Sedari kecil Rey sudah memiliki kemampuan sixth sense. Berbeda dengan anak anak pada umumnya. Ia selalu ketakutan setiap melihat sesuatu yang aneh dan itu tak mampu ia tahan untuk tidak mengatakannya. Kadang ia sampai menangis ketakutan. Masih beruntung ia memiliki seorang abang yang sangat penyayang pada adiknya. Bang Dion adalah abang yang selalu melindungi adiknya dalam situasi apapun. Saat Rey ketakutan Dion yang memeluk adiknya, begitu juga saat Rey di ganggu temannya. Dion tak ragu ragu untuk mengajak duel, meski lawannya besar sekalipun, ia takkan mundur. Dan ia takkan lari sebelum benar benar kalah dalam duel tersebut. Tak jarang kedua bocah ini pulang dengan kondisi babak belur. Tapi salutnya mereka tidak ada yang menangis.
Sang Ayah yang mengetahui kedua anaknya babak belur tidaklah khawatir tapi justru sang ibu yang begitu histeris. Terutama Rey yang sangat ibu khawatirkan. Buat ayah justru ia senang melihat anak lakinya bisa babak belur begitu. Didikan sang ayah memang sangat keras, dilarang manja apalagi sampai ketahuan menangis. Bagi dia, lelaki itu harus kuat, tidak cengeng dan berani. Begitu juga yang ia ajarkan pada kedua anaknya, meski usia mereka masih anak anak sudah ia tanamkan doktrin tersebut. Ayah tak ingin kedua anaknya kelak bila ia telah tiada malah jadi pria yang lembek, lemah dengan setiap lawan.
Ayah yang selalu menjadi orang yang paling di segani di kampung membuat ia jadi panutan Rey dan Dion. Hampir semua orang di kampung sangat segan dengan keluarga Rey. Tidak ada preman atau siapapun yang berani menyentuh mereka. Setiap ada perselisihan pasti ayah Dion yang di jadikan penengah di antara kedua pihak yang berselisih. Padahal ia bukan seorang ketua RT atau orang yang memiliki jabatan tertentu di kampung itu. Tapi karena charisma beliau yang membuat ia jadi tokoh yang sangat di perhitungkan. Bahkan soal rumah tangga pun kadang ayah yang di minta untuk membantu selesaikan. Meski sebenarnya ia sudah menolak tetep saja orang orang pada berdatangan ke rumah.
Tidak hanya masalah social yang harus ayah hadapi di lingkungannya. Masalah klenik juga ia selalu di minta untuk mengatasinya. Rumah hampir tiap hari yang datang untuk berobat. Ada yang meminta air doa dari ayah agar persalinan bayinya di lancarkan. Ada juga yang minta di angkat jadi murid dari ayah. Tentu saja yang terakhir ini ayah menolaknya secara halus. Karena ia merasa belum pantas untuk jadi panutan bagi siapa saja.
Selama membantu orang, selama itu juga keluarga ayah selalu mendapat gangguan. Terutama yang dari alam sebelah. Banyak dukun yang berusaha menghancurkan kehidupan ayah. Sayang semua usaha itu sejauh ini sia sia. Kehidupan yang begitu sederhana sengaja ia ajarkan pada Rey dan Dion, agar kelak tidak kaget saat berada di bawah. Dari kecil keduanya sudah di ajak ayah untuk membantu ibu dalam berjualan.
Sisi buruk dari sang ayah di mata keluarga adalah sifat emosional yang kadang tidak terkontrol dan gampang tersulut. Kadang tidak ada hubungannya dengan keluarga, tiba tiba saja langsung memarahi orang rumah. Padahal kekesalan itu karena di lingkungan pekerjaan atau saat berinteraksi di luar rumah.
Ibu yang sudah bertahun tahun hidup dengan ayah tidaklah heran dengan kekurangan suaminya. Baginya selama suami menyayangi keluarga dan tidak neko neko, semuanya akan baik saja. Setiap manusia pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Jadi wajar ayah juga begitu, tidak ada manusia yang sempurna selain Rasulullah SAW.
Selain itu kedua orang tua Rey dan Dion memiliki penyakit yang cukup kronis dan itu juga sudah lama mereka alami. Ayah memiliki riwayat penyakit jantung yang rawan akan kejutan. Sementara ibu menderita penyakit diabetes mellitus atau kencing manis yang sudah menahun. Hebatnya lagi mereka selalu pintar menyembunyikan penyakit itu di depan anak anaknya. Bagi mereka, di mata anak anak harus tampil kuat, tidak lemah dan cengeng meski sakit yang tidak mampu mereka ungkapkan.
*****
Hingga suatu hari, tiada firasat apapun, ujian besar menimpa Rey dan Dion. Ayah yang selama ini menjadi orang yang mereka banggakan dan di segani, harus menghadap Illahi. Jantung yang sudah lemah menjadi factor utama dari penyebab perginya beliau. Serta satu masalah pribadi dengan seorang teman yang sudah ia anggap seperti saudara sendiri.
Semua karena hutang piutang. Ayah memang tak pernah menolak bila ada yang ingin meminta bantuannya, meski itu orang asing sekalipun. Apalagi dengan teman dekat ia rela berkorban segalanya bahkan nyawa taruhanpun ia berikan. Begitulah kebaikan hati seorang ayah Rey.
Pertemuan ayah dengan teman dekatnya adalah kehidupannya yang terakhir di dunia. Ia yang hanya berniat silaturahmi dengan teman lama, tak bermaksud untuk menagih hutangnya. Namun karena ketamakan seorang teman yang sudah berada di jalan yang salah, membuat teman itu jadi gelap mata. Teman tersebut telah salah menggunakan kepercayaannya selama ini. Uang yang berikan sebagai bantuan untuk usaha sang teman ternyata digunakan untuk ia berfoya foya di tempat lokalisasi. Bahkan nama sang ayah juga di jual di tempat itu agar teman tersebut bisa leluasa berhutang dengan pemilik rumah prostitusi atau g***o.
Ayah yang sudah sangat akrab dengan pemilik rumah prostitusi tersebut rupanya tidaklah di ketahui temannya yang tukang hutang. Namun ketika semuanya sudah terbongkar sang teman bermaksud ingin kabur tapi keburu tertangkap oleh anak buah g***o tersebut. Setelah tertangkap ia di siksa oleh para kroco g***o itu. Ayah yang sudah berada di tempat g***o itu dan menyaksikan temannya di siksa langsung bereaksi. Jantungnya perlahan mulai terasa sakit. Tapi tidak ada satupun orang yang ada di lokasi itu mengetahui penyakit sang ayah. Begitu juga dengan teman dekatnya tidak ada yang tahu tentang penyakit ayah.
Akhirnya hubungan ayah dan g***o itu jadi berantakan. Karena seorang teman ayah berani melawan tindakan g***o dan para kroconya. Ayah yang hanya seorang diri tanpa ada yang membantu, berusaha sekuat tenaga melawan semua anak buah g***o tersebut. Namun sekuat apapun ia melawan, karena jantung yang sudah melemah takkan bisa maksimal ia melakukan perlawanan.
Tanpa dinyana, ayah tiba tiba tersungkur tak berdaya di lantai. Dengan kondisi sekujur tubuh yang penuh luka dan lebam, makin memperparah keadaannya. Melihat kondisi ayah yang demikian, tidak membuat musuh mengendorkan tekanan pada sang ayah. Ayah hanya diam pasrah menerima semua pukulan tangan kosong dan benda tumpul dari anak buah g***o itu. Darah segar terus keluar dari mulut sang ayah. Telinga dan hidung juga mengeluarkan cairan merah yang segar. Meski dalam kondisi begitu ayah masih berusaha untuk bangkit dan melawan lagi. Namun apa daya, kekuatan ayah sudah habis. Penyakit jantung yang ia dera sudah overload untuk memacu darah ke seluruh tubuhnya.
Sang teman dalam kondisi terikat yang melihat ayah mendapat tekanan sedemikian hebatnya, tidak bisa berbuat banyak. Apalagi kakinya salah satu sudah di lumpuhkan oleh sang g***o. Ia tak tega melihat derita temannya tapi ia juga harus berusaha selamat dari tempat itu. Tiba tiba terlintas dalam pikirannya untuk berbuat licik demi keselamatan nyawanya.
“Stop bos, tolong lepaskan kami. Aku akan bayar semua hutangku dengan simpananku.”
“Huh kamu kira saya bodoh, percaya dengan omonganmu.”
“Tidak bos, kali ini aku tidak bohong. Nyawaku jadi taruhannya bos!”
Si g***o lalu meminta anak buahnya untuk menghentikan tindakannya. Ia tertarik dengan janji si teman ayah.
“Dimana tempat simpananmu itu?”
“Akan ku tunjukkan setelah dia mati, bos!” dengan tegas ia menunjuk sang ayah yang sudah terkapar di lantai.
“Bukankah dia temanmu yang sudah membantumu selama ini?”
“Tidak, dia bukan temanku, sudah lama aku merencanakan ini semua.”
“Apa masalahmu dengannya?”
“Karena dia telah mencuri kebahagiaanku satu satunya.”
“Apa itu?”
“Kekasihku telah di rebutnya untuk di jadikan istrinya.”
“Itu urusanmu, aku tak peduli, bagiku yang penting uangku kembali dengan bunganya.”
“Tenang bos, sudah ku siapkan semuanya. Sekarang biar aku selesaikan dendamku dengannya.”
“Silahkan.”
Si teman lalu menghampiri ayah yang sedang terbaring lemah di lantai. Matanya yang bengkak masih samar samar melihat temannya. Telinganya yang terluka namun masih mampu mendengar semua yang mereka obrolkan membuat ia jadi sedih. Tapi ia sudah tak memiliki daya untuk melawan lagi.
“Cuih … sekarang kau terima balasanku bro. Dulu kau rebut dia dariku dengan dalih cinta. Cuih, bullshit kau! Makan tu cinta!”
“Perlahan kau nikmati sisa hidupmu disini ya. Semakin cepat kau mati maka semakin bagus biar aku bisa kembali ke istrimu.”
Ayah yang masih sadar dan mendengar omongan temannya semakin naik lagi tensinya. Tapi tetap saja ia tak mampu berdiri. Apalagi pukulan dan tendangan juga turut mendarat di sekujur tubuhnya dari teman yang ia telah bantu. Hingga akhirnya nafas sang ayah benar benar berhenti total. Ia kini telah pergi meninggalkan dunianya.
Sang teman dan g***o yang melihat ayah tak bernafas tampak biasa saja. Seolah tak ada yang terjadi.
“Apa yang akan kau katakan keluarga temanmu, bro?”
“Biar itu jadi urusanku, bos!”
“Ok aku tunggu uang kembali dalam 1x24 jam, bila tidak nyawamu aku habisi juga.”
“Siap bos!”
Setelah itu sang bos g***o pergi meninggalkan teman ayah beserta raga ayah yang tidak bernyawa lagi. Si teman tampak senyum bahagia melihat jazad ayah yang sudah tak bergerak lagi.
*****