Sebuah Undangan Pesta

1106 Kata
"Anna, kau harus datang ke pestaku nanti malam!" ucap Rossie Stuart dengan nada yang tidak ingin dibantah di telepon. Annastacia menghela napas panjang lalu berkata, "Oke, baiklah. Kau menang, aku akan datang ke pestamu. Tapi aku tak punya baju pesta, kau tahu aku tak pernah melibatkan diriku dalam kegiatan ramah tamah sosialita. Tentu tidak mungkin aku memakai sneli putihku ke pestamu?" "Jangan pernah menjadikan baju sebagai alasan. Aku akan mengirimkan baju pesta untukmu sore ini, Sayang. Bye," balas Rossie dengan kata-katanya yang melaju cepat seperti mobil tanpa rem. Annastacia menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Sahabat kentalnya itu luar biasa menjengkelkan ketika memiliki keinginan, tak dapat ditolak. Telepon di meja kerjanya berbunyi, Annastacia segera menjawab panggilan itu. "Halo." "Halo, Dokter Anna, Anda harus segera datang ke IGD, ada pasien kecelakaan lalu lintas di tengah kota." Perawat ruang IGD yang menghubunginya dengan nada panik. "Aku segera ke sana." Annastacia segera berlari menuju ruang IGD. Ruang IGD sudah seperti pasar malam yang ramai pengunjung, banyak pasien berdarah-darah yang terkapar di bed pasien. Entah kecelakaan lalu lintas apa yang terjadi, yang jelas tampaknya tabrakan itu sangat parah dan memakan banyak korban. "Oke, mana yang masih bisa diselamatkan?" tanya Annastacia dengan praktis, dia tidak mau mengejar nyawa yang sudah di batas hidup dan mati karena percuma. "Wanita ini tanda vitalnya masih bagus, Dok," ujar perawat jaga ruang IGD seraya menyerahkan berkas data pasien yang dimaksud. "Oke, aku akan bersiap di ruang OK. Jangan lupa cek persediaan darah yang sesuai dengan golongan darah pasien ini." Annastacia bergegas ke ruang OK untuk bersiap-siap melakukan operasi. Dalam 5 menit segalanya sudah siap di ruang OK. "Scalpel, please," ucap Annastacia meminta pisau bedah pada kooperatornya. Wanita itu mengalami luka sobek tak beraturan non steril di bagian dadanya. Annastacia menyayat bagian tepi luka itu untuk mengecek ada tidaknya kerusakan jaringan di bawah otot. "Oohh perdarahan arteri, NS please ..., suction ... thanks." Annastacia mencari arteri yang bocor itu berada di mana. Beruntung tadi dia meminta kantong darah untuk pasien ini, pendarahan hebat terkadang berisiko menyebabkan shock pada pasien operasi pembedahan. Akhirnya dia berhasil mengikat arteri yang bocor itu dengan benang mikro. Annastacia mencari cedera organ dan jaringan lainnya, sepertinya hanya kontusi saja. Setelah memastikan segalanya aman, Annastacia menjahit kembali otot serta merapikan jaringan kulit yang sobekan lukanya tidak rapi kemudian menjahitnya dengan rapi. "Selesai. Pindahkan pasien ke ruang observasi. Antar pasien selanjutnya kemari. Aku butuh data kondisi pasien berikutnya segera," ucap Annastacia dengan praktis. Sepanjang sore itu Annastacia melakukan 3 operasi pembedahan yang menguras tenaganya. Dan dia masih harus pergi ke pesta. Ya Tuhan! Apa dia harus menyunggingkan senyum di wajahnya yang mengalami paralisa otot karena kelelahan di pesta Rossie nanti malam? Hiks hiks. Wanita itu pun mengambil kunci mobilnya dan tas kerjanya lalu bergegas ke parkiran eksklusif mobilnya di Rumah Sakit Wyndham International. Annastacia adalah dokter spesialis bedah yang disegani di rumah sakit itu. Usia Annastacia memang terbilang masih sangat muda untuk pencapaian kerjanya, dia baru berusia 30 tahun ini. Terkadang mengorbankan kegiatan bersosialisasi dan memangkas keinginan berpacaran di usia belia itu sepadan dengan hasil yang didapatkan. Itu menurut pendapat Annastacia. Lagipula menyelamatkan nyawa sesama manusia adalah tindakan yang mulia. Seorang dokter bedah seolah memiliki lisensi dari Tuhan untuk menyelamatkan nyawa yang nyaris terlepas dari raga duniawinya. Keluarga besar Annastacia hampir 95% berprofesi sebagai dokter. Kakak perempuannya, Jocelyn Brighton adalah dokter obsgyn yang terkenal di rumah sakit yang sama dengan tempat dia bekerja saat ini. Sedangkan kakak laki-lakinya yang tertua dari tiga bersaudara itu berprofesi sebagai dokter spesialis neonatus pediatrik. Agak bekorelasi dengan bidang kakaknya Jocelyn. Sementara papa dan mamanya sama-sama bekerja sebagai dokter spesialis internis. Seluruh anggota keluarga intinya bekerja di Rumah Sakit Wyndham International. Terkadang dia bingung, kenapa semua anggota keluarganya harus bekerja di satu tempat yang sama. Sangat tidak bervariasi, pikir Annastacia. Namun, dia mengakui bahwa rumah sakit tempat mereka bekerja adalah rumah sakit terbaik di Amerika Utara. Salju mulai turun lagi sejak tadi sore, kemungkinan jalanan yang licin yang membuat banyak kecelakaan lalu lintas. Dia pun harus berhati-hati agar tidak menjadi korban kecelakaan lalu lintas. Mobil mini cooper merah maroon kesayangannya tidak pernah membuat masalah selama ini, dia pin bukan pengemudi yang suka mengebut. Segalanya seharusnya aman dan jauh dari kecelakaan yang tidak diharapkan. Annastacia sudah berkendara selama hampir satu jam menuju ke apartmentnya di sebelah barat kota Dennery. Nanti malam dia harus berkendara ke Anse La Raye tempat dimana rumah Rossie Stuart berada, rumah itu sangat besar seperti mansion. Dulu ketika Annastacia dan Rossie masih kecil mereka sering berkemah di halaman belakang rumah Rossie yang berhadapan langsung dengan teluk. Sahabatnya sebenarnya ada 3 orang, Juliet Grayson, Brianna Ansley, dan Rossie Stuart. Mungkin mereka pun akan datang ke pesta Rossie nanti malam. Dari keempat wanita itu hanya dia yang masih betah melajang, tiga wanita yang lainnya gemar berganti-ganti pasangan dan Juliet malah sudah menikah tahun lalu sekalipun belum memiliki anak hingga kini. Akhirnya Annastacia sampai di apartment Sky Eternity, dia memarkir mobilnya di basement. Kemudian naik lift ke lantai 5, bangunan itu hanya setinggi 10 lantai dan unitnya berada di tengah-tengah. Ketika akan menuju ke unitnya, Annastacia bertemu dengan kurir pengirim gaun pesta dari Rossie Stuart. Pemuda itu meminta tanda tangannya lalu menyerahkan gaun pesta berwarana merah menyala itu pada Annastacia. Annastacia pun membawa gaun pesta itu masuk ke unitnya. Dia pun membuka plastik pembungkus gaun pesta itu dan terperangah melihat model gaun pesta itu. What the hell! Rossie pasti sudah gila! Gaun pesta itu berlebihan sekali, nyaris terbuka di bagian punggung hingga b****g dengan bagian d**a yang rendah. Apakah Rossie ingin melemparkannya ke p****************g? pikir Anastasia sembari mengernyitkan alisnya. Dasar Rossie sialan! Ini tidak lucu sama sekali. Annastacia pun menelepon Rossie dengan ponselnya. "Halo." "Halo, Anna. Kau pasti sudah menerima gaun pestanya, kan?" cerocos Rossie sebelum Annastacia sempat menyemprotnya. "Apa yang kau inginkan, Rossie? Gaun pesta itu terlalu heboh dan sangat terbuka, aku tidak mau memakainya. Aku batal pergi ke pestamu, Rossie!" ujar Annastacia kehilangan kesabarannya. "Jangan berani-berani melakukannya, Ana. Kau harus datang, ini pesta yang sangat meriah, aku bahkan berhasil mengundang beberapa selebritis. Awas kalau kau tidak datang, aku tidak akan mau lagi berteman denganmu selamanya!" teriak Rossie di telepon yang membuat telinga Annastacia berdengung mendengarnya sebelum menutup panggilan itu. Lagi-lagi Annastacia harus mengalah pada Rossie. Wanita itu paling galak diantara 3 sahabat kentalnya. Namun, Rossie yang paling dekat seperti saudarinya sendiri dengan Anastasia sedari kecil. Annastacia menatap ponselnya dengan putus asa. Dalam hati dia berseru, TIDAK! dan hanya menguap menjadi bisikan keputusasaan karena teringat ancaman Rossie. Dengan langkah gontai, Annastacia menyeret tubuhnya yang lelah ke kamar mandi untuk membersihkan diri pasca bekerja seharian di rumah sakit. Dia butuh mandi air hangat untuk menghilangkan rasa lelahnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN