3 MEMBINGUNGKAN

1739 Kata
“Oh Tuhan akhirnya ni anak nongol! Bungaaaaa...kamu lama banget sih, aku sampai di tegur berkali-kali sama tu satpam karena parkir di depan tau!” Teriak Dewi dari dalam mobilnya itu. Bunga masih saja bisa tertawa setelah membuat temannya kesal, “Sorry-sorry! Cmon jalan!” Dewi pun segera menjalankan Palisade miliknya itu dengan kencang pergi dari sana sembari melihat si satpam yang menegurnya tadi di belakang sana. “Oh My Gooood, seram banget tu satpam.” Tiba-tiba mata Dewi melihat pada Bunga yang membenahi kerah kemejanya yang masih berantakan karena ulah Andreas. “Bungaaaa... What is that?” Teriak Dewi gagal fokus saat mengemudi mata Dewi melotot melihat leher Bunga temannya itu yang di jejak beberapa bekas kemerahan, semua orang dewasa pasti paham bekas apa itu. Sialnya Bunga tidak sadar, dia angsung mengambil cermin di dalam tasnya lalu melihat sendiri apa yang ada di lehernya. “Ah sial!” Maki Bunga, Andreas memang Berengsek dia meninggalkan bekas di sana dan bekas itu di lihat orang lain. Ini pasti gara-gara tadi Bunga membuka kancing atas kemejanya dan laki-laki berotak mesuum itu melihatnya. “Kamu mau buat pengelakan? Ini jelas bukan karena sakit ya!” “Apaan sih, ini cuma Alergi. Kamu mikirnya kejauhan ih!” "Alergi apaaan?" Pikiran Dewi berkelana jauh, dia sedari lama selalu menerka-nerka Bunga yang sering minta jemput di Apartemen ini, apartemen ini adalah sebuah apartemen yang cukup mahal biaya sewanya, apartemen ini terletak di tengah kota dan cukup terkenal sebagai tempat tinggal para kalangan atas. “Bunga kamu yakin kan enggak lagi jadi simpanan Anggota Dewan, Kakek-kakek penguasa kaya atau—“ Bunga pun tertawa Hahahhaha, "Jadi lagi nuduh aku jadi Ani-ani? Jahat banget ih. Kapan-kapan kita mampir deg ke tempat sodara aku itu, kalau ada waktu.” “Bungaaaa perasaan aku semakin nggak enak, please jangan yang aneh-aneh!” “Dewi! Stop please, jangan kayak nenek-nenek deh!” “Iya-iya percaya, tapi sedikit curiga sih.” “Terserah ih kamu mah!” “Iya-iya percaya nyet.” Dewi mengalah saat ini namun hatinya masih tidak yakin dengan perkataan Bunga itu. Bunga lalu mengalihkan wajahnya ke arah jalanan dia mengutuk Andreas dalam hati, lihatlah! Dewi teman dekatnya kembali mencurigai dia sebab bekas kissmark itu, padahal biasanya Dewi percaya-percaya saja saat Bunga mengatakan apartemen yang sering dia datangi itu adalah milik saudara sepupunya. Mobil Dewi terus melaju kencang menembus jalanan malam yang cukup ramai, di benaknya masih sulit menerima kenyataan tentang Bunga yang mempunyai alergi kulit, namun Dewi merasa dia kenal Bunga anaknya tidak pernah yang aneh-aneh. Dewi tahu Bunga tidak berkencan dengan siapapun, dia sangat gila bekerja sebab memiliki tanggungan besar yaitu ibu angkat dan dua adiknya yang masih kuliah. Bunga juga pernah mengatakan dia punya bisnis dengan sepupunya yang memiliki apartemen itu, sebuah sampingan di luar pekerjaannya sampai dia bisa kredit mobil yang lumayan bagus, membeli beberapa barang-barang branded yang kalau di pikir dengan logika gajinya sebagai sekretaris dan sekaligus personel Asisten mungkin tidak memadai membeli itu kecuali dia menabung dalam waktu yang lama. *** Bersenang-senang setelah lelah bekerja keras seminggu ini seperti sebuah reward untuk diri sendiri, perusahaan tempat mereka bekerja benar-benar sedang sibuk-sibuknya di akhir tahun. Kali ini Dewi berjanji yang akan mentraktir Bunga sebab dia berhasil meraih pencapaiannya lebih dari target yang di harapkan. Meja di paling ujung dekat dengan bartender menjadi pilihan mereka, beberapa minuman sudah mereka pesan padahal hanya berdua tapi mereka