Kami masih di Bogor. Tsurayya masih harus mengisi satu kelas sebelum pulang. Aku mengamatinya yang sedang memberikan penjelasan di depan Tante Arum dan juga teman-temannya. Aku tak tahu apa yang sedang diperagakannya di depan. Tapi, yang jelas rasanya sudah pasti akan sangat lezat. Aku masih membayangkan betapa bodohnya aku. Kemarin, aku merasa hal yang sama saat Tsurayya tiap kali meninggalkan rumah selama beberapa hari untuk bekerja. Aku merasa suasana rumah seakan berbeda. Semua makanan yang kumakan terasa berbeda di lidahku, meskipun masakan Bik Inah sekali pun. Yang membuat lidahku merasa bahagia hanya pai apel buatannya. Tapi, Tsurayya hanya mengizinkanku memakan sepotong tiap harinya. Kemarin, aku langsung membereskan tas dan memasukkan beberapa baju ke dalamnya. Aku memang berenc