8. Dilanda Kebingungan

1516 Kata
"Lo mau ngomong penting apa?" tanya Arya tanpa berbasa-basi. Sebenernya Arya malas sekali bertemu dengan Cakrawala. Namun, entah mengapa dia penasaran dengan apa yang akan pria itu bicarakan. Ya, meskipun tahu hal penting itu menyangkut Senja. "Duduk dulu. Kenapa lo jadi nggak sabaran gini? Padahal jelas-jelas semalem lo nolak buat dateng." Cakrawala mengerutkan keningnya heran pada sikap Arya yang terburu-buru. "Mmm." Arya mendengus dan beranjak duduk. Sementara itu, Cakrawala memanggil pramusaji dan memesan dua cangkir kopi. Kemudian, dia mulai fokus pada Arya. "Sebenernya gue mau ngomong sesuatu soal Senja," kata Cakrawala memulai. "Udah gue duga," batin Arya tersenyum sinis. "Gue mau lo bilang sama dia kalo posisi sekretaris direktur pemasaran udah terisi. Jadi, Senja nggak perlu pergi ke perusahaan lo," lanjut Cakrawala dengan raut serius. Sama seperti sebelumnya, Cakrawala langsung bergerak cepat memblokir setiap perusahaan yang siap menerima Senja sebagai karyawan. Bahkan dia sudah menghubungi banyak relasinya untuk menolak Senja ketika melamar pekerjaan di perusahaan mereka. Oleh karena itu, sampai sekarang Senja masih menggelar status pengangguran, meski sudah 2 tahun lulus. "Maksud lo apa?" tanya Arya bingung. "Intinya, gue nggak mau Senja kerja di perusahaan lain. Gue pengen dia kerja di perusahaan bokap atau butik nyokap gue. Jadi, lo bilang aja ke Senja apa yang barusan gue omongin," sahut Cakrawala menjelaskan. "Sorry, gue nggak bisa," tolak Arya tegas. Selain Wulan sendiri yang meminta, dia juga sudah menyerahkan CV yang Senja kirim pada sang kakak. Selain itu, setelah melihat kualifikasi dan nilai Senja membuat kakaknya menerima wanita itu sebagai sekretarisnya. Jadi, tidak mungkin dia memutuskan sendiri, sedangkan hasilnya sudah ditentukan. "Loh, kenapa? Lo cuman tinggal bilang ke Senja kalo posisi itu udah ada yang isi. Terus, apa susahnya coba?" tanya Cakrawala terbelalak. Baru kali ini ada orang yang berani menolak permintaannya. Tidak seperti sebelumnya yang hanya dalam satu kali bujukan sudah langsung menerima dengan mudah. "Ya jelas susah, dong. Pertama, Tante Wulan sendiri yang minta pekerjaan itu ke gue. Kedua, kakak gue udah sreg sama Senja. Yang ketiga, gue udah bilang ke Senja kalo dia diterima dan hari ini juga udah bisa mulai kerja. Jadi, ya, gue nggak bisa ngelakuin apa yang lo minta," jelas Arya menggebu. Bahkan jika ketiga dari yang disebutkan itu tidak benar, Arya tetap tidak akan menuruti permintaan konyol itu. Memangnya Cakrawala siapa? Kenapa dia harus menuruti semua ucapannya? "Sial! Kali ini gue gagal," umpat Cakrawala kesal. "Maksud lo gagal itu apa?" Arya berusaha mencerna celetukan Cakrawala yang tidak disadari sang empu. "Jadi, selama ini lo sengaja bikin Senja ditolak kerja di mana-mana?" Jujur saja, Arya sangat penasaran. Apakah yang terpikir di kepalanya benar atau salah? Kalaupun benar, lalu apa yang membuat Cakrawala begitu gigih menghalangi Senja untuk bekerja? "Bukan urusan lo!" sergah Cakrawala ketus. Dia berdiri dan bersiap pergi. Percuma jika Cakrawala menjelaskan hal itu pada Arya. Lagi pula, pria itu tidak bisa mengabulkan permintaannya dan Senja tetap bisa bekerja di Lazuar Group. "Wala, tunggu! Lo mau ke mana?" "Udah siang, gue harus ke kantor." Setelah mengucapkan kata-kata itu, Cakrawala langsung pergi. "Sial! Jadi, Wala ngajak ketemu cuman mau ngomong ini doang? Ya ampun, buang-buang waktu gue aja!" Arya meraup wajahnya kasar. Jika tahu kejadiannya akan seperti ini, dia tidak akan datang dan bersantai di rumah sebelum pergi ke kantor. Waktunya terbuang sia-sia hanya untuk menghadapi kekonyolan Cakrawala yang ingin mencegah Senja bekerja. Pria dengan hidung mancung itu menghembuskan napas kasar. Dia berdiri dan meninggalkan area kafe menuju parkiran. Merogoh saku jas setelah merasakan ponselnya bergetar. "Ya, ada apa?" "Saya sudah ada di lobi perusahaan. Setelah ini, saya harus ke mana?" "Oh. Kamu tunggu saja di sana atau kalau tidak, kamu bisa langsung ke ruangan direktur pemasaran. Di sana ada sekretaris lama yang akan mengajarimu. Kalau kamu tidak tahu tempatnya, kamu bisa tanya ke resepsionis." Jika menunggu dirinya sampai di perusahaan, Senja akan terlalu lama menunggu. Ya, meskipun waktu kerja di mulai masih satu jam lagi. Namun setelah dipikir-pikir, pukul delapan kondisi perusahaan masih cukup sepi. Pasalnya, jam kerja di mulai dari pukul sembilan. "Baik, saya akan tanya resepsionis." "Kamu tunggu saya saja deh, tapi lumayan lama. Gimana? Atau kamu mau langsung ke atas saja?" Arya dilanda kebingungan. Dia takut Senja akan kesulitan mencari atau bingung karena kondisi kantor masih sepi. Kalau wanita itu sudah pernah ke perusahaan dan tahu letak ruangan di sana tidak masalah. Masalahnya, Senja karyawan baru dan hari ini pertama kalinya dia menginjakkan kaki di Lazuar Group. "Saya tunggu Pak Arya saja, tidak masalah kalau sedikit lama." "Ya sudah, saya jalan sekarang." Arya masuk ke mobil dan bergegas mengemudikannya. Tidak seperti biasa yang lebih santai, dia menaikkan kecepatan agar cepat sampai ke perusahaan. Tidak enak jika harus membuat Senja terlalu lama menunggu. Mungkin sekitar empat puluh sampai lima puluh menit, Arya sampai di parkiran bawah tanah perusahaan. Dia keluar dari mobil dan berlari dengan tergesa. Sampai di lobi, dia mengedar pandang dan mendapati Senja tengah duduk di sofa. "Maaf, ya, bikin kamu lama nunggu," kata Arya setelah tepat di depan Senja. "Eh, Pak Arya. Nggak apa-apa, kok." Senja langsung berdiri karena terlalu terkejut. Tidak lupa mengulas senyum sopan. "Ya sudah, kita ke atas sekarang saja." Senja mengangguk dan mengikuti langkah Arya. Mereka masuk lift menuju lantai tiga puluh tujuh di mana ruangan direktur pemasaran berada. "Pagi, San," sapa Arya. "Pagi, Pak Arya. Ada apa pagi-pagi ke sini? Bu Raya belum ada di ruangannya. Mungkin sekitar lima atau sepuluh menit lagi sampai," jawab Sandra melirik jam di pergelangan tangan kiri. Sandra adalah sekretaris lama yang akan digantikan Senja. Dia bekerja sebagai bawahan Raya sudah lebih dari 6 tahun. Berhubung dalam waktu dekat akan menikah, dia terpaksa harus mengundurkan diri karena calon suami memintanya untuk berhenti. "Nggak, bukan. Saya ke sini mau antar calon pengganti kamu." Arya bergerak ke samping membuat sosok Senja terlihat. "Calon pengganti Sandra atau calon istri lo?" Tiba-tiba, suara renyah seseorang menyambar. Sontak, Semua orang menoleh ke asal suara dan melihat sosok cantik Gentaka Raya Lazuar berbalut setelan kerja serba biru muda. "Apaan, sih, Kak. Bukannya udah gue jelasin kalo Senja ini anaknya Om Esa?" Ketika menanyakan posisi sekretaris, Raya berasumsi banyak hal. Seperti hubungan percintaan Arya dengan Senja, adiknya yang menyukai Senja, dan lain sebagainya. Meskipun Arya sudah berkali-kali menjelaskan, tetapi dia tidak dengan mudah percaya. "Cieee ... Om Esa. Biasanya juga lo manggilnya Pak Esa," kata Raya meledek. "Udah nggak usah mikir aneh-aneh. Gue ke sini cuman mau anter Senja dan sekarang gue mau kerja, dikit lagi udah jam sembilan," sanggah Arya tidak sekedar mengelak. Jika tidak segera menyingkir, Arya yakin sang kakak tidak akan berhenti menggoda. Dia tidak enak harus membuat Senja merasa tidak nyaman di hari pertama memulai pekerjaannya. "Nanti siang temenin gue makan siang. Tenang, gue yang traktir," kata Raya mengedip-ngedipkan sebelah mata. Arya mengerutkan kening curiga. Raya tidak akan tiba-tiba ngajaknya makan siang bersama jika tidak ada sesuatu yang ingin dibahas. Jangan-jangan sang kakak hanya ingin menggodanya saja. "Ya." Arya mengangguk dan bergegas pergi. "Senja, ikut ke ruangan saya." Raya melangkah masuk ke ruangannya. "Baik, Bu," jawab Senja tegas. Sampai di dalam, Raya langsung duduk di sofa. Dia menatap Senja dari atas sampai ke bawah. Tiba-tiba, kedua sudut bibirnya naik sempurna. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini. "Kenapa masih berdiri di situ? Sini, duduk!" tanya Raya sambil menepuk sofa sebelah. Senja terlihat kebingungan. Dia pikir, Raya akan menanyainya banyak hal tentang pekerjaan, tetapi yang terlihat justru tidak seperti itu. "Kenapa malah bengong?" Raya berdiri dan menghampiri Senja. Menyentuh lengan dan menariknya ke arah sofa. "Ayo, duduk." Kini, mereka berdua sudah duduk beriringan. Tubuh Senja serasa tidak bisa digerakkan. Dia merasa tidak nyaman dengan sikap Raya yang sok dekat. Selain mereka tidak saling kenal, posisi Senja di sana adalah karyawan baru Raya. "Jadi, sejak kapan kamu dan Arya menjalin hubungan?" tanya Raya penasaran. "A-apa?" Senja terkejut dengan manik mata terbelalak. Dia tidak menyangka kalau Raya akan menganggapnya sebagai kekasih Arya. Dia pikir ucapan tadi di depan hanya bercanda, sekedar ledekan antara kakak beradik. Namun nyatanya, wanita yang akan menjadi bosnya itu justru menganggap semua itu sungguhan. "Iya. Sudah berapa lama kalian pacaran?" tanya Raya lagi. Tangannya meraih tangan Senja dan meremasnya perlahan. "Saya dan Pak Arya tidak ada hubungan apa-apa, Bu. Kami baru saling kenal beberapa hari ini," jawab Senja jujur. "Udah nggak apa-apa, nggak usah malu-malu. Aku setuju, kok, kamu jadi pacar Arya," ujar Raya bersikeras. Arya tipe orang yang pilih-pilih jika ingin membantu orang lain. Jika tidak kenal dekat, dia tidak akan membantu. Apalagi ini tentang pekerjaan dan dia akan sangat teliti karena menyangkut perusahaan. Jika salah sedikit saja, sang kakek akan memarahinya habis-habisan. "Sumpah, Bu, saya dan Pak Arya--." "Oke, cukup! Kalian ini emang bener-bener kompak. Nggak kamu, nggak Arya, kalian sama-sama nggak mau jujur," kata Raya kesal. Dia berdiri dan melangkah ke arah meja kerjanya. "Tapi, Bu, sumpah saya dan Pak Arya tidak ada hubungan apa-apa. Kami hanya--." Senja tidak tahu harus bagaimana menjelaskan. Ucapannya dipotong lagi dan lagi, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. "Cukup! Saya paling tidak suka dibohongi. Lebih baik sekarang kamu keluar!" Mendengar ucapan Raya membuat Senja mengangkat kepala dengan terkejut. Apa dia telah dipecat sebelum memulai pekerjaan, di hari pertamanya diterima bekerja? Atau jangan-jangan kejadian ini ada campur tangan Cakrawala?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN