TSURAYYA -10-

2444 Kata

Sejak Papa dan Mama secara terang-terangan menyampaikan rasa kecewa mereka karena perubahan sikap yang kutampilkan, pagi ini aku berusaha untuk bersikap sewajar mungkin, seperti biasanya. Seluruh orang, kecuali Papa sudah duduk di kursinya masing-masing di ruang makan. Aku mengambil duduk di sebelah Mas Gibran. “Kamu mau ke toko, Ya?” tanya Mas Gibran. Aku yang sedang mengolesi selembar roti tawar dengan margarin menjawab pertanyaannya dengan anggukkan. “Mau bareng aku nggak?” “Tumben banget nawarin bareng,” sahutku sambil menambahkan cokelat tabur ke atas rotiku dan menutupnya dengan selembar roti. “Kamu sehat kan, Mas? Nggak lagi kesambet atau apa, gitu.” Mas Gibran menepak bahuku dengan satu telapak tangannya. Aku yang baru akan menyuap roti ke mulutku, hampir saja menjatuhkannya kar

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN