Entah sudah berapa lama aku pingsan. Seingatku terakhir kali adalah aku jatuh tersungkur setelah melihat prosesi ijab kabul Mas Reno dengan Siska. Setelah itu, aku tak bisa mengingat apapun, selain ruang rumah sakit serta selang infus yang tertancap di tanganku. “Dek, kau sudah sadar.” Samar-samar kulihat Mas Reno berdiri di sebelahku, wajahnya tampak khawatir. Kemeja putihnya kotor oleh bercak darah. Sepertinya ia belum mengganti pakaiannya setelah acara pernikahan keduanya. “Aku dimana, Mas...?” Tanyaku dengan suara lemah. “Kamu dirumah sakit, dek. Karena tiba-tiba kamu pingsan.” Ujar Mas Reno sambil menggenggam tanganku erat. “Anakku, bagaimana kondisi anakku...?” Aku tak bisa melihat ada pergerakan dalam tubuhku. Bahkan tidak terlihat tonjolan di perutku seperti biasanya. Aku b