Setelah semua percakapan yang sungguh menguras air mata, tiba-tiba perawat datang untuk waktunya Fadli mengganti perban pada luka jahitan di keningnya yang robek. Otomatis Hani dan Fadli bangkit berdiri dan segera merapikan diri masing-masing. Hani memutuskan menuju toilet untuk melihat dirinya sendiri yang sungguh kacau hingga sembab di matanya sudah tidak tertolong lagi. Sekalipun ini disembunyikan dengan cara menggunakan kaca mata, masih akan terlihat jelas. Andai saja dirinya bisa bersiap diri untuk membawa kaca mata hitam. “Kenapa ramai sekali?” gumam Hani. Dia mendengar suara keramaian dari dalam toilet yang ada di kamar rawat ini. Dan begitu dirinya keluar, terkejut lah Hani karena hampir semua staf dan dosen fakultas dakwah—kecuali Farah—ada di ruangan yang sama dengannya juga.