sudah banyak sekali memesan. Padahal mereka masih berdua sebab Luna belum tiba namun suasana terasa hidup, mereka tertawa, bercerita dan sesekali mereka juga berjoget mengikuti musik yang mengudara, ikut berteriak mengikuti lagu-lagu yang berputar seakan berusaha melepaskan penat yang ada, mereka terbilang jarang seperti ini sebab keduanya adalah para wanita penggila kerja. Lagu Yellow Claw berjudul Till it hurt sedang ikut mereka teriakan di sana. Love me till it hurts Make my body burn Love me till it hurts I need my heart to burst ....... “Oh Tuhan kepalaku mendadak pusing.” Keluh Dewi setelah puas berjoget-joget di sana.“Btw, Luna jadi nyusul ngga nih? Suaminya flight ke Belanda langsung kan ya?” "Maybe, jangan banyak minum, Dewi. Aku ngga mau nyetir ya.” “Kamu Bunga! itu kamu yang banyak minum, ini aku cuma minum Fruit punch sama soda-sodaan.” “Sedikit doang juga, lagian kamu udah pesan sayang kan ngga di minum.” kata Bunga kembali menenggak minumannya lagi. Di saat perdebatan kecil Dewi dan Bunga itu tiba-tiba ponsel di dalam tas Bunga berdering cukup kuat mengudarakan lagu indah yang lupa Bunga matikan. “Hape siapa bunyi?” tanya Bunga “Hape siapa? Hape kamu lah, siapa lagi yang suka pake sad song buat nada dering kalo bukan Bunga Hanania.” “Duhh masa sih ponsel aku, oh my God kepala aku juga mulai pusing padahal cuma minum sedikit doang.” Bunga lalu meraih Lindi bag coklat miliknya itu, dia melihat pada layar ponselnya nama Mr. Angry Birds muncul di sana, siapa lagi yang cocok dengan nama itu jika bukan Andreas si bos yang suka marah, berwajah jutek, moodian tidak jelas. "Mau apa lagi!" Kesal Bunga dia kemudian membiarkan panggilan itu, segera meletakkan ponselnya di meja, belum sampai ponsel itu ke atas meja beberapa pesan langsung masuk ke ponsel Bunga. Mr.Angry Birds : Saya di luar. Mr.Angry Birds: 5 menit atau saya yang masuk ke dalam. Mata Bunga membola di shock sekali, “What? Sinting ni orang.” “What happen?” Tanya Dewi. "Siapa yang sinting!" Bunga memejamkan matanya beberapa detik guna meredam kekesalannya sampai akhirnya dia menarik nafasnya yang terasa lelah itu. Andreas semakin menjadi-jadi, lihatlah dia mengancam akan masuk ke dalam, dimana otaknya? Apa dia lupa Dewi itu adalah salah satu staffnya. “Ini orang kenapa sih makin sinting! bukan siapa-siapa ga penting." Bunga tidak peduli dia kembali meletakkan ponselnya dengan mematikan suaranya lalu membalik ponselnya agar tidak mengusik acaranya, dia yakin Andreas tidak akan masuk sebab ada Dewi, Andreas tahu seperti apa resikonya jika Dewi tahu hubungan mereka pasti semua akan berabe. “Bunga? Hey okay?” “Ya, itu ada teman kontrakan aku, udah ah pusing.” Bunga pun membalik ponselnya agar tidak terkecoh akan pesan dari Andreas Itu. “Kenapa dia?” “Biasa mau pinjam uang, udah ah tadi kita bahas apa ya? Eh tadi siang kamu kemana Dew? Aku cariin kamu tahu mau minta bantuan buat temuin Pak Temmy itu gimana iklan permintaan aku udah selesai belum?” “Kamu mending ganti ke orang lain deh Bunga, Temmy itu kerjaannya berantakan, kamu nyariin aku? Oh tadi siang anak-anak Divisi lantai tiga belas gedung B dapat undangan acara Pak Sandy acara tunangan sepertinya, tapi itu aneh banget deh asli. I dont know mungkin konsepnya atau mungkin ada masalah internal keluarga, pokoknya calon prianya udah ngilang setelah tukar cincin. Tiba-tiba acaranya bubar gitu aja waktu aku baru tiba juga. Kamu tau aku juga belum sempat lihat karena telat tahu-tahu udah ngga ada.” “Pak Sandy, Om-nya Pak Andreas?” “Om-nya Pak Andreas, Sandy itu om nya? tunggu Andre...? Asli aku ngga fokus karena acaranya kacau sih asli padahal di hotel bintang lima tapi kayanya bukan Andreas bos kamu, masa kamu ngga di undang kan?" Sampai sini Bunga akhirnya paham kenapa Andreas tadi tidak masuk ke kantor lalu datang dengan pakaian batik yang formal ternyata ada acara penting di keluarganya. Lalu kenapa dia terlihat frustasi datang ke apartemen? apa masalahnya? Dia yang tunangan? Andreas nggak ada kabarin aku soal acara ini? biasanya apa-apa harus aku. Bunga tidak mengerti dia mengangguk-anggukkan kepalanya sambil melihat ke arah bartender, menyesap minuman sambil melamun. Lalu tiba-tiba saja dia melihat sesuatu di sana, seorang yang tidak asing dan kehadirannya sangat tidak Bunga harapkan. Andreas sudah duduk di kursi tinggi bartender itu menenggak satu sloki kecil minuman berwarna kuning pucat. Pria itu masih memakai pakaiannya yang sama saat tadi dia datang ke apartemen mereka, demi Tuhan Bunga benar-benar shock, dia langsung meraih ponsel dan juga tas miliknya. “Dewi Oh Tuhan! Sesuatu terjadi, amu harus balik sekarang Dew sorry banget please jangan marah.” Bunga seakan ingin terbang dari sana. “Bunga yahh ada apa sih ngga asik banget.....” "SORRY... DEWI, SORRY!" "Bunga kamu nyebelin! Tu lihat Luna juga baru datang."Dewi merasa kecewa Luna yang baru tiba di sana pun bingung melihat Bunga yang tiba-tiba pergi. "Im comming!" Luna kebingungan, "Eh...ada apa ini?" "LUNA SORR BYE! SAMPAI JUMPA BESOK!" "Hey ada apa sih!" Bunga tidak menjawab lagi dia sudah berlainan pergi keluar dari sana dengan berlari-lari. Melihat Bunga yang sudah beranjak pergi dari sana Andreas segera membayar minumannya lalu ikut pergi dari sana. Andreas benci di acuh kan Bunga, dengan mata kepalanya dia lihat sengaja membalik ponselnya membiarkan dia terus menghubungi dan mengirimkan pesan. Di luar sana Bunga langsung pergi ke parkiran mobil nafas yang masih naik turun sebab berjalan cepat dan terburu-buru karena melihat Andreas benar datang ke sana, sampai akhirnya pria itu pun kembali ke parkiran di mana mobilnya berada. Wajah yang dingin itu tersenyum dengan cibiran, tidak pernah bersikap normal apalagi kali ini dia seperti menangkap basah seseorang pesalah. “GOOD!”kata Andreas dengan nada tenang dan senyumannya yang sinis itu saat akhirnya mereka bertemu. “Good?” “Ya, Finally saya mengerti alasan dari kata maaf saya baru lihat ponsel pak, maaf sibuk ngga sempat balas chat bapak, maaf lagi temui client nanti saya call back, maaf bla bla.” Bunga memijat pelipisnya dia paling malas berdebat dengan pria ini, apa lagi yang seperti ini di mana dia ketahuan berbuat kesalahan. “Pak maaf... Ah Andreas maksudnya.” Andreas mengacuhkan Bunga kemudian dia mengangkat Arloji miliknya. “Saya butuh pakaian, celana panjang,kaus dalam, dasi dan juga jas untuk besok. Saya tidur di apartemen malam ini, kembali ke dalam selamat bersenang-senang.” Pria itu pun pergi begitu saja entah apa maksudnya dia segera menekan tombol kuncinya dan masuk ke dalam sana. “A-apa? Maksudnya gimana sih? Dia datang untuk bilang ini? Pakaiannya, ya ampun kemarin di suruh ojekin semua ke rumahnya sekarang di minta cariin pakaian lagi? Toko pakaian mana yang masih buka jam 12 malam. Astaga! Dia mau balik ke apartemen? Terus aku....? Tadi dia ngga bilang apa-apa kan? Dia ngga minta aku buat balik ke Apartemen juga kan cuma di suruh masuk ke dalam kembali, Right? Aku ngga salah dengar kan?” Mobil Andreas sudah melaju pergi meninggalkan tempat itu sementara Bunga masih sibuk berbicara sendiri dengan segala kebingungannya. Benar-benar manusia aneh tidak bisa di tebak entah titisan apa dia selalu saja tidak terduga setiap harinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN