19. Perpisahan

1604 Kata

Zayn terduduk dalam diam. Tadi ia sudah mengantar Zeno hingga sampai ke kamarnya. Kini Zayn kembali seorang diri. Pria itu duduk di atas ranjang dengan pikiran yang entah kemana. "Apa aku sanggup melakukan hal ini? Tapi jika aku tidak melakukannya maka kakak ku jelas akan terbunuh sia-sia," Zayn memejamkan kedua matanya. Pria itu melangkah dan mengambil sebuah buku tulis. Tersadar jika ia memang harus melakukannya. Kini Zayn menulis semuanya tentunya untuk ia berikan pada Viola. Lagian Zayn memang harus berpamitan pada wanita itu. "Maafkan aku Vio," Lirih Zayn saat sudah menyelesaikan niatnya itu. ***** Pagi hari adalah hari terburuk bagi seorang Zayn. Pria itu lebih banyak diam dan melamun. Di detik-detik yang amat menyakiti hatinya hampir mendekati membuat Zayn malas untuk bergerak.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN