4 Pura-pura Lamar saya.

1544 Kata
Ketidakjelasan Andreas membuat Bunga akhirnya kembali ke dalam club dan melanjutkan acaranya bersama para teman-temannya. Kemudian yang paling memuakkan sebelum pulang dia harus mencari pakaian untuk bos anehnya itu. Bunga sudah berkeliling ke beberapa butik pakaian laki-laki namun dia tidak mendapatkan apapun selain toko yang tutup. Hingga akhirnya Bunga harus meminjam pakaian dari Luna salah satu teman Bunga yang sudah bersuami dan ada bersamanya itu, beruntung suami Luna memiliki postur tubuh seperti Andreas dan memiliki selera pakaian tidak jauh beda. Andreas terkutuk! Maki Bunga berkali-kali. Di pukul tiga pagi dia memutuskan untuk kembali ke apartemen pria itu, Bunga tidak enak meminta antar pulang pada Dewi temannya itu ke kontrakan sebab sudah begitu larut lalu kontrakannya itu juga jauh. Dewi sudah mau menemani kerumah Luna saja di malam buta saja sudah begitu baik sebab sangat bahaya menggunakan taksi di malam seperti ini. Hah! Setelah susah payah akhirnya Bunga sampai di lantai apartemennya bersama Andreas itu dengan sempoyongan. Seminggu ini benar-benar membuatnya sakit kepala tidak hanya menghadapi Andreas dengan segala sikap anehnya tapi juga mama angkat dan kedua adiknya itu. Begitu banyak pengeluaran yang harus di keluarkan Bunga sebagai kepala keluarga, harus membayar cicilan rumah yang baru sang mama tempati, belum arisannya, biaya kuliah dan masih banyak lagi. Ini memang membuat sakit kepala tapi Bunga merasa ini adalah kewajibannya membiayai mereka sebagai pengganti ayahnya. Ibu dan adik-adik Bunga adalah penyemangat Bunga untuk terus bekerja, dalam hidup ini Bunga merasa beruntung memiliki mereka sebab dari mereka Bunga menemukan namanya keluarga. Setatus Bunga sebagai anak angkat tidak pernah di tutupi mama dan ayah, Bunga tahu siapa dia dan mereka juga tidak pernah memperlakukan Bunga seperti anak orang lain. Dahulu ayahnya juga begitu menyayangi Bunga bahkan melebihi anaknya sendiri. Begitupun sang mama dia begitu menyayangi Bunga, sebelumnya mama juga berjualan kue di beberapa tempat untuk membantu Bunga menafkahi keluarga, namun setahun ini Bunga melarang sang mama untuk melakukannya lagi karena Bunga melihat mamanya begitu bekerja keras hingga kadang sakit-sakitan. Suara pintu yang terbuka membuat Andreas terjaga, laki-laki itu tidak tidur di kamarnya melainkan di sofa bed dengan televisi yang menyala. Bunga yang sedikit sempoyongan karena mabuk dan juga sangat mengantuk tidak sengaja menyenggol vas kaca hingga jatuh. Praannngg... Dia santai saja berjalan tidak peduli di sana kaca bertaburan dan terinjak olehnya, Bunga juga membuat lampu di area tengah menyala lalu dia melempar paper bag berisi pakaian yang baru dia bawa itu ke meja kemudian menjatuhkan dirinya di sofa lain tepat di samping Andreas yang terjaga melihat gadis yang seperti zombie itu di pagi seperti ini yang kelihatan kelelahan sekali. Andreas tidak bergerak terus memperhatikan gadis yang berposisi bertelungkup setengah badannya hampir turun ke bawah. “Bunga... Tolong kopi, Bunga dokumen kemarin kamu sudah periksa? Bunga tolong jemput tamu saya dia sudah di bawah! No, no saya tidak suka ini,Bunga!" Bunga berbicara sendiri sambil menggerakan tangannya memperagakan Andreas. Andreas menelan ludahnya kemudian bangkit dari tempatnya tidur itu. “Apa maksud kamu?” tanya pria yang tersindir itu, baru kali ini dia melihat Bunga berani bertingkah seperti itu. Tiba-tiba saja gadis itu tertawa, matanya tampak setengah terbuka dan sepertinya dia susah sekali untuk membuka lebar matanya. “Bapak bangun ah bapak tampan sekali dengan batik siang tadi, ya... Tampan seperti, seperti ha! Pakaian lamaran, apakah bapak melakukan lamaran hemmm?” Andreas mematung tanpa ekspresi pertanyaan itu kenapa pas sekali dengan kejadian yang terjadi apakah dia asal bicara atau tahu yang sebenarnya. “Berapa banyak minuman yang di habiskan?” Ha.. Ha... “Habiskan? Hanya sedikit.” Bunga memperagakan dengan jemarinya kuantitas sedikit yang dia maksud dengan jemarinya yang dia apit dua. Tingkahnya selengehan tidak jelas dia terus tertawa, “Kenapa datang kesana, mau lihat aku ya aaahahha ciee.....” kata Bunga sembari perlahan bangkit dia lalu naik ke atas sofa itu berdiri lalu berjoget kecil, Bunga benar-benar mempermalukan dirinya sendiri, ini sangat bukan dia yang sangat kepedean seperti ini tapi pertanya itulah yang ada di otak dan dalam benaknya sekarang. “Turun! Kenapa mabuk? Sejak kapan bisa minum?” “Mabuk?” Bunga lalu mengangkat wajahnya menatap dekat pria itu. “Aku tidak mabuk, hanya minum sedikit.. Eghhh...” Bunga lalu bersendawa dan tertawa lagi sembari turun perlahan lalu berhenti di tempat Andreas duduk dan memeluk pria itu tiba-tiba.“Kau sangat tampan, tubuhmu juga hangat... “ Gadis itu lalu menguap lebar dan kembali menjatuhkan kepalanya asal tidak peduli meniduri wajah Andreas. Andreas kewalahan dia berusaha memegangi Bunga, “Turun pergilah ke kamar!” “Gak mau! Aku ngga mau turun!” Bunga menggerakkan kepalanya menggeleng. Dia kemudian mengangkat lagi dan kembali menatap wajah Andreas. Keduanya saling menatap namun sama-sama dengan pikiran masing-masing, entah apa yang ada di otak Bunga, namun yang ada di kepala Andreas adalah kebingungan sebab ini baru pertama kalinya seorang Bunga yang dia kenal sangat disiplin, gadis pekerja keras, berkemauan kuat, tegas dan berkualitas bisa anehnya dan semenye-menye ini. “Apa yang kamu mau?” tanya Andreas. “Kamu!” Bunga langsung menarik dagu Andreas lalu memagut bibir Andreas dengan rakus, dia melumat benda lembut itu membuat Andreas begitu terkejut dan tidak bisa berbuat apa-apa selain diam membiarkannya. Andreas terpaku dengan perlakuan Bunga itu merasakan manis dari tembakau dan juga alkohol yang Bunga minum. Andreas tidak pernah tahu seperti apa pergaulan Bunga di luar, Bunga sangat menutupi dan membatasi tentang pribadinya di ketahui orang lain. Andreas hanya melihat yang bagus-bagus dari Bunga seperti dia yang sangat disiplin, tegas, pintar, suka berbagi banyak mengikuti sosial charity. Setelah beberapa menit dia melumat bibir Andreas, Bunga langsung mundur ke belakang. Bunga tersenyum dengan senyuman menggoda lalu menggigit bibirnya, “Andreas?” “Kembali ke kamarmu, Bunga.”Andreas mencoba menahan diri untuk tidak tergoda dan tidak melakukan apapun pada gadis yang sedang mabuk ini walaupun lihatlah posisi duduk Bunga sudah sangat membercandai hasrat laki-lakinya. “Tidak mau!” “Bunga, pergilah ke kamar. Jangan memancing atau akan menyesali sendiri.” “Tidak Andreas, kenapa harus menyesali.” “BUNGA!” Peringati Andreas lagi. Kedua tangannya sudah tidak tahan lagi sedari tadi rasanya sudah siap akan mendorong gadis ini melucuti tubuhnya yang selalu membuat dia lupa segala, aromanya yang mampu menghilangkan segala kegalauannya, Ya. Andreas sadar dia pria berengsek! b******n tapi percayalah dia hanya melakukannya pertama kali dengan gadis ini. “Yes Andreas!” “Shut uuppp!” Andreas pun mendorong tubuh Bunga membuatnya terbaring di sofa lalu dia hendak melepaskan boxernya. Bunga santai saja dia seperti sudah pasrah menyerahkan dirinya pada si berengsek ini. Namun tiba-tiba saja Bunga menaikkan jemarinya pada bibir Andreas. “Aku saja.” Andreas membeku seketika dengan perkataan Bunga lalu gadis itu bangkit dan membuat Andreas yang terbaring di sofa. Andreas panik kenapa dia merasa sedang akan di perkosaa, Andre tidak suka Bunga seperti ini dia lebih suka mendominasi dari pada di d******i. Namun terlambat Bunga sudah membuat celana Andreas lepas dia buang sembarangan kemudian Bunga naik dan menggerakkan tubuhnya. Tentunya Andreas menyukai hal seperti ini dia melihat dengan jelas wajah cantik itu di atasnya lalu tubuh indahnya bergerak di atas sana menciptakan kecanduan yang membuat Andreas memejam dan membuka matanya. Tapi dia tidak suka Bunga yang melakukannya seperti ini, dia suka Bunga yang biasa malu-malu dan dia saja yang menguasai tubuh gadis ini. Beberapa menit berlangsung Bunga tampak asik sendiri, mendesah dan mengudarakan suaranya menjelaskan kenikmatannya sementara Andreas terpaku diam menatapi Bunga yang tidak seperti biasanya itu. Rasanya asing, Andreas sedari tadi diam membiarkan Bunga melancarkan aksinya akhirnya mendorong Bunga, Andreas membuat gadis itu terbaring lalu dia membalas menyerang Bunga membuat “Lain kali tidak seperti ini!” “Seperti apa?” Bunga menyengir kuda, “Ah... Sampai kapan? Sampai kapan seperti ini!” Bunga meracau dengan suaranya yang keras. “Bunga berhenti! Tidak lagi pergi ke club jika akan mabuk seperti ini.” Tegas Andreas. “Bukan urusanmu!”Dorong Bunga daada Andreas dengan jemarinya lalu dia bersandar pasrah dan memejamkan matanya di sofa itu. Semuanya belum berakhir namun entah apa yang ada di kepala Bunga dia membuat aktivitas mereka berhenti begitu saja lalu memeluk dirinya sendiri yang sudah compang-camping hanya sisa kemejanya saja yang tersangkut di perut dan menutupi area pribadinya. Vas kaca yang Bunga jatuhkan tadi tidak sadar melukai kaki Bunga sendiri, noda-nodanya mengotori sofa namun gadis itu tidak menyadarinya dia sudah tertidur di sana dengan suara racauan yang tidak jelas. “Aku! Auhzmmmm... Hoammm.....” Andreas segera memakai celananya dia lalu mendekati gadis yang sangat mabuk itu, “Lihat kakimu berdarah bahkan tidak bisa di rasakan!” Andreas berjongkok melihat kaki Bunga membersihkan bekas serpihan kaca yang masih menancap beberapa di sana. Mata Bunga yang sayup itu kemudian menangkap sesuatu di atas meja, “Cincin?” Dia dengan antusias bangkit melepaskan kakinya yang di pegang Andreas lalu mengambil cincin itu. “Cincin siapa? Untuk aku?” Andreas langsung berdiri menatapi gadis yang kegirangan melihat cincin itu, “Mau?” “Ya, mau! Mau! Ambil ini lalu pakaikan kepadaku.” Dia lucu sekali saat tidak sadar seperti ini, selama mereka dekat baru kali ini Andreas melihat Bunga bertingkah konyol seperti ini. Bagaimana bisa dia minta di pakaikan cincin, apa lagi cincin yang dia meja itu adalah cincin tunangannya dengan Fanaya yang sengaja dia lepaskan. “Lain kali saya akan memberikannya, jangan ini!” “Aku mau ini, aku mau ini! Ayo berpura-puralah bapak melamar saya.” Kata Gadis itu girang sekali
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN