Bab 5: Tidur dengan Dua Orang dalam Satu Tenda

1455 Kata
"Memanggang ikan itu gampang, tapi sayangnya tidak ada bumbu di sini. Jadi, rasanya mungkin agak hambar," ujarku kepada An An. Aku dulu pernah berlatih tentara dan sering bertahan hidup di alam liar. Jadi, aku bisa menangani hal semacam ini dengan mudah. Meskipun tidak ada bumbu, bau ikan saja sudah membuat kedua perempuan yang sudah lama lapar ini menelan ludah. "Tidak apa-apa. Selama kamu yang memanggang, kami pasti menyukainya. Kami bisa saja mati kelaparan," An An berkata dengan semangat. Mendengar ini, aku berkata dengan wajah nakal, "Bagaimana kalau kamu makan yang lain dulu?" An An menatapku dengan sepasang mata besarnya yang cerdas. Dia menjilat bibirnya dengan ringan. Tiba-tiba, aku menjadi sedikit salah tingkah dan buru-buru menatap Li Xuezi yang duduk di seberangnya. Matanya terus tertuju pada ikan bakar. Pada saat ini, resleting celanaku ditarik hingga terbuka oleh An An. Ada tangan kecil dingin yang memasuki celanaku, sampai memegang kejantananku dan terus-menerus meremasnya. An An merasakan sensasi keras dan hangat di tangannya. Dia sedikit terkejut. Perempuan itu tidak menyangka bahwa setelah aku keluar di mulutnya tadi, aku masih bisa kembali ereksi secepat ini. Tiba-tiba, v****a kecilnya yang mulanya kering, kini terasa basah lagi. Dia mendekatkan wajahnya yang selembut sutra itu ke telingaku dan berbisik, "Aku mau." Aku segera menarik tangan An An dari selangkanganku. Meskipun sangat mengasyikkan, tapi jika Li Xuezi mengetahuinya, pastilah akan sangat sulit menjelaskan kepadanya. Aku balas berbisik, "Jangan khawatir. Aku akan memberikannya padamu ketika Li Xuezi sudah tertidur." Li Xuezi memperhatikan ada yang aneh dari kami berdua. Dia mengangkat kepalanya dengan curiga dan bertanya, "Ada apa?" Aku buru-buru mengeluarkan ikan bakar dari api unggun dan menyeringai, "Tidak ada. An bilang dia lapar dan bertanya kapan dia bisa memakannya." Li Xuezi mengangguk dengan tergesa-gesa. Dia lalu memandangi ikan bakar yang begitu menggiurkan di tanganku sambil menelan ludah. Perempuan itu berkata, "Aku juga lapar. Bisakah aku makan sekarang?" "Tentu saja. Kamu boleh memakannya." Aku melihat warna ikan bakarnya dan ternyata sudah matang. Ikan yang ditangkap tidak terlalu besar, sehingga lebih cepat matang. Aroma ikan bakar yang menggoda masuk ke hidung kedua perempuan itu. Li Xuezi segera mengulurkan tangannya dan hendak mengambilnya. Sesaat sebelum dia berhasil meraihnya, aku menariknya kembali dan menyingkirkannya dari hadapan perempuan itu. Dia sangat kesal hingga ingin menangis. Aku tersenyum menggodanya, lalu menggigit ikan bakar di tanganku. Aku berkata dengan ekspresi puas, "Ini benar-benar harum dan rasanya begitu enak." Aku dengan tajam memandang Li Xuezi yang meneteskan air liur dengan hebat. Aku lalu mengangkat ikan bakar di tanganku dan berkata, "Kamu mau?" "Aku mau. Aku sangat lapar," Li Xuezi merasa terhina di dalam hatinya. Aku dengan sengaja menyerahkan ikan bakar itu kepada Li Xuezi tepat di tempat yang tidak bisa dijangkau olehnya ketika sedang duduk. Jadi, dia harus berdiri untuk mengambilnya. Ketika melihat ekspresiku, Li Xuezi segera mengerti maksudku. Wajahnya yang cantik memerah dan dia sangat marah. Li Xuezi ingin menolak, tapi perutnya yang keroncongan tidak mengizinkannya. Dia menggigit bibir bawahnya dan memelototiku. Perempuan itu segera berdiri, meraih ikan bakar, dan kembali duduk. Dia melahap ikan bakar itu dengan rakus seakan-akan ikan itu adalah musuh bebuyutannya. Aku tersenyum dan tidak mengambil kesempatan untuk menggodanya lagi. “Ye Fan, dari mana kamu mempelajari keterampilan ini?” An An bertanya sambil makan ikan bakar. "Akademi tentara," kataku. "Wow, apakah kamu pernah menjadi tentara?" dia tampak terkejut. "Tidak heran kamu mempunyai tubuh yang sangat atletis." Aku tersenyum, "Ini bukan apa-apa. Kamu belum melihat yang lebih kuat." Perempuan itu berkedip, "Kalau begitu aku harus melihatnya secepatnya." Setelah makan ikan bakar, hari benar-benar sudah gelap gulita. Aku berdiri dan membuka tas di sampingku. Aku lalu mengeluarkan tenda kecil dari dalam sana dan berjalan menuju ruang terbuka di samping. Aku bahkan tidak perlu membaca manualnya. Hal semacam ini seperti mainan bocah bagiku. Jadi, aku juga sedikit bersemangat. Tenda tidak diragukan lagi merupakan perlengkapan yang sangat berharga bagi kami bertiga sekarang. Tenda itu berhasil aku dirikan dalam waktu singkat. Ukurannya memang tidak besar karena ini tenda untuk dua orang. Kedua perempuan itu pun selesai menghabiskan makanannya. Tetapi, ketika Li Xuezi melihatku berbaring di dalam tenda, dia tercengang dan berdiri dengan tergesa sembari berkata, "Di mana kita akan tidur jika kamu memenuhi tenda seperti itu?" An An langsung masuk bergabung ke dalam tenda tanpa banyak bicara. Aku berbaring di tenda dengan kepala di satu tangan sambil memandang Li Xuezi dengan penuh minat. Lalu, aku menjawab sambil tersenyum, "Kamu dapat memilih untuk tidak tidur di sini. Tapi, aku tidak tahu apakah di luar sana ada ular atau..." "Selamat malam," An An langsung berbaring di sampingku. Dia dengan sengaja mendengus, "Apa kamu mau masuk atau tidak? Aku sudah sangat mengantuk. Jika kamu mau tetap diluar, aku akan menutup tendanya dan tidur." "Tapi, Ye Fan ada di dalam. Bagaimana kamu bisa tidur dengannya di dalam tenda?" mata Li Xuezi penuh dengan kebingungan. Dia tidak menyangka An An dapat berbaring dan tidur denganku sepanjang malam tanpa ragu-ragu. An An menatap nona besar yang belum mengenali kenyataan ini. Dengan sedikit cemberut, ia berkata, "Memangnya kenapa? Bukankah kita masih beruntung dapat beristirahat di dalam tenda di pulau terpencil ini? Bagaimana mungkin masih memikirkan hal yang tidak penting begitu? Aku lebih takut oleh gigitan ular di malam hari." Tiba-tiba, An An memutuskan untuk menutup tenda. Li Xuezi dengan panik dan wajahnya yang memerah berkata, "Tunggu sebentar!" Melihat Li Xuezi ketakutan, aku menepuk bahu An An dan memberi isyarat untuk berhenti menggodanya. Jika kita membiarkan Li Xuezi untuk tetap di luar, akan lebih merepotkan untuk merawatnya esok hari jika ia sakit. Aku melambai pada Li Xuezi dan berkata, "Ayo, cepat masuk. Aku tidak akan menyentuhmu. Kamu harus tidur." Kata-kataku berhasil. Li Xuezi menggigit bibir bawahnya. Dia tidak berani menatap mataku sama sekali. Jadi, dia berjalan masuk ke tenda. Tapi, pikiran bahwa dia berada di ruangan yang sama dengan seorang lelaki malam ini, membuat jantungnya tidak bisa berhenti berdebar. Aku berbaring di samping An An. Saat tenda ditarik, seketika suasana di dalam langsung menjadi gelap. Hanya suara napas kami bertiga yang terdengar. Karena ini adalah tenda ganda, maka kami bertiga sangat kesempitan. Sulit rasanya untuk berbalik ke kanan atau kiri. Secara bertahap, kondisi menjadi sedikit pengap. Selain itu, kami bertiga telanjang, dan suasananya sangat kikuk. Aku tepat berada di sebelah An An. Aku merasa bahwa tubuhnya yang halus dan lembut digosokkan dengan sengaja ke lenganku. Dua gumpalan daging empuk di dadanya semakin menekan dadaku. Aku bahkan bisa merasakan kedua puncak gunungnya naik turun. Tiba-tiba, aku merasakan basah di antara bibirku. Kemudian, lidah An An yang lembut masuk dan tertahan di mulutku. Aku membuka mataku dan melihat An An yang juga menatapku. Wajahnya memerah, matanya seperti sutra, dan ekspresinya seperti putus asa. Dari sudut matanya, ia melihat Li Xuezi berbaring memunggungi kami. Hal ini sangat mengasyikkan. Timunku tiba-tiba menjadi keras, lalu bergerak naik dan turun. An An berbisik samar, "Ye Fan, kawahku sangat gatal." Ketika aku mendengar kata-kata itu, aku merasa sangat panas di seluruh tubuhku. Kami tak bisa menahan untuk menelan ludah. Satu tanganku meraba bagian bawah tubuhnya dan meregangkannya. Setelah beberapa saat, aku merasakan rambut kemaluan An An. Lubang kecil itu sudah dibanjiri air dan menghembuskan udara panas. Dia merasakan jari-jariku yang sudah memulai pencarian. Tiba-tiba, tubuhnya mengencang. Segera kumasukkan jariku ke dalam lubang kecil itu. "Ah," dapat terdengar sebuah gumaman lembut keluar dari mulutnya. Aku dapat dengan jelas merasakan tubuh An An gemetar. Tapi, lidahnya yang bergolak di mulutku membuat iramaku semakin gila. Perempuan ini sangat nakal. Air di kawahnya hampir mengalir ke arahku. Sekujur tubuhku panas. Aku sangat ingin untuk memasukkan milikku secara langsung ke k*********a. Aku mencubit lubang kecilnya dengan dua jari. Aku jelas merasakan beberapa helai air lengket yang masih menempel. Lubang kecil yang kosong tersebut perlahan memanas hingga menyembur cairan ke tanganku. An An tiba-tiba memelukku. Ia menjulurkan lidahnya lalu terus mengisap leherku. Ia dengan tidak sabar mengulurkan satu tangan, meraih penisku, dan mengocoknya beberapa kali. Lalu, An An tiba-tiba memasukkan kejantananku ke arah lubangnya. Aku buru-buru menahan gerakannya. Malam ini malam yang panjang, dan aku tidak ingin pergi berperang begitu cepat. Kumasukkan jari yang terjulur dan menekan ringan k******s An An, "Ah!" Sebuah desahan tiba-tiba keluar dari mulutnya. Hatiku bergetar dan mataku melebar. Tiba-tiba, aku mendengar Li Xuezi bergumam, "Ada apa?” Gerakan di tanganku tidak berhenti, aku terus mengocok k******s An An dan aku merasa terangsang dengan begitu liar. An An terengah-engah dan menjawab dengan suara gemetar, "Tidak ada apa-apa. Aku tidak sengaja membenturkan kepalaku. Tidurlah kembali." Ketika Li Xuezi mendengar kata-kata itu, ia bergumam dengan sebal. Tapi, ia akhirnya kembali tidur. An An dan aku merasakan jantung kami yang berdebar begitu hebat. Jantungku dan An An berdebar kencang. Napasnya tersengal-sengal. Melihat bahwa ia tidak bisa memakanku, An An mengangkat kepalanya dan menatap mataku. Dengan penuh semangat, ia berkata, "Jangan hanya genjot dengan tanganmu. Ayo, kawah kecilku menginginkan burung besarmu.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN