Sebelum pendeta sempat bereaksi, anak panah bambu langsung menembus pundak kirinya. Pendeta itu melihat anak panah bambu yang tertancap di pundaknya. Dia lalu mengulurkan tangan untuk memegang anak panah bambu, dan menariknya dengan kencang. Anak panah itu berhasil ditarik keluar. Lalu, dia mematahkan anak panah itu dan melemparnya ke samping, "Ye Fan, aku tahu kamu sudah datang. Tak disangka ternyata kamu bukan hanya belum mati, bahkan berani mengejarku. Jangan bersembunyi lagi. Keluar saja." Aku berjalan keluar perlahan dari hutan, dan menatap pendeta yang sedang tertawa. "Iya, orang utan bodoh itu terlalu lemah. Jadi, dia tidak bisa membunuhku." "Sejujurnya, Ye Fan, aku sangat mengagumi keberanianmu. Begini saja. Kamu berikan wanita yang tersisa kepadaku. Maka, aku bisa berbagi seteng