Joana harus berterima kasih pada Jofan juga Joshua tentunya. Karena mereka pada akhirnya Jery dapat menjalani pengobatan dan perawatan yang layak. Tanpa Joana harus memikirkan biayanya untuk sekarang ini setidaknya. Joana sudah bernjanji pada papa Joshua, jika ia akan segera mengembalikan semua uang yang sudah dipinjamkan kepadanya. Jery sudah menjalani beberapa sesi kemoterapi dan bersyukurnya Joana karena Jery memiiki semangat hidup yang tinggi hingga remaja kecil itu mampu menjalani semua pengobatan dengan baik dan lancar.
Hari ini Jery sudah diijinkan pulang. Joana telah menyiapkan semua barang-barang Jery dan ia masukkan ke dalam tas.
"Kak ... benarkah aku sudah boleh pulang hari ini?" tanya Jery yang melihat kakaknya sibuk mengemasi pakaiannya.
Joana tersenyum manis menatap adiknya. "Iya, Jery sudah boleh pulang. Tapi ... nanti Jery masih harus datang untuk kontrol rutin juga melanjutkan kemoterapi. Mungkin hanya kurang beberapa kali lagi," jawab Joana. Melihat Jery yang lemah membuat Joana tidak tega dan selalu berusaha memberikan semangat pada adiknya. Setelah Joana membereskan barang-barang serta mengurus semua administrasi serta obat-obatan Jery, Joana bernapas lega.
Dengan menaiki sebuah Taxi, Joana membawa Jery pulang ke rumah. Melihat senyum Jery yang mengembang membuat hati Joana berbunga-bunga.
"Welcome home, Jery," ucap Joana kala mereka keluar dari dalam taxi. Ayah sudah menyambut kedatangan mereka.
"Jery senang sekali bisa kembali ke rumah. Meskipun rumah kita kecil dan sempit tapi terasa nyaman. Beda jika di rumah sakit. Jery tidak suka bau obat," celetuk Jery kala Joana memapah adiknya menuju kamar.
"Sekarang istirahatlah. Kakak akan memasakkan sesuatu untukmu."
Setelah membantu Jery berbaring di atas ranjangnya, Joana keluar dari dalam kamar Jery medapati ayahnya yang duduk di kursi ruang tamu. Joana mendekati ayahnya.
"Ayah senang akhirnya Jery bisa diijinkan pulang," ucap ayahnya saat mereka duduk saling berdampingan.
"Iya, Ayah. Joana juga senang. Tapi Jery tetap harus rutin melakukan pengobatan. Masih ada beberapa sesi kemoterapi yang harus Jery jalani."
"Tapi Joana, ke mana lagi kita akan mencari biayanya? Bahkan biaya perawatan Jery kemarin saja kita tidak tahu siapa yang telah membayarnya. Apa mungkin suster ada salah data?"
"Salah bagaiamana maksud Ayah?"
"Ya, mungkin saja mereka salah kira. Harusnya untuk orang lain bukan Jery."
Joana terdiam lalu menunduk. Dia sangat merasa bersalah karena tidak jujur pada ayahnya. Sehingga membuat ayahnya kepikiran karena dengan tiba-tiba ada orang yang telah melunasi biaya pengobatan Jery. Haruskah Joana megatakan yang sesungguhnya pada ayahnya. Entahlah, Joana juga bingung. Bahkan saat ini Joana juga masih kepikiran jika Jery harus menjalani kemoterapi untuk kesekian kali. Haruskah Joana kembali mendatangi Jofan dan meminta bantuan lelaki itu lagi. Ah, Joana jadi pusing. Apakah ia tak akan malu melakukan nya lagi.
Ponselnya mendadak berbunyi. Ada Joshua yag sedang menelpon. Joana menatap ayahnya. "Ayah, Ana ke kamar dulu, ya. Mau angkat telepon."
Ayahnya mengangguk. Joana berlalu masuk ke dalam kamar meninggalkan ayahnya seorang diri di ruang tamu.
"Hallo, Josh!" sapa Joana begitu ia menerima panggilan telepon itu.
"Ana! Bagaimana kabarmu?"
"Kabarku baik, Josh. Kau sendiri bagaimana?"
"Sepertinya aku sedang tidak baik-baik saja."
Mendengar jawaban Joshua, Joana panik. "Josh! kau sakit?"
"Tidak."
"Lalu, kenapa kau mengatakan jika sedang tidak baik-baik saja."
"Bagaiman aku bisa baik-baik saja jika kau di sana sedang bersedih hati karena sakitnya Jery."
"Astaga, Josh! Kukira kau sedang sakit. Josh, jangan terlalu khawatir padaku. Aku baik-baik saja Josh. Dan aku bersyukur karena Jery telah diperbolehkan keluar dari rumah sakit."
"Benarkah itu?"
"Ya, hari ini Jery keluar dari rumah sakit."
"Aku ikut senang mendengarnya."
Mereka berdua terdiam sejenak hingga Josh kembali memanggil Ana.
Joana, kau tidak perlu sungkan jika semisal kau masih membutuhkan bantuanku atau papaku. Aku yakin Papa juga tidak keberatan membantumu, Ana."
Deg
Ana terdiam. Apakah Josh tahu jika dirinya meminta bantuan Jofan.
"Josh, aku .... "
"Ana, aku akan sangat senang jika bisa membantumu. Papa aku sudah mengatakannya padaku jika beliau sudah membereskan semua biaya perawatan dan pengobatan Jery selama dirawat di rumah sakit."
"Josh, jadi papamu sudah mengatakannya padamu?”
"Iya, Joana. Jadi kuharap kau jangan lagi sungkan jika membutuhkan bantuanku juga Papa. Lagi pula sebentar lagi kita akan menjadi keluarga bukan?"
"Keluarga?" Joana mengernyit bingung mendengar penuturan Joshua.
"Ya, begitu aku lulus, aku janji akan langsung melamarmu dan kita bisa segera menikah. Dengan begitu bukankah kita akan menjadi keluarga?"
Hanya mendengar kata itu sudah membuat pipi Joana memerah.
Kenapa Joshua harus membahas masalah pernikahan. Bahkan sebenarnya Joana juga tidak sabar ingin segera bersatu dan menjadi istri Joshua. Tapi hal itu masih akan lama terwujud. Joana pun tak ingin terlalu berharap banyak pada Josh.
"Baiklah Joana. Aku tutup dulu teleponnya. Kau jaga diri baik-baik. Dan semoga Jery lekas pulih. Sampaikan salamku buat Jery. Aku sayang padamu, Joana."
"Akan aku sampaikan salammu pada Jery. Terima kasih banyak, Josh."
Joana meletakkan ponsel di atas ranjang. Airmata keluar membasahi pipinya. Sungguh dia tak menyangka jika Joshua sebaik ini kepadanya. Joshua yang merupakan keluarga berada dan tampan tentunya. Seharusnya lelaki itu bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih segalanya dari dia. Namun, Joshua tak melaukan itu dan Joshua telah setia kepadaya hingga detik ini. Joana sangat terharu. Merasa dicintai begitu dalam oleh Josh adalah hal teridah dalam hidupnya.
"Joshua, aku pun juga sangat menyayangimu,” ucap Joana lirih pada dirinya sendiri.
Tak hanya Joshua, tapi Jofan pun sama baik dengan kekasihya itu. Ada baiknya memang Joana kembali menemui Jofan untuk berterima kasih karena telah menyelamatkan nyawa adiknya. Jika tidak karena bantuan Jofan, mungkin saja Jery belum bisa mendapatkan pengobatan hingga detik ini. Dan mengenai Ayah, rasanya Joana belum siap untuk bercerita. Apa yang akan ayahnya katakan jika mengetahui anak gadisnya meminta pinjaman uang dari orang yang jelas-jelas bukan siapa-siapa. Meski ayahnya pun tahu tentang hubungannya dengan Josh.