Vino benar-benar tidak dapat menghindari setiap pertanyaan yang istri kecilnya itu lontarkan. Hingga kini ia berakhir di dalam kamarnya. Awalnya Vino kira ia hanya disuruh untuk membersihkan diri saja tapi nyatanya hal itu lebih dari membersihkan diri.
"Daddy. Kemarilah?" Panggil Jasmine dengan nada lembutnya membuat Vino pada akhirnya menurut saja.
Vino duduk di sisi ranjang di ikuti oleh Jasmine yang datang membawa kotak P3K. Sudah Vino duga luka yang disebabkan oleh ledakan tadi pasti akan diketahui oleh istri kecilnya itu.
Pantas saja Jasmine meminta dirinya untuk tidak memakai baju. Alasannya adalah tentang luka di sisi punggung sebelah kirinya saat ini. Entah dari mana Jasmine mengetahui tentang luka yang ada di belakang punggungnya.
"Daddy. Kenapa Daddy bisa terluka?" Tanya Jasmine yang tengah mengoles obat pada punggung terluka Vino.
"Tadi. Saat aku dan Raymond ingin menangkap si peneror itu....!!! Vino mulai menceritakan segalanya pada sang istri karena mau bagaimanapun ia tidak akan bisa menutupi itu semua. Tubuh Vino seketika merasakan kehangatan saat Jasmine kembali memeluk punggung telanjangnya itu.
"Daddy. Jangan melakukan hal berbahaya lagi, Jasmine gak mau kehilangan Daddy," Ungkap Jasmine dengan suara bergetar menahan tangis membuat Vino menghela nafasnya. Inilah yang tidak Vino sukai, inilah kenapa ia lebih suka menyembunyikan semuanya seorang diri.
Karena jika Jasmine mengetahui semuanya istri kecilnya pasti akan menangis seperti saat ini.
Vino membalikkan tubuhnya dan tidak lupa membalas pelukan sang istri.
"Sayang. Semua yang aku lakukan semua ini demi keluarga kita termaksud demi Viola. Lagian. Bukankah kau sendiri yang mendukung akan semua keputusanku waktu itu," Perkataan Vino dibalas anggukan kecil dari sang istri." Jadi. Aku harap kau tidak lagi menangis. Aku janji akan menjaga diriku dengan baik. Yang terpenting kau harus fokus pada kehamilanmu, kau paham bukan?" Vino menangkup kedua pipi mungil Jasmine untuk menatap dirinya. Anggukan dari Jasmine membuat Vino dapat bernafas lega. Di hapusnya air mata Jasmine dan kembali Vino peluk istri kecilnya itu.
******
Pagi hari Gio peserta Zayn tengah duduk di ruang kerjanya. Pria itu menghidupkan cerutunya yang kini sudah berada di bibir tebalnya. Gio menyesap cerutu miliknya dengan begitu santainya.
"Bagaimana pencarian mu? Apa kau sudah berhasil menemukan keberadaan JALANG... Itu?" Tanya Gio. Yang dimaksud Gio adalah Viola yang lebih suka ia panggil JALANG...
"Mengenai keberadaan Nona Vi....!!!
"SUDAH AKU KATAKAN BERHENTI MEMANGGIL DIRINYA NONA. KARENA PANGGILAN UNTUK SI JALANG ITU TIDAKLAH PANTAS?" Gio sampai mengebrak meja kerjanya karena lagi-lagi Zayn memanggil Viola dengan embel-embel Nona.
Bahkan Zayn dibuat tersentak kaget akan aksi tiba-tiba sang tuan.
"Ma----Maafkan saya tuan. Saya benar-benar tidak ber...!! Zayn menatap Gio dengan rasa gugup saat tatapan tajam Gio terlihat begitu menusuk dirinya.
"Berhenti berbicara padaku Zayn. SEBAIKNYA KAU TEMUKAN JALANG ITU SESEGERA MUNGKIN. KARENA AKU benar-benar tidak sabar lagi untuk menyiksa dan menghancurkan dirinya lebih dari yang ia bayangkan," Gio mengatakan semuanya penuh penekanan, membuat Zayn menelan ludahnya secara susah payah saat melihat tatapan bak iblis sang tuan.
"Baik tuan. Saya akan segera berusaha untuk menemukan keberadaan No... Maksud saya JA----JALANG ITU," Gugup Zayn dengan menyebut JALANG... Pada Viola. Senyuman sinis Gio membuat bulu kudu Zayn semakin melemah.
"Bagus. Itu adalah panggilan yang sangat pantas untuk sampah busuk seperti dirinya," Gio kembali duduk dengan wibawanya membuat Zayn hanya mampu berdoa agar ia terlindungi dari amukan sang tuan.
"Kalau begitu. Kami akan segera berpencar untuk mencari wanita itu," Ujar Zayn.
"Sebaiknya kau awasi saja keberadaan si agen bodoh itu atau kau awasi keluarga JALANG itu karena aku yakin mereka pasti akan selalu mengunjungi keberadaannya. Dan itu akan memudahkan dirimu untuk menemukan keberadaanya," Jelas Zayn.
"Baik Tuan. Akan segera kami lakukan. Kalau begitu saya pamit undur diri dulu tuan." Pamit Zayn penuh hormat.
"Euhm...!! Jawaban Gio menjadi akhir dari percakapan Zayn dan Gio. Zayn melangkah meninggalkan ruangan Gio untuk menjalankan tugas dari sang tuan.
Gio menatap beberapa foto yang tidak lain adalah foto Viola saat semasa remaja dan juga Viola masa kini.
Gio menekan satu foto Viola mengunakan moncong PISTOL di dalam genggamannya.
"Kau adalah targetku. Jika MAFIA lain sibuk menculik dan memanipulasi lawan maka aku adalah pengecualiannya. Kau yang menaburkan api padaku dan kini aku berubah seperti yang kau harapkan. Bagiku kau tidak lebih dari sampah yang tidak ada harganya. Aku berjanji akan menghancurkan dirimu hingga mati adalah hal yang ingin kau rasakan," Sinis Gio saat menatap kumpulan wajah Viola yang nampak begitu bahagia di dalamnya.
Gio mengingat setiap perlakuan Viola pada dirinya, berawal dari penolakan, penghinaan dan caci makian membuat Gio menanamkan rasa bencinya pada sosok gadis kecil yang tidak lain adalah Viola. Gio benar-benar menepati janjinya untuk membalaskan rasa sakit dan dendamnya pada gadis yang telah menghina dirinya. Gio tidak pernah berpikir akan mengambil pekerjaan gelap seperti saat ini. Dunia gelap ini adalah awal dimana ia terluka akan perkataan Viola yang sanggup menghancurkan hati dan jiwanya.
Maka dari itu, Gio benar-benar akan menghancurkan Viola karena gadis itulah ia sampai menjadi seperti ini.
******
Saat ini Viola lebih fokus menyendiri sebab hanya itulah yang bisa ia lakukan. Profesi yang ia miliki nampaknya tidak bisa menjadi jembatan untuk mengejar kebahagiaannya. Ia bahkan harus mengambil cuti panjang hanya demi untuk bersembunyi dari si peneror yang tidak ia ketahui siapa dalang dibalik semua yang telah terjadi pada dirinya.
Untuk saja tempat ia bekerja adalah orang yang sudah mengenal baik keluarganya. Jujur, Viola sangat merindukan pemilik rumah sakit tempat ia bekerja karena di tempat itulah ia dapat menemukan kebahagiaan.
"Sebenarnya siapa lelaki itu? Kenapa ia begitu membenci diriku. Kenapa harus aku yang menjadi targetnya," Viola memejamkan kedua matanya membiarkan air mata di dalam kedua matanya mengalir.
"Sudah kuduga kau akan seperti ini bila aku tinggalkan," Helaan nafas Raymond membuat Viola menghapus jejak air matanya.
Raymond memasukan kedua tangannya kedalam saku celananya dengan langkah yang begitu mantap. Pria itu bahkan duduk disisi Viola yang nampak terdiam saat ini.
"Aku tahu kau pasti menyesali semua yang telah terjadi padamu bukan?" Selidik Raymond.
"Kira-kira begitulah kak. Viola benar-benar sendirian saat ini. Viola benar-benar merindukan Mommy, Daddy dan juga semuanya," Ungkap Viola dengan air mata yang jatuh membasahi wajah jelitanya kembali.
"Kau tidak sendirian Viola. Ini hanya sementara waktu saja sampai kami berhasil menangkap si peneror itu," Ungkap Raymond.
"Tapi sampai kapan kak? Sampai kapan Viola harus menunggu. Menunggu sesuatu yang tidak pasti seperti ini," Lagi-lagi Viola menangis karena ia benar-benar tertekan.
"Sampai waktu dimana kau tidak akan merasa diikuti lagi," Sebuah suara membuat Viola langsung menoleh. Wajah Viola seketika berbinar terang saat gadis itu menemukan sosok Vino peserta anggota keluarga lainnya.
"Mommy, Daddy," Viola memekik girang saat menemukan kedua orang tuanya. Dipeluknya Meisie dan Kavin secara bersamaan. Membuat Kavin dan Meisie ikut membalas pelukan dari putri kecil mereka." Viola sangat merindukan kalian," Ungkap Viola kembali.
"Daddy dan Mommy pun sangat merindukan dirimu sayang," Balas Meisie dibalas anggukan dari Kavin.
"Maafkan Daddy, Sayang. Maaf jika hanya ini yang bisa Daddy lakukan untuk dirimu," Kata Kavin dengan tatapan bersalahnya itu.
"Tidak. Seharusnya Viola yang berterima kasih pada Daddy karena semua ini lebih dari cukup untuk Viola. Anggap saja ini hukuman yang harus Viola terima karena dulu sempat mengabaikan kalian," Ujar Viola dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca.
"Sayang. Jangan menangis, Mommy mohon bertahanlah. Mommy, Daddy dan kakak-kakakmu akan berusaha untuk menjaga mu meskipun hanya ini yang bisa kami berikan untuk dirimu, Mommy harap kau bisa belajar dari kesalahanmu di masa lalu," Lirih Meisie dengan air mata yang sudah turun di wajah tuanya.
"Iya Mom. Viola benar-benar menyesal akan semua yang pernah Viola lakukan," Viola menghapus air mata Meisie di ikuti oleh Meisie yang ikut menghapus air mata putri kecilnya itu.
"Vio?" Panggilan Jasmine menghentikan interaksi mereka.
"Kak Jasmine!" Viola berlari mendekap tubuh mungil Jasmine yang tengah berbadan dua." Viola kangen kakak. Bagaimana kabar kakak?" Tanya Viola yang telah melepaskan pelukannya.
"Kabar kakak baik Vio. Seharusnya yang bertanya hal itu adalah kakak. Bagaimana kabarmu apa kau baik-baik saja disini?" Tanya Jasmine dengan nada lembutnya.
"Viola tentu saja baik kak. Meskipun Viola kesepian tanpa kalian disisi Viola," Ungkap Viola dengan jujur.
"Tante Vio?" Sapaan Arven yang baru saja berlari menghampiri mereka.
"Arven. Sayang, apa kabar?" Viola segera mendekap tubuh kecil Arven dalam pelukannya.
"Kabar Arven baik Tante. Tante Vio kapan pulang? Arven rindu Tante. Kenapa Tante malah memilih tinggal disini, apa Tante gak rindu Arven?" Tanya Arven bertubi-tubi membuat Viola berusaha untuk tersenyum demi menutupi kesedihannya.
"Tentu saja Tante rindu Arven. Hanya saja. Untuk saat ini Tante memang harus disini. Tetapi, Tante janji akan segera pulang untuk berkumpul dengan dirimu kembali." Jawab Viola meskipun ia belum tahu kapan hal itu akan terjadi. Mengingat, si peneror itu belum juga tertangkap bahkan Viola tidak tahu siapa dalang dibalik semua masalah yang ia terima.
*******
"Ternyata tempat ini yang menjadi persembunyian Nona Viola. Tidak salah lagi, tempat ini benar-benar aman. Aman dari kota," Pikir Zayn menatap sekeliling tempat dimana Viola dan keluarganya berada. Zayn sungguh kagum akan tempat yang menjadi persembunyian gadis itu. mengingat hutan ini sangat jarang diketahui atau mungkin jarang didatangi oleh orang-orang. Pantas saja ia dan sang tuan tidak mengetahui tempat ini dan Zayn bersyukur ia telah menemukan posisi keberadaan gadis yang merupakan target sang tuan.
Merasa sudah menghafal lokasi dimana persembunyian Viola pada akhirnya Zayn pergi meninggalkan lokasi tersebut.
******
Zayn melangkah dengan hati penuh kegembiraan karena ia benar-benar tidak sabar lagi untuk melaporkan keberadaan Viola.
Zayn berhenti tepat di pintu berwarna hitam dimana keberadaan sang Tuan.
Tok! Tok! Tok!
Ketukan pintu Zayn membuat Gio yang tengah sibuk memandangi kumpulan senjatanya langsung terhenti.
"Masuk?" Gio melangkah dan duduk di kursi singgasananya.
Gio menatap pintu ruangannya yang dibuka pelan oleh tangan kanannya sendiri.
"Tuan. Ada yang ingin saya sampaikan pada anda," Kata Zayn saat sudah menghadap Gio sepenuhnya.
"Apa itu?"
"Ini tentang keberadaan No.... Maksud saya wanita itu," Ujar Zayn yang lebih memilih memanggil Viola dengan embel-embel wanita. Dari pada harus menyebut JALANG.... Karena menurut Zayn hal ini tidaklah pantas untuk seorang Viola yang merupakan gadis baik-baik. Hal yang paling Zayn sesali adalah, kenapa tuannya bisa memiliki dendam pada gadis itu. Padahal menurut penilaian Zayn pada Viola, gadis itu adalah gadis baik-baik.
Tapi entah kenapa nasib Viola tidak secantik orangnya. Hal itulah yang membuat Zayn merasa sangat kasihan pada gadis itu.
"Kau sudah mengetahui keberadaannya?" Tanya Gio tidak sabar.
"Iya. Wanita itu bersembunyi di tengah-tengah hutan. Pantas saja kita tidak bisa menemukannya, mengingat hutan itu amat sangat terpencil dan jarang didatangi oleh orang." Jelas Zayn.
"Kalau begitu kita akan menangkapnya malam ini juga. Pastikan tidak ada keluarga JALANG itu disana,"
"Kenapa tidak boleh ada keluarganya tuan?"
"Karena targetku hanya JALANG itu. Aku tidak mau ada pertumpahan darah. Meskipun Aku menyukai darah, tetapi tentu saja bukan darah dari keluarganya. Karena keluarganya tidak memiliki kesalahan apapun padaku. Kecuali mereka sendiri yang mengantarkan nyawa mereka padaku," Ujar Gio penuh rasa kesinisan. Zayn bahkan merasa geli akan sikap Gio yang mampu berubah saat tengah membicarakan Viola." Oh iya. Siapkan para anak buah kita. Karena kita akan mengepung lokasi itu malam ini juga."
"Baiklah Tuan. Akan segera saya persiapkan," Setelah mengucapkan semuanya. Zayn segera meninggalkan ruangan Gio untuk mempersiapkan apa yang diperintahkan oleh sang tuan.
Gio tersenyum bak iblis saat menatap sebuah Senjata Smith & Wessong 500 Magnum. Senjata paling berbahaya dan mematikan, senjata ini berjenis revolver yang punya daya hancur hampir sama seperti Desert Eagle.
Tetapi senjata yang satu ini memiliki kelebihan lain, dikarenakan moncongnya yang lebih panjang dari revolver biasa. Itulah mengapa Gio sangat membanggakan senjata andalannya itu.
"Mari kita bermain-main. Karena aku benar-benar tidak sabar lagi untuk menghancurkan dirimu hingga kedasar lautan. Kau adalah mainan terbaikku dan aku benar-benar tidak sabar untuk menunjukan siapa aku di depan kedua matanya itu," Gio tersenyum licik saat membayangkan ekspresi terkejut Viola nanti.
*****
Malam menjelang hutan yang menjadi tempat persembunyian Viola, nampak begitu gelap sehingga Gio dan orang-orangnya dengan begitu mudah bisa menyelinap masuk kedalam bangunan yang dikelilingi oleh pagar-pagar besi.
"Zayn. Kau yakin tempat inilah dimana jalangku berada?" Tanya Gio sekali lagi.
"Iya tuan. Saya sangat yakin bahwa wanita itu memang berada di tempat ini. Bahkan orang-orang kita yang sengaja aku suruh untuk mengawasi mereka juga melihat keberadaan wanita itu," Jelas Zayn.
"Baiklah. Kita mulai. Ingat, siapapun yang kalian temui habisi saja. Terkecuali keluarga JALANG itu," Pesan Gio dibalas anggukan patuh dari para bawahan lelaki itu.
TBC,