Kaca berwarna putih tebal itu kini seolah menjadi hal yang sangat mengasyikkan bagi Julie Ashley. Sepanjang pagi hingga siang hari ia terus saja berdiri memandang kedalam ruangan khusus yang di dalamnya terbaring tubuh lemas tak sadarkan diri Argadivo Chaniago. Karena kasus Mal Praktik yang menimpa sang Koki Senior Delicios La Fonte Resto itu, kini pihak rumah sakit dengan sigap menempatkannya dalam ruangan isolasi.
Untuk saat ini tak ada satu orang pun yang boleh masuk ke dalam sana kecuali Dr. Miyako Azura, sang Dokter asal Jepang yang ditugasi mengobati Divo hingga sembuh. Sekali pun orang yang ingin masuk ke ruangan itu adalah Julie Ashley, Isterinya sendiri. Sebab pihak rumah sakit tak lagi ingin menambah daftar panjang komplain dan laporan dari Nugie Allans, Kakak Kandung Agradivo Chaniago. Yang nyatanya telah benar-benar melaporkan Dr. Smith ke Kantor Kepolisian Kota Seattle. Parahnya Nugie malah mendengarkan hasutan Gischa Maharani yang menyuruhnya memanggil beberapa Paparazi, untuk membuat sebuah konversi pers. Jika Adik kandungnya, ArgaDivo Chaniago. Telah menjadi korban Mal Praktik dari sang Dokter malang itu. Terang saja pihak rumah sakit merasa sangat tercoreng hingga menonaktifkan Bapa Baptis si cantik Julie Ashley dari pekerjaannya dan membiarkan semua kesalahan tersebut. Menjadi wewenang utuh pihak yang berwajib.
Sedang dihati kecil Julie ia merasa seperti memakan buah simalakama karena semua pilihan terlalu sulit untuk ia pilih. Terasa teramat sangat jahat baginya untuk melaporkan sang Bapa Baptis namun sedikit rasa kesal, juga bergulir bagai benang kusut disana. Sedang hal lain yang tak kalah pelik? Tentu saja karena Nugie Allans dan Gischa Maharani yang menyebalkan itu. Ia bingung bila harus membela Dr. Smith di depan Kakak Iparnya. Sementara semua pihak menyalahkan keteledoran Dokter itu.
"Wahhh... wahhh... wahhh... Lihat siapa ini yang berdiri disini? Si perempuan sial yang membuat Suaminya terluka hingga hampir tewas. Coba saja waktu itu kau membiarkan Dokter jaga dan Manajemen rumah sakit ini saja yang menentukan Dokter untuk mengoperasi Divo? Sudah pasti semua tidak akan menjadi semakin parah seperti ini bukan? Kau dengar sendiri kan bagaimana penjelasan Manager Rumah Sakit ini di depan banyaknya pemburu berita saat konvensi pers kemarin?" ujar Gischa seraya berjalan mendekati Julie Ashley yang terlihat sangat kacau dengan matanya yang bengkak.
"Semua karena keinginanmu yang memilih Dokter Smith untuk melakukan operasi besar itu, Bodoh! Jadi sudah dapat dipastikan kau adalah perempuan sialan! Kau menikah dengan Divo tanpa pernah pulang ke Indonesia dan berniat mencari tahu seperti apa asal usul Divo! Kau bahkan sama sekali tak tahu tentang Kakak kandung Divo dan parahnya Divo sangat menjauhkan diri dariku yang merupakan sahabat baiknya sejak dulu hanya karena kalian menikah! Kenapa, hem?! Kau takut aku merebut Divo? Kau pikir aku tak bisa merebutnya? Aku bisa melakukannya dengan cara licik sekalipun, Julie Ashley! Ingatlah, bahwa menikah adalah menyatukan dua keluarga. Jika memang pernikahan kalian dilakukan secara terpaksa tanpa cinta, mengapa sampai kau bisa hamil? Jadi sebaiknya kau berpikir dan mencari tahu di mana letak kesalahanmu! Lagi pula sejak dulu kau selalu menganggap rendah aku dan Divo ketika sedang berada di Pantry, bukan? Jadi ini adalah balasan untuk sikap sombongmu selama ini, Tuan Putri! Hahaha...!"
Pecah. Isak tangis lantas kembali terjadi disana, setelah Gischa Maharani selesai berkata kasar dan berlalu meninggalkannya seorang diri. Dunia seorang Julie Ashley yang perfeksionis itu seakan luluh lantak bagai tersapu banjir bandang. Ketika satu demi satu kata-kata kasar tadi, coba ia cerna. Semua itu memang sangat benar dan tak terbantahkan. Karena nyatanya dulu ia selalu menganggap remeh Divo bahkan Gischa yang notabene-nya adalah seorang pekerja di Resto mewah milik Mendiang Ibunya.
Ia bahkan sering kali mengejai Divo dengan memerintahkan lelaki yang kini berstatus sebagai suaminya itu kembali memasak makanan untuknya, ketika Mendiang Nyonya Clarinet tidak ada di Resto. Dengan seribu satu macam alasan yang memang ia buat-buat.
Tapi itu semua lantaran ia benar-benar sangat iri dengan kebersamaan yang Divo dan Gischa tunjukkan di dalam pantry ketika sedang memasak atau di luar Resto. Julie yang sangat sulit bersosialisasi dengan orang-orang baru sangat ingin memiliki keakraban seperti kedua WNI itu.
Namun ketika ia mencoba mengakrapkan diri dengan Divo saat kembali ke Seattle? Pria itu malah bersikap acuh, dingin dan selalu menghindari berada dalam satu ruangan hanya berdua saja dengan Julie. Meski pun itu di Pantry Restaurant. Maka hal itulah yang membuat Julie merubah sikapnya menjadi arogan dan cenderung sinis. Karena wanita itu sangat malu bila kembali mengingat jika Divo tidak tertarik sedikit pun dengannya.
Tapi ternyata ketika Nyonya Clarinet meminta Divo untuk menikahi sang anak tunggal? Ternyata sebuah jawaban mengejutkan membuat Julie begitu bahagia. Karena ternyata dengan tegas, Divo berjanji akan segera menyiapkan pernikahan mereka. Meski tanpa sebuah pesta mewah layaknya impian Cinderella di Negeri dongeng.
Kala itu Divo berjanji akan segera membawa Julie ke Indonesia, tepatnya di Padang - Sumatera Barat dimana Ibu kandung Divo berada dan meyakinkan jika Ibunya sangat merestui pernikahan keduanya terjadi. Jadi jika tadi Gischa Maharani mengatakan bahwa Julie sengaja tak ingin mengenal Ibu atau semua keluarga Divo di Indonesia? Itu adalah sebuah fitnah keji yang tak berdasar.
Sebab mereka sudah berencana akan pulang ke Indonesia sejak dua minggu lalu. Namun tertunda akibat berita kehamilan Julie. Hingga Divo menunda keberangkatan itu terlebih dahulu. Dengan mencari solusi baru yaitu mereka akan pergi setelah Sang Isteri mengandung sekitar empat sampai lima bulan.
Tapi ternyata semua kini bagaikan mimpi disiang bolong dalam hidup Julie Ashley ketika sebuah cobaan besar lantas terjadi di depan mata. Sejujurnya ia berusaha sekuat mungkin menerima semua kenyataan itu sejak kemarin. Namun air matanya selalu saja tak bisa dibendung. Logika dan insting kini tak lagi bisa ia pakai dengan baik seperti dulu-dulu. Saat semua bayangan awan gelap dan badai besar yang kini siap memporak-porandakan biduk rumah tangganya datang satu persatu menghantuinya.
"NYonya! Nyonya Julie! Hosss... Hosss... Hosss... Nyonya, Gawat! Ini benar-benar gawat, Nyonya!" teriak sebuah suara dari arah berlawanan dengan tempatnya berdiri.
Julie yang merasa sangat mengenali suara itu lantas dengan cepat berbalik. Kemudian ia mendapati Mickey Andrew disana. Sebuah pikiran tidak beres lantas berkecamuk seketika itu juga dalam otak kecilnya. Namun dengan sekali lagi berharap ia berusaha tidak berpikiran negatif.
"Mickey, what's wrong?! Mengapa kau datang dengan masih berpakaian seperti ini? Katakan cepat apa yang terjadi? Apakah resto terbakar lagi? Katakan, Mickey! Cepat katakan!"