Bagi JC yang seorang popstar terkenal, buket bunga biasanya dikirimkan kepadanya dan bukan dia yang mengirim buket bunga untuk seorang gadis. Segalanya berbeda dengan Annastacia. Dia kini menjadi fans dokter bedah cantik itu.
Sesampainya JC di kamar hotel tempat dia menginap, pemuda itu memesan buket bunga mawar merah muda dengan babybreath putih ke florist yang letaknya beberapa blok dari hotel tempatnya menginap itu secara on line order. Dia membayarnya via transfered p*****t.
Buket bunga itu akan dikirimkan langsung ke unit apartment Annastacia sore ini juga. Tanpa identitas pengirim, dengan pesan 'Merindukanmu dalam pelukanku. Faithfully Yours.'
***
Acara lamaran Max untuk Dokter Jocelyn Brighton akan dilangsungkan besok siang di kediaman keluarga Brighton. Sedangkan, acara pernikahannya akan digelar lusa. Kerabat dekat Dokter Jocelyn Brighton yang berasal dari luar kota pun mulai berdatangan. Mereka menginap di rumah keluarga Brighton karena rumah warisan keluarga turun-temurun itu memiliki banyak kamar.
Ponsel Anna berdering lagi seusai dia keluar dari kamar mandi dan masih belum berpakaian, hanya berbalut handuk. Anna segera mengangkat panggilan itu yang ternyata dari Jocelyn. Dia memasang bluetooth wireless earphone di telinganya lalu duduk di depan cermin rias.
"Halo, Calon pengantin. Ada apa meneleponku? Apa kau butuh bantuanku?" cerocos Anna dengan riang sebelum kakaknya sempat berkata apapun.
Jocelyn tertawa renyah lalu berkata, "Halo, Adikku yang berbakti. Apa kau akan mampir ke rumah nanti?"
"Tergantung ... apa ada hal penting yang harus kulakukan di rumah? Aku akan berkencan dengan John malam ini, Jocy," jawab Anna.
"Waaahhh ... sepertinya ada yang akan segera menyusulku untuk menikah," goda Jocelyn sembari tertawa lagi.
"Kau tertawa terus, Jocy. Awas gigimu kering! Katakan apa yang kau butuhkan?" tukas Anna sembari memakai skincare di wajahnya.
"Aku ingin memintamu membelikanku lingerie yang seksi, Anna. Kau tahu 'kan selama ini aku selalu tidur dengan piyama? Aku belum sempat berbelanja dan ini pun masih sibuk dengan tamu. Bisa 'kan, please?" pinta Jocelyn mengiba.
Anna menghela napas berat, dia bahkan tidak pernah membeli lingerie seumur hidupnya. Tugas yang cukup berat karena dia akan pergi bersama John. Pasti akan memalukan! Anna pun mengerang pelan.
"Akan kucoba mencarinya, Jocy. Apa hanya itu saja pesananmu? Ada yang lain?" tanya Anna lagi sembari menepuk-nepuk wajahnya agar skincare itu meresap ke dalam kulitnya.
"Iya, kurasa hanya itu. Kau harus mendapatkannya, Anna, ukuran badan kita sama, kalau kau cukup maka pas untukku," ujar Jocelyn dengan ceria tanpa merasakan keengganan Anna.
TING TONG! Bel unit apartment Anna berbunyi.
"Sudah dulu, Jocy. Ada yang menekan bel apartmentku dan aku belum memakai baju. Bye!" ujar Anna buru-buru mematikan ponselnya lalu menarik baju yang mudah dikenakan dari tumpukan pakaian di lemarinya.
Anna bergegas ke pintu unitnya untuk membukakan pintu.
"Kiriman bunga untuk Dokter Annastacia Brighton, apa Anda orangnya? Tolong tanda tangani bukti tanda terima di sini!" ujar kurir pengantar bunga itu sembari meminta Anna menandatangani buku nota pengiriman. Setelah itu dia menyerahkan buket yang terdiri dari 30 tangkai mawar merah muda mekar yang cantik dengan hiasan babybreath ke tangan Anna.
Kurir itu pun berpamitan lalu bergegas ke lift untuk turun. Sementara Anna masih bingung membaca pesan dari si pengirim bunga misterius itu. Anna teringat bunga itu mirip dengan bunga yang pernah dikirim oleh JC beberapa bulan yang lalu, tetapi tidak mungkin pengirimnya orang yang sama. Popstar itu pasti sangat sibuk, tidak mungkin kurang kerjaan mengirim bunga untuknya.
Kemudian Anna pun masuk kembali ke unitnya dan mencari vas untuk menaruh bunga mawar merah muda itu dalam air agar tidak cepat layu. Dia menata bunga itu setangkai demi setangkai ke dalam vas berisi air sambil sesekali menghirup aroma wangi mawar itu. Dia memang menyukai mawar merah muda dan mawar putih.
Si pengirim bunga memilih mawar merah muda.
Anna masih memikirkan pesan yang dikirimkan bersama bunga itu, 'merindukanmu dalam pelukanku' ... Sungguh membingungkan dan sedikit menakutkan, Anna merasa bulu romanya berdiri.
"Semoga bukan psikopat yang mengirimiku bunga-bunga cantik ini," gumam Anna sembari masih terus menata bunga-bunga itu ke dalam vas.
TING TONG! Bel pintu unit Anna berbunyi lagi.
Dengan segera Annastacia bergegas membukakan pintu. Ternyata John yang datang untuk menjemputnya makan malam. Anna pun mempersilakan pria itu masuk ke dalam. Dia belum berdandan dan berganti baju karena sibuk sedari tadi.
"Kuharap kau tidak keberatan menunggu sebentar, John Dear. Tadi Jocy menelepon lalu ada kiriman bunga, aku menata bunga itu terlebih dahulu ke vas berisi air karena takut layu bila kudiamkan saja," ujar Anna sambil menyelesaikan menata bunga.
John mengamati bunga-bunga di meja pantry itu. "Ohh siapa yang mengirimnya untukmu, Anna? Banyak sekali bunganya, apa kau punya fans?" tanya John dengan sedikit perasaan cemburu yang tersamarkan dari nada bicaranya yang datar.
"Tidak ada namanya, John, sekalipun dia menitipkan pesan ke kurirnya. Bacalah, ada di amplop samping vas itu. Aku akan berganti baju sebentar," jawab Anna lalu menghilang ke kamar mandi sembari membawa baju untuk pergi kencan makan malam bersama John.
Dengan penasaran John membuka amplop berwarna merah itu lalu membaca selembar kertas pesan di dalamnya. Dia mengerutkan keningnya tidak senang dengan pesan yang terasa begitu intim itu. Siapa gerangan pengirim bunga misterius itu? Selama ini, kekasihnya itu jarang bersosialisasi dan hanya berkutat dengan pekerjaannya saja di rumah sakit. Apa mantan pasien Anna? pikir John dengan gundah.
'Sepertinya aku harus lebih berhati-hati menjaga Anna,' batin John dalam hatinya.
Tak lama kemudian, Anna sudah siap dengan midi dress warna ungu pastel bermotif polkadot putih. Rambut panjang coklat kemerahannya diikat ekor kuda agar rapi dengan belahan poni ke samping kanan.
"Kau cantik sekali malam ini, Sayang. Apa sudah siap untuk berangkat sekarang?" puji John sembari menatap Anna dengan kagum.
Annastacia mengulas senyum di bibirnya, dia selalu senang dengan cara John menatapnya yang membuatnya seolah istimewa. "Tentu, kita berangkat sekarang saja. Jocy tadi menitip untuk dibelikan barang, nanti sepulang makan malam kita harus mampir dulu ke Mall, John," ujar Anna.
"Baiklah, semoga Mall nya belum tutup saat kita ke sana. Aku membuat reservasi di The Abbys tadi sore," balas John sembari berjalan bersisian dengan Anna ke arah pintu.
Anna pun lalu menggandeng lengan John meninggalkan unitnya menuju ke lift untuk turun ke parkiran basement. Mereka harus bergegas karena hari semakin malam.
Cuaca yang cerah membuat orang-orang ingin menikmati makan malam di luar rumah. Jalan raya perkotaan cukup padat dan mobil John pun merayap di tengah kemacetan.
"John, apa kita bisa ke Mall dulu sebelum makan malam? Aku tidak enak pada Jocy bila tidak mendapatkan pesanannya karena Mall sudah keburu tutup," pinta Anna dengan hati-hati.
"Ohh ... tentu saja bisa, Anna. Di belokan depan kita bisa ke Mall terdekat yang cukup lengkap. Apa yang dipesan oleh Jocy? Mungkin aku bisa membantumu mencarikan barang itu nanti?" jawab John sambil fokus menyetir mobilnya.
"Lingerie ...," jawab Anna singkat dengan sedikit malu.
Dengan cepat John menolehkan kepalanya ke arah Anna sembari menaikkan kedua alisnya seolah tak percaya. "Lingerie, baju tipis untuk tidur?" ulangnya.
"Iya yang itu. Apa kau yakin bisa membantuku mencarikan lingerie untuk Jocy, John?" ucap Anna sembari tertawa berderai.
"Ehh ... m-mungkin kau lebih bisa mencarinya sendiri, Anna. Aku akan menemanimu saja nanti," balas John salah tingkah.
Anna masih menertawakan reaksi John ketika mereka sampai di parkiran Mall itu. Mereka pun bergandengan tangan masuk ke Mall yang ramai pengunjung itu untuk mencari lingerie pesanan Jocelyn.