Penghinaan

1637 Kata
Luke hanya diam mengamati kepergian Anne, ia tidak menduga kalau Anne akan berani melawannya. Selama ini ia mengenal Anne gadis yang pendiam dan tidak pernah memberontak. Ia kemudian berbalik hendak menuju restoran, tempat yang akan menjadi pertemuannya dengan Tommy, teman sewaktu ia SMU. Di tengah perjalanan, langkah Luke terhenti. Greg. Mc Greggor, ayah Anne menghadang langkah kakinya. “Wel..wel…, lihatlah siapa yang sedang berdiri di sini?, kenapa Tuan Mc Greggor yang terhormat?, apakah anda tidak suka melihat saya kembali ke sini lagi?. Mungkin Anda takut, kalau saya akan mengatakan kejahatan yang pernah Anda lakukan kepadaku?. Tenang saja, aku tidak akan melakukannya.” “Bisakah kita berbicara berdua, di tempat yang tenang?, sambil duduk. Banyak hal yang perlu kita bicarakan.” “Sayang sekali, aku bukanlah orang yang tidak mempunyai banyak pekerjaan penting, seperti anda Tuan!. Betapa tidak menyenangkan bukan?, kini keadaan sudah berbalik.” Luke berjalan dengan angkuhnya, meninggalkan ayah Anne, yang hanya bisa terdiam di tempatnya memandangi punggung Luke. Mengabaikan rasa penasarannya, apakah ayah Anne tetap berdiri di tempat. Luke meneruskan langkah kakinya menuju ke restoran. Sesampainya di restoran, Luke melihat-lihat terlebih dahulu dan matanya pun menemukan seseorang yang akan ditemuinya. Ia pun berjalan menghampiri Tommy yang melambaikan tangannya. “Apakah kau sudah lama menunggu, Tom?, maaf tadi aku bertemu dengan kenalan lama dan berbincang sebentar.” “Tidak mengapa. Aku juga baru saja sampai, kok. Duduklah, Luke!” Setelah Luke duduk, ia pun bertanya kepada Tommy, bagaimana kabar teman-teman mereka. Ia juga bertanya apa yang terjadi dengan keluarga Mc Greggor, sehingga mereka tidak menempati rumah besar milik mereka lagi?” “Kawan-kawan kita, semuanya baik-baik dan banyak yang sudah menikah, juga memiliki anak. Mengenai keluarga Mc Greggor, mereka mengalami kebangkrutan setelah mengalami penipuan oleh rekan bisnisnya.” “Roda berputar bukan!, tak selamanya mereka berkuasa.” sahut Luke. Keduanya, kemudian terlibat perbincangan seputar bisnis dan juga orang-orang yang mereka kenal.” Mereka kemudian, berpisah, Tommy harus kembali ke kantornya di bank, sementara Luke kembali ke rumahnya. Sesampainya di rumahnya, Luke melihat barang-barang pesanannya untuk melakukan renovasi pembangunan rumahnya sudah datang. Ia melihat, kalau Billy sedang mengawasi jalannya pekerjaan para tukang yang sedang melakukan pekerjaannya. Merasa diawasi, Billy pun menolehkan kepala dan dilihatnya Luke yang berjalan ke arahnya. “Hello, Luke!. Akhirnya, kau ingat juga denganku!. Semua barang-barang pesananmu sudah datang, apakah kau sudah menemukan lokasi di mana kita akan membangun kantor?” “Syukurlah, kalau semua barang pesanan kita sudah datang. Besok, kita akan melihat-lihat tempat yang tepat untuk membangun bisnis kita di kota ini.” Ia lalu berjalan melihat proses renovasi rumahnya dan sesekali bertanya kepada tukang yang sedang bekerja. Luke sengaja mendatangkan para pekerjanya dari Florida, karena di kota ini, ia merasa lebih nyaman menggunakan pekerja yang biasa bekerja untuk perusahaannya. Dilihatnya jam tangannya, masih dua jam lagi waktu kerja para tukang ini kan berakhir dan mereka sudah berhasil melakukan hal pertama yang paling penting, yaitu memasang atap. Sementara untuk instalasi listrik dan air, Billy sudah mengurusnya dengan baik. Tidak salah, ia menjadikan Billy sebagai tangan kanannya. Entah mengapa, Luke merasa ingin melihat kembali Anne, meskipun dari jauh. Melihat wajah cantiknya yang kini sudah semakin dewasa. Ada rasa tanya di hatinya, kenapa Anne menyalahkan dan membencinya?. Bukankah seharusnya, hanya ia sajalah yang memiliki perasaan itu. Berdiri di pagar pembatas tanah yang memisahkan tanah keluarganya dengan hanya sepetak tanah milik keluarga Anne. Dilihatnya, Anne berjalan membawa keranjang yang sepertinya berisikan telur-telur. Begitu susahnyakah sekarang hidupmu, Anne?” tanya Luke dalam hatinya. Anne yang baru saja selesai mengambil telur ayam untuk dijualnya esok. Berhenti berjalan, ketika dilihatnya, Luke memandang dengan tajam ke arahnya. Ia pun balas menatap Luke dan menatapnya galak. Dengan cepat Anne berbalik dan menuju ke rumah kayu yang kini ditempatinya bersama dengan sang ayah. Begitu berada di dalam rumah, Anne memegang dadanya yang terasa berdebar kencang. Ia masih merasa marah kepada Luke, karena apa yang dikatakannya tadi pagi, tetapi kenapa jantungnya masih saja berdebar dengan kencang, hanya karena tidak sengaja bertatapan dengan Luke. Anne bertanya-tanya dalam hatinya, mengapa Luke menjadi sangat berubah seperti itu, apa kesalahan yang sudah diperbuatnya, karena selama ini justru ia yang merasa di sakiti oleh Luke. Ditaruhnya keranjang yang berisi telur di atas meja dan ia pun kemudian merebus air untuk membuatkan air minum ayahnya. Begitu air sudah mendidih, Anne menyeduh kopi, lalu diantarkannya kepada ayahnya yang kembali duduk melamun. Sudah dua hari ini, Anne melihat ayahnya sering melamun dan hal itu terjadi sejak kedatangan Luke kembali ke kota ini. Berulangkali, Anne hendak membuka mulutnya bertanya ada masalah apa antara ayahnya dengan Luke, tetapi ia tidak mau membuat ayahnya menjadi semakin kepikiran dengan pertanyaannya. Diletakkannya cangkir berisi kopi di atas meja, ia lalu menegur ayahnya, “Minumlah dulu, kopi ini, Yah!” Dengan tersenyum, Greg melihat ke arah Anne, “Nanti saja akan ayah minum, masih panas, bukan. Anne, ayah minta maaf, karena sudah menyeretmu ke dalam kehidupan yang susah ini dan ayah juga menyesali apa yang sudah ayah lakukan kepadamu dan Luke di masa lalu. Karena Ayah pikir, itu adalah hal yang terbaik, untukmu. Maafkan ayah, yang belum bisa mengatakan kepadamu, hal apa yang Ayah maksud.” “Ayah tidak perlu mengatakannya, kalau hal itu hanya membuatmu merasa sedih saja, karena hanya ayah saja yang kupunya di dunia ini.” Anne memeluk punggung ayahnya, yang semakin lama, semakin kurus saja. Padahal usia ayahnya baru 50 tahunan. Namun, kegagalannya dalam mempertahankan bisnis keluarga membuat kesehatan dan fisiknya. ` “Ayah tidak perlu memikirkan yang sudah lewat. Kita pasti bisa melalui ini semua, percayalah, Yah!” “Seandainya saja, kau mengetahui apa yang sudah ayah lakukan kepadamu, kau pasti akan sangat membenci ayah.” gumam Greg dalam hatinya. Selama beberapa saat hanya keheningan saja yang menyelimuti keduanya. Greg melepaskan pelukan anaknya dan mengambil kopinya. Ia lalu membawa gelas berisi kopi tersebut ke teras rumah dan duduk di atas kursi kayu, sambil menatap ke arah langit yang berwarna jingga. Perlahan dan pasti matahari akan tenggelam dan kehadirannya akan digantikan oleh bulan. Greg menyesap kopinya, sambil merenungi dosa masa lalunya yang sudah memisahkan hubungan kasih antara anaknya dengan Luke. . Seandainya saja, ia bisa memutar waktu, takkan dipisahkannya hubungan antara anaknya dengan Luke dan mungkin saja, ia akan melihat cucunya hadir di dunia ini. Tak terasa air mata Greg mengalir, karena kesalahannya, ia harus kehilangan cucunya, sebelum terlahir keduanya. Usahanya mendatangi Luke untuk meminta maaf dan menjelaskan alasan mengapa anaknya tidak mengunjungi dirinya di dalam penjara. Namun, Luke tidak memberikan kesempatan kepadanya untuk berbicara. “Aku harus menemukan cara untuk mengembalikan kebahagiaan Anne, kalau Luke memang tidak mau lagi kembali bersama dengannya, maka Anne pantas berbahagia dengan pria lainnya.” Dihabiskannya, kopi yang dibuatkan oleh Anne. Ia lalu berjalan menuruni tangga rumahnya. Akan dicobanya kembali untuk berbicara dengan Luke. Ini adalah usaha terakhir yang akan dilakukannya, semua ini demi kebahagiaan putri tunggalnya Anne. Greg melihat Luke yang berdiri di pagar pembatas tanah miliknya dengan tanah milik keluarga Luke. “Aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu Luke dan aku melakukannya demi kebahagiaan putriku. Kuharap kau bersedia mendengarkan penuturan pria tua ini.” Luke tertawa mencemooh, ke arah Greg. Dengan senyum sinis yang tersungging di bibirnya ia pun mengejek Greg, “Mengapa kau memaksaku untuk menjelaskan sesuatu tentang putrimu itu?, kau kira aku akan percaya dengan apa yang akan kau katakan. Bukannya ini hanya akal-akalanmu saja, karena tidak tahan hidup susah, pak Tua!” Greg menarik napasnya dengan berat. Ia tahu, pasti akan sulit untuk meyakinkan Luke, tetapi setidaknya ia sudah mencobanya. “Terserah kau mau menanggapinya apa, tetapi aku mau meminta maaf, atas kesalahan yang sudah kulakukan kepadamu. Aku hanya mau kau tahu, kalau Anne tidak bersalah sama sekali. Ia sama menderitanya sepertimu, bahkan penderitaannya lebih besar darimu. Kuminta kepadamu untuk tidak menyalahkan Anne lagi.” Mendengar nama Anne kembali disebut, membuat emosi Luke menjadi naik, “Pergilah Pak Tua dan jangan pernah kau perlihatkan lagi wajahmu di hadapanku, aku muak melihatnya. Kau seharusnya bersyukur, aku tidak menuntut balik, atas fitnah yang kau berikan kepadaku. Dengan kekuasaan dan uang yang kini kumiliki, aku bisa melakukan apa yang pernah kau lakukan.” “Aku akan pergi, tetapi aku akan mengingatkan kembali kepadamu, kau akan menyesalinya nanti, kalau kau tidak mau mendengarkan perkataanku tentang Anne!” “Kau benar pak Tua!, aku memang menyesal, karena pernah jatuh cinta kepada putrimu itu, tetapi sekarang aku sudah tidak mencintainya lagi. Tolong, kau katakan kepada putrimu, itu untuk tidak mengharapkan cinta dariku lagi, karena aku sudah mempunyai kekasih yang lebih cantik dan berpendidikan tinggi, ia juga berasal dari keluarga terhormat. Tidak seperti kalian sekarang ini, yang hanyalah petani miskin!” sindir Luke kasar. Greg menganggukkan kepalanya, hatinya terlalu sakit atas penghinaan Luke kepada putrinya, Anne. Greg pun berjalan meninggalkan Luke yang masih diam di tempatnya semula berdiri. Anne menunggu dengan gelisah ayahnya di ambang pintu rumah. Tidak biasanya ayahnya itu ke luar malam hari. Begitu melihat ayahnya berjalan menuju ke rumah mereka, Anne bisa bernapas dengan lega. “Ke mana ayah pergi malam hari seperti ini?, aku tidak mau sesuatu yang buruk terjadi kepada ayah?. Sekarang, ayo kita makan malam.” Greg tersenyum tipis kepada Anne, sambil berjalan masuk ke dalam rumah ia pun menjelaskan, kalau tadi hanya jalan-jalan saja untuk menghirup udara segar. Mereka berdua pun duduk di meja makan dan menikmati makan malam sederhana mereka. Greg tidak mengungkit sama sekali pertemuannya dengan Luke. Bangun pagi hari merupakan suatu rutinitas yang dilakukan oleh Anne. Pagi ini, ia akan membawa kentang dan telur hasil panen kebunnya semalam ke pasar. Di sana Anne sudah memiliki langganan yang membeli hasil panennya. Ketika Anne tengah menaikkan keranjang berisi kentang dan telur ke atas mobil pick up, Luke menegurnya dengan suara yang dingin dan kasar. “Berhenti meminta kepada ayahmu untuk mendatangiku. Hanya agar aku mau kembali kepadamu!, aku sudah memiliki kekasih yang jauh lebih baik dan cantik darimu. Ia juga terpelajar dan dari keluarga terpandang, tidak seperti keadaanmu sekarang ini!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN