Aku berteriak dan mengangkat pisau damaskusku untuk menebas lagi raja babi hutan yang berlari ke arahku. Aku menggunakan seluruh kekuatanku untuk menebas kepala yang tidak berdarah itu. Kali ini, aku berhasil dan darahnya memercik ke berbagai arah. Telinganya yang sebesar daging itu langsung kupotong. Seketika hewan itu jatuh ke tanah. Sementara itu, aku diterjang oleh badan besar raja babi hutan itu. Kami sama-sama jatuh dengan keras ke tanah. Tiba-tiba, aku merasa organ-organ dalamku sepertinya mengalami dislokasi. Tulang-tulang di seluruh tubuhku seperti patah semua. Rasa sakit yang parah membuatku memuntahkan seteguk darah, “Sialan! Uhuk-uhuk.” “Badannya berat sekali. Aku seperti sekarat,” aku menyeka darah dari sudut bibirku dan berdiri terhuyung-huyung. “Ye Fan, aku akan mengecohn