PART 4

983 Kata
Suara alat-alat dalam ruangan operasi besar yang kini sedang dijalani Agradivo Chaniago itu terdengar memilukan di gendang telinga Nugie Allans. Walaupun bukan ia yang sedang menjalani proses tersebut. Namun ketika ia mengingat status dari orang yang sedang ia berikan darah, maka semakin merintihlah hati kecil Nugie. Akan tetapi, semua itu hanya bisa ia rintihkan dari dalam hati kecilnya, sebab untuk berusaha mengeluarkan satu kata, ia sangat sungkan dan super deg-degan karena baru kali ini ia melihat langsung bagaimana dokter membedah organ tubuh manusia. Jika membedah ikan atau daging, maka ia sudah sangat mahir memainkan pisau dapur di atas kitchen set. Tapi sekarang, jangan harap ia bisa dengan mudah melakukannya. Bergerak saja ia jantungnya benar-benar seperti mau copot. Oleh sebab itu, kini ia diam-diam Nugie berusaha memejamkan netra hazel miliknya dan hampir sekitar delapan menit saja, ternyata lelaki itu sudah tertidur dengan keadaan mendengkur pula. Tak ayal hal tersebut kemudian malah semakin membuat para perawat anestesi kurang fokus pada pekerjaan mereka, mengabaikan permintaan sang dokter untuk membersihkan peluh yang sudah hampir sebesar biji jagung hingga membuat dr. Smith tiba-tiba mendongak dan parahnya ia tak sengaja memotong sebuah garis dari syaraf di otak kecil Argadivo Chaniago. Terang saja seketika itu juga tubuh pria tampan itu kejang-kejang dengan suara alat pendeteksi jantung yang tiba-tiba saja berbunyi nyaring. Bahkan bunyi tersebut sampai membangunkan Nugie Allans yang baru saja terlelap. Tittt ... Tittt ... Tittt ... Tittt .... “Apa yang terjadi, Dokter? Bagaimana dengan adikku? Ya, Tuhan apalagi ini? Tolong jangan ambil Divo lebih dulu. Selamatkan dia, Dokter!!! Selamatkan adikku. Dia harus sadar dan segera bertemu dengan ayahku di Prancis. Lakukan sesuatu, Dokter. Lakukan hal terbaik untuknya. Hiksss...” Teriakkan dari kakak kandung Chef senior di Delicious La Fonte Resto itu benar-benar menambah kepanikan dalam ruang operasi tersebut. Para perawat anestesi pun berusaha menenangkan Nugie Allans, agar ia berhenti berteriak. “Tenang, Pak! Anda harus tenang dan jangan banyak bergerak. Selang sambungan transfusi darah yang terpasang di lengan Anda bisa terlepas dan membuat keadaan bertambah kritis nanti. Tenangkan juga ego agar tekanan darah Anda tidak naik drastis. Akan berakibat fatal bagi kesehatan Anda, jika apa yang saya katakan tidak Anda pedulikan. Dokter sedang berkerja. Jika terus saja berisik seperti ini? Anda mau jiwa pasien melayang karena ulah Anda yang mengganggu dokter bekerja?” Maka secepat kilat, Nugie kemudian diam tanpa berani berkata sepatah kata pun. Akan tetapi hatinya terus saja berkata ribuan doa terbaik menurut ajaran keyakinan yang ia anut. “Lakukan satu saja keajaiban untuk Divo, Tuhan. Jika kau ingin memberi hukuman atas tingkah laku kedua orang tuaku yang cenderung mementingkan ego hingga berpisah dan saling menjauh? Maka jangan dengan cara seperti ini? Aku yakin bisa kembali membuat Ayah dan Ibu saling bertemu meski tak bisa lagi bersama. Oleh karena itu, aku butuh Divo untuk membantuku melakukan hal baik untuk keluarga kecil kami ini. Jadi tolong tunjukkan mukjizatmu padaku sekali ini saja. Hahhh .... Hanya sekali dan aku janji tidak akan meminta hal lain lagi!” *** Sementara itu dari luar pintu ruang operasi, Julie Ashley baru saja datang dengan kursi roda yang di dorong oleh Jamie Delamano. Mereka berdua bertemu lagi dengan Gischa Maharani yang duduk di kursi tunggu. Namun kali ini, tak ada lagi sebuah pertengkaran di sana. Maka waktu lantas bergulir bagai air yang mengalir tenang dari detik menjadi menit, hingga hampir sekitar tujuh puluh menit setelah Julie dan Jamie datang tadi. Pintu putih nan besar di ruang operasi yang tertutup itu kini terbuka dan menampilkan sosok yang sangat Julie Ashley kenal. “Dokter Smith! Katakan padaku bagaimana operasinya, Dok? Kau bisa menyelamatkan nyawa suamiku, bukan? Jangan katakan kau juga tidak bisa membuat dia bernapas seperti daddy dan mommy. Aku tak punya keluarga dekat siapa pun lagi selain Divo, dr. Smith. Kau tau kan aku sedang mengandung? Anakku butuh seorang ayah. Anakku harus tumbuh dengan baik dan juga harus mengecap makanan dari tangan ayahnya, dr. Smith!!! Jadi, katakan sesuatu .... Katakan sesuatu yang membuatku tenang, Dokter. Kumohon katakan sekarang juga... Hiks...” Dokter ahli bedah itu tak lagi bisa menahan kesedihan atas semua jerit tangis Julie Ashley, si anak tunggal dari sahabat baiknya. Ia lantas menarik tubuh lemah yang berdiri menanti sebuah jawaban di depan matanya itu. Untuk masuk ke dalam pelukannya. Detak jantung tua yang berada di balik susunan tulang rusuknya pun kini sangat cepat berkerja hingga membuat dua bulir air matanya mengalir mengikuti irama, isak tangis Julie Ashley yang masih terdengar di sana. Setelah sekitar semenit berlalu, lantas dengan bibir yang terasa sangat berat untuk digerakkan dr. Smith pun mulai menjelaskan segala kronologi yang terjadi dengan pasiennya, Agradivo Chaniago. “Aku sudah berusaha semaksimal mungkin dalam menolong suamimu, Julie. Terjadi kesalahan atas ketidaksengajaanku di meja operasi. Sebuah saraf yang berada di otak kecilnya sempat terpotong oleh pisau bedahku dan membuat suamimu hampir meregang nyawa tad--” “Dokter sialan! Apa kau bilang barusan? Tidak sengaja memotong matamu?! Kau membuat aku hampir kehilangan adik kandungku dan kau masih berkata jika itu tidak sengaja kau lakukan?! Di mana sumpah dan janjimu saat kau dikukuhkan menjadi seorang dokter, huh?! Kau benar-benar b******k, Dokter! Akan kuberi kau pelajaran agar kau tak meremehkan sebuah proses opera--” “CUKUP! Cukup, Chef! Cukup! Ini rumah sakit dan biarkan Dokter itu menjelaskan secara rinci bagaimana keadaan Divo saat ini. Aku mengenalnya sejak dulu dan aku sangat tau dia lelaki yang kuat. Jadi berhentilah sebelum paparazi mendapatkan gambar dan berita tentangmu yang berulah di sini. Itu tidak baik untuk karier memasakmu, Chef! Dengarkan aku sekali ini saja.” Gischa Maharani, memeluk sekuat tenaga pinggang Nugie Allans di depan mata Julie, Jamie dan tentu saja dr. Smith. Wanita itu berusaha mencari perhatian lelaki itu, agar hati sang koki senior yang sudah malang-melintang di dunia demo memasak televisi tersebut luluh, hingga ia tak lagi perlu repot-repot menjauhkan Divo yang sekilas kini tak lagi ia anggap berguna karena otak kecilnya saat ini sudah di isi oleh semua khayalan tingkat tinggi tentang impian menjadi koki utama. Alhasil, Nugie Allans pun diam dan membiarkan dr. Smith kembali menjelaskan di sana. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN