kembali kepada Jenar yang baru selesai menyelesaikan pembicaraan dengan Bagas via telpon. Jam sudah menunjukkan pukul setengah lima sore, dan itu arti nya Jenar, Ayana dan Athar harus segera kembali ke Desa atau mereka akan bermalam di pos. Karena Pak Broto pernah berkata bahwa mereka tidak di perbolehkan untuk melintasi hutan pada saat malam hari. Ada banyak bahaya yang akan menghadang mereka.
Karena di pos sedang tidak ada siapa siapa, akhirnya mereka bergegas tanpa berpamitan terlebih dahulu. Mereka berjalan berjajar, Ayana sebagai pemimpin, sedangkan Athar berjaga di belakang, dan Jenar berada di tengah yang arti nya harus mereka lindungi.
Bermodalkan senter pada masing masing tangan, yang mereka bawa dari rumah singgah. Karena Athar telah memperkirakan segala nya, maka dari itu dia meminta kedua gadis itu untuk juga membawa senter sebagai alat penerang jalan.
Jika jalan yang Ayana tunjukkan benar, Athar memperkirakan bahwa sebelum maghrib, mereka semua sudah berada di rumah singgah. Dan harapan nya semoga gadis itu benar.
"Na.. Pegang tangan gue" ujar Jenar meminta Ayana untuk menerima uluran tangan nya.
Jenar pun melakukan hal yang sama pada Athar, jadi tangan kanan ia ulurkan pada Ayana, dan tangan kiri pada Athar.
Jenar hanya ingin tetap bersama mereka, dan tidak terpisahkan. Karena yang Jenar lakukan hanya berjalan sambil menundukkan pandangan. Jenar tidak ingin menatap kemana pun, rasa nya cukup satu arwah saja yang menganggu dirinya. Ia tidak ingin bertemu dengan yang lain nya.
"Kalian tetap baca baca surat Al Qur'an yang kalian hafal ya" ujar Jenar ketika merasakan sesuatu.
Jenar merasakan kehadiran sosok sosok menunggu hutan, yang berdiri di sepanjang lintasan, seolah menyambut mereka.
Ayana dan Athar menanggukkan kepala nya paham. Kemudian di dalam hati mereka mulai membaca ayat ayat Al Qur'an.
"Assalamu'alaikum.. Maaf kami cuma numpang lewat" ujar Jenar dengan suara yang bergetar menahan tangis.
Kedua tangan nya masih menggenggam tangan Ayana dan Athar dengan erat. Jenar bahkan meminta kepada Ayana dan Athat untuk berjalan lebih dekat dengan diri nya.
langkah Jenar sebenarnya serba salah, karena ketika ia menatap kedepan dan memperhatikan jalan, ia akan melihat banyak sekali sosok di depan sana. Namun ketika ia memejamkan mata, hal yang sama pun Jenar rasakan, sosok sosok itu terlihat lebih nyata didepan matanya.
Mereka bertiga tetap berjalan dengan langkah yang cepat.
***