Pria itu menanggalkan pakaiannya satu persatu kemudian berjalan menghampiri Jenie yang tetap terlelap tanpa menyadari kehadirannya. Ia menyeka liur yang menetes menatap calon santapan lezatnya yang membuatnya tak sabar ingin segera menikmatinya. “Aku akan menikmatimu sebelum suamimu, manis,” gumam pria itu kemudian merangkak naik ke ranjang. “Kau benar-benar cantik,” pujinya menatap wajah Jenie yang tenang dalam tidurnya. Tak ingin mengulur waktu menyantap hidangan lezatnya, ia menunduk hendak meraih bibir Jenie yang tampak begitu menggoda. Kriet …. Belum sempat bibir pria itu mendarat di bibir Jenie, pintu kamar terbuka dan berdiri Rama yang menatapnya dengan sorot mata begitu dingin. Pria itu begitu terkejut. Namun, hanya sesaat karena setelahnya ia justru memasang wajah percaya d