Nidya berdiri kaku di ambang pintu kamarnya saat melihat Panji berada di hadapannya. Pria itu membohonginya dