Bianca hari ini begitu sibuk. Dia begitu lemahnya melakukan beberapa pemotretan dengan manajernya. Dia di temani orang-orang terdekatnya. Tetapi dia tidak di temani dengan angel. Dia membiar Angel untuk beristirahat. Dan, sengaja agar Giandra menemaninya. Bianca tidak tega meninggalkan Angel sendiri. Saat Dia mulai sibuknya bekerja.
"Hai.." sapa seseorang yang membaut langkah Bianca terhenti. Dia menggerkka kepalanya pelan menoleh ke belakang. Melihat sosok laki-laki yang berdiri di sampingnya.
"Ada Apa?" tanya Bianca.
"Mau jalan-jalan denganku. Bukanya Aku capek. Pikiran juga capek. Jadi Aku ajak kamu keluar. Kita tenangkan pikiran!" ucap Diego. Bianca terdiam sejenak. Dia bingung menjawab antara mau atau tidak.
"Gimana? Mau gak? Kalau memang kamu gak mau ya sudah" ucap Diego.
"Makan malam?" tanya Diego.
"Gak!" ucap Bianca tegas, dia malu jika harus makan berdua dengannya. Lagian juga dia gak tahu apa yang di rencanakan Devid padanya. Dia pura-pura baik atau baik beneran, Bianca juga tidak mengetahuinya, kebiasaan Diego yang selalu jahil padanya, ia tidak bisa percaya begitu saja dengannya.
Kruuukkkkk...
Haduh kenapa lagi nih perut, gak bisa di ajak kompromi sih, kenapa harus berbunyi di saat seperti ini, gumam Bianca dalam hatinya. Ia memegang perutnya dengan wajah yang mulai memerah malu.
Diego mengerutkan keningnya, mendengar bunyi yang tidak asing baginya.
"Perut siapa yang bunyi?" tanya Diego sembari menahan tawa menggoda.
Bianca hanya diam, mengalihkan pandangannya ke arah berlawanan. Wajahnya semakin memerah ia merasa malu jika Diego mengetahuinya.
"Kalau lapar bilang, jangan pura-pura gak mau di ajak makan. Padahal aslinya memang kamu lapar."ucap Deigo menggoda, dia menarik dagu Bianca agar menatap ke arahnya.
Doego menatap mata Bianca dengan senyum menggoda, menarik alisnya ke atas. "Aku akan ajak kamu makan di tempat yang sangat spesial" ucap Diego , yang hanya di jawab dengan senyum samar oleh Bianca.
Bianca melirik ke arah teman lainya. "Kalian pergilah dulu. Aku mau kekuar dengannya!" ucal Bianca.
"Anda tidak takut media meliput anda?" tanya salah satu manajernya.
"Tidak!" tegas Bianca.
"Baiklah!"
Sebenarnya aku tidak ingin menolaknya, siapa tahu memang benar Diego akan mengajaknya makan di tempat yang enak, dengan makanan mahal yang enak, pikirannya selalu terbayang makanan enak yang Diego berikan nantinya.
"Dasar!" ucap Diego, mendorong dahi Bianca dengan telunjuk tangannya.
"Kamu pasti mimikirkan makanan ya?" tanya Diego, yang mulai fokus lagi dengan jalan di depannya.
"Siapa yang berpikir tetang makanan"Gumam Salsa, ia memainkan ke dua telunjuk tangannya. Dengan wajah cemberut seperti anak kecil.
"Benar-benar sangat menggemaskan" batin Deigo dalam hatinya.
Bianca hanya diam mengerutkan bibirnya kesal, rasa malu yang menyelimuti hatinya. masih belum bisa hilang. Di saat ia tidak mau makan dengannya, perutnya tiba-tiba bunyi bikin kesal dirinya.
Dan ia behkan kini bertinggkah seperti anak kecil menghilangkan rasa malunya.
"Kamu mau makan apa?" tanya Diego, mencoba basa-basi, mengusap kepala Bianca.
"Terserah!" ucap Bianca yang masih tidak mau menatap ke arah Diego.
"Gak perlu malu, lagian kamu sudah malu-maluin. Kenapa harus malu segala" ucap Diego menggoda, di balas dengan pelototan tajam dari mata bulat Salsa.
"Apa katamu? Siapa yang malu-maluin?" tanya Bianca kesal, menatap tajam ke arah Diego.
"Ya, kamu-lah siapa lagi memangnya, gak mungkin kalau aku" ucap Diego. penuh percaya diri.
"Nyeselin banget ya, kamu." gumam Bianca kesal, melipat kedua tangannya di d**a, dengan pandangan mengarah ke kaca mobil. Meski ia kesal tapi tidak berani marah dan turun dari mobil. Ia takut gak bisa pulang nantinya.
"Aku hari ini ninggalin Dea" ucap Diego, membuat Bianca menoleh menatap ke arahnya
Bianca mendengar ucapan Diego, merasa hatinya ingin meloncat keluar dari kerangkanya. Gimana tidak, Diego rela meninggalkan kekasihnya tadi, dan menjemputnya di tempat lokasi syuting terkahir. Diego sudha tahu semuanya jadwal Bainca. Dia sengaja melakukannya agar bisa terus dekat dengannya. Ia memegang dadanya dengan raut wajah mulai memerah berseri.
"Kenapa kamu senyum-senyum?" tanya Diego menatap aneh pada Bianca, yang terus tersenyum memegang dadanya.
"Siapa yang senyum" ucap Bianca mengalihkan pandangannya lagi.
"Kamu tadi, lihat wajah kamu memerah tu"ucap Diego, mencolek pipi Bianca yang nampak mulai memerah.
"Jangan kepedena deh" gumam Salsa kesal. Menarik bibirnya sinis.
"Oo.. Iya, tapi kenapa kamu ninggalin kekasihmu? Apa kamu gak mengantar, dia pulang dulu?" tanya Bianca memastikan.
"Enggak, dia aku kasih banyak kerjaan di kantor. Jadi aku bisa pergi, lagian dia juga ada acara nantinya. Jadi setelah antar kamu ke rumah, aku mau pergi antar kekasihmu."ucap Diego.
"Oo.."jawab Bianca singkat, entah kenapa rasa senang itu berubah jadi rasa kesal, dan semakin kesal pada Diego. Hatinya semakin bergemuruh, engan perasaan yang tidak pasti dari laki-laki di sampingnya itu.
Aku kira dia benar-benar sudah ninggalin kekasihmu, ternyata masih saja gak bisa juah dari kekasihmu, nyebelin banget. Geruti Bianca dalam hatinya.
"Kenapa jutek?"tanya Deigo, yang melihat wajah Bianca nampak sangat cemberut saat mengucapkan jika dia punya kekasih. Entah sedikit kesal pada Diego
"Gak ada apa-apa, udah buruan kalau mau ajak aku makan. Aku sudah mau jenguk Alan. Sekalian aku mau belikan dia sesuatu"ucap Bianca.
"Emangnya kamu punya uang?" tanya Deigo, menatap ke arah Bianca
Bianca terdiam seketika, ada benarnya juga, ia memang tidak punya uang sekarang. "Eem.... gak punya!!" ucap Bianca, menundukkan kepalanya.
"Kalau gak punya kenapa mau belikan dia sesuatu," ucap Diego.
Bianca hanya diam, ia bingung harus dapat uang dari mana, uang saku saja tidak di kasih. Diego benar-benar pelit dengannya.
"Aku ada ini, bawa dan ambil buat kebutuhan kamu"ucap Diego, mengulurkan kartu debid berwarna emas ke arah Bianca.
Melihat kartu debit itu, mata Bianca seakan meloncat, dan langsung berbinar. Matanya seakan penuh dengan uang dan uang, entah sejak kapan dia jadi cewek matre. Mungkin kali ini saat melihat kartu debit itu. Lagian ia belum pernah mempunyai uang sebanyak itu.
Kartu yang limited, jarang sekali ada yang memilikinya.
Namun Bianca tak mau terlihat ia sangat matre, ia pura-pura tidak tahu tentang itu.
"Apa ini?" tanya Bianca bingung.
"Kamu baru kenal aku, dan kamu memberikan ini padaku?" tanya Bainca heran.
"Pakailah! Jangan bekerja selama satu minggu. Temani aku!" ucap Diego.
"Tapi,"
"Kamu mau tidak?" tanya Diego memastikan.
"Buat siapa?" tanya Bianca memastikan lagi.
"Buat kamu?" ucap Diego.
"Maksud kamu?" Bianca semakin bingung menatap ke arah Diego.
Diego menarik napasnya, ia merasa terlihat bodoh di depan Bianca, atau memang dia yang bodoh. "Itu buat kamu, untuk uang jajan kamu. ingat jangan di habiskan. Aku hanya beri kamu 500 ribu satu bulan"ucap Diego
Bianca menelan ludahnya kasar.
"Apa? terus buat apa kamu kasih ini," tanya Bianca yang merasa terkejut karena hanya di kasih setengah dalam satu bulan, ia bingung kasih kartunya tapi malah di batasin, untuk ambil yang ia inginkan.
Diego meletakkan kartu itu di pada Bianca, dan masih di tatapnya belum juga ia ambil.
"Emangnya kenapa? kalau kamu bisa memenuhi keseharianmu melayani aku. Maka aku akan berikan uang jajan kamu lebih dalam satu bulan. dan kamu bisa ambil sendiri. tapi ingat aku juga bisa kontrol pengeluaran kartu itu,"ucap Diego yang fokus dengan jalan di depannya, sesekali melirik ke arah Bianca di sampingnya.
Bianca menaitkan ke dua alisnya heran.
"Apa katamu? Emangnya aku pembantu kamu"ucap Bianca kesal.
Diego menghentikan mobilnya dan segera perkir di depan restaurant ia menatap tajam ke arah Bianca.
"Apa kamu gak mau ini," tanya Diego. "Kalau memang kamu gak mau, oke. Aku ambil lagi sekarang"ucap Diego meraih kartu debit itu dari paha Bianca.
"Baiklah, sini kembalikan!!" ucap Bianca meraih kartu di tangan Devid, namun Diego berhasil menghindarinya. "Kalau kamu mau ini, kecup pipiku dulu"ucap Diego.
Bianca menggeramkan rahangnya, ia mencoba untuk sabar kali ini.
"Apa katamu?" tanya Bianca melebarkan matanya seketika. "Gak mau, aku cium kamu," ucap Bianca.
"Jangan bilang gak mau, lama-lama kamu setiap hari bakalan selalu mencium pipiku," ucap Diego menggoda.
"Ih.. Gak mungkin!!" ucap Bianca, mendekatkan wajahnya ke arah Diego dengan tatapan tajamnya.
Benda kenyal tiba-tiba menempel di bibir Bianca, membuatnya sontak membelalakkan matanya, ia mencoba mendorong tubuh Diego menjauh darinya, namun Diego semakin menarik pinggangnya, dalam dekapan hangatnya. Ia semakin memperdalam ciumannya. Bianca yang menolak ia terus memukul punggung Diego.
Ini adalah kecupan kedua bagi Bianca. Setelah di dalam lift. Diego bahkan sekarang lebih berani. Dan, Bianca juga mengijinkan Diego untuk dekat dengannya.
Bianca menatap wajah Diego sangat dekat. Dia melihat wajah yang begitu tampan sekarang ada di rekapnya. Kecupan lembut itu perlahan menangkan hatinya.