matanya membesar, langkah kakinya semakin bertambah kencang kala ia sudah tahu siapakah tamu itu. Mommy benar, dan Olivia benar-benar tidak menyesal menemui tamunya sekarang.
"Halo semua." Wajah Olivia memancarkan aura keceriaan yang begitu kentara. Ia tersenyum lebar, semua mata terpusat ke arahnya.
Olivia berjalan mendekati para tamu itu. "Halo om!" Ia menyapa laki-laki setengah baya, hampir seumuran dengan daddy-nya. Tapi kelihatannya laki-laki yang tengah Olivia sapa ini lebih tua dari kelihatannya.
"Oliv udah gede, ya sekarang? Nggak nyangka tambah cantik." Laki-laki yang Olivia sapa berbicara sambil terus memperhatikan Olivia hingga Olivia tersipu di puji seperti itu.
"Om bisa aja deh." Olivia mengambil sejumput anak rambutnya, lalu meletakkannya di belakang telinganya.
"Tambah cantik apanya, kayaknya mukanya tambah sangar deh."
Segera Olivia memalingkan wajahnya, perkataan yang menghantam hatinya begitu saja itu jelas mengusiknya. Penglihatan Olivia jatuh ke arah seorang cowok dengan rambut tatanan rapi, sedikit berjambul. Mata mereka saling bertubrukan, seketika rahang Olivia kembali mengeras.
"ELRACH!!! LO BARU KETEMU UDAH NYEBELIN BANGET ANJIRR." Olivia berjalan mendekati cowok itu, kemudian tangannya terangkat dan jatuh di puncak kepala Elrach. Ia tidak peduli jika cowok itu mengaduh kesakitan saat Olivia menjambak rambutnya. Salahkan Elrach saja yang sudah berceletuk secara asal seperti tadi.
"Oii Liv ... Berhenti upil, sakit nih." Elrach berkoar, namun bukannya menurut, Olivia malah bertambah geram. Langsung saja ia menambah kekuatan. Biar tahu rasa sekalian!
Mommy yang memperhatikan tingkah laku anaknya itu meringis, tatapannya terarah kepada Wisnu—tamunya saat ini sekaligus teman lamanya yang kini menetap di Surabaya. Setelah itu, beberapa detik kemudian pandangannya beralih menatap Olivia.
"Oliv, udah berhenti, nggak sopan." Mommy memperingati, tidak lama kemudian Olivia langsung memberhentikan aksinya dengan mulut yang mengerucut.
"Lagian Elrach mulai duluan mom. Nyebelin banget." Olivia melirik Elrach yang membalasnya dengan tatapan tajam. Tapi bukan Olivia namanya jika ia tidak bersikap masa bodo.
"Udah udah, sini duduk," ujar Mommy sambil menepuk-nepuk bagian kosong sofa di sampingnya.
Olivia menurut, mengangguk dan mulai melangkah mendekat. Sedetik setelah bokoongnya sudah mendarat sempurna di sofa, penglihatan Olivia terpusat ke arah Wisnu—papa Elrach.
"Om kenapa tiba-tiba ke sini? Ada keperluan apa om?" tanya Olivia, sepasang alisnya nyaris bersentuhan.
"Om kangen aja sama kamu. Pengin ketemu, lagian udah jarang kan kita bertukar sapa waktu om udah pindah."
Olivia mengangguk, pikirannya jatuh ke beberapa tahun silam. Waktu itu, jelas jika Olivia merasa sedih di tinggal oleh keluarga Elrach. Olivia bahkan merajuk saat mendengar kabar bahwa tetangganya itu akan pindah.
"Tante Kiandra gimana om? Nggak ikut?"
"Tadi sih sebenarnya mau ikut, tapi om takut istri om sakit. Lagian mamanya Elrach waktu kita mau berangkat juga baru pulang kerja. Tante cuma titip salam aja."
"Bagus dong istrinya om kerja, cari duit sendiri. Kerjaannya nggak cuma duduk-duduk sambil nonton dramanya cowok-cowok setengah cantik doang." Olivia berkata dengan penuh penekanan sambil melirik Mommy yang sudah terusik, bahkan melempar sinyal permusuhan lewat ekor matanya. Seperti biasa, Olivia tidak peduli.
Olivia tersenyum sinis, lalu ekor matanya mengerling. Di tatapnya cowok yang duduk di seberangnya. Sibuk dengan ponsel di genggaman tangannya. Tidak sadar, Olivia menggeram kesal.
"Hei, emang lo punya pacar? Dari tadi pelototin HP mulu. Ingat El, tuh benda nggak bisa lo bawa sampai mati," ucap Olivia tertawa sinis. Melipat kedua tangannya di atas dadaanya.
Elrach langsung terusik, segera ia mematikan ponselnya karena bukan hanya Olivia yang menatapnya, melainkan Wisnu dan juga Mommy-nya Olivia sudah melempar tatapan ke arahnya. Elrach mendesah, meletakkan benda pipih itu di atas meja.
"Gue nggak jomlo kayak lo ya Liv."
Olivia mendengus, "ck, mentang-mentang udah punya pacar. Coba siapa pacar lo, gue mau lihat!"
"Gue bakal lihatin fotonya nanti, tapi lo harus bilang Elrach ganteng dulu sebanyak tujuh kali."
Mencebikkan bibirnya kesal, Olivia langsung mencerca, "mending gue baca bismillah biar dapet pahala kalo gitu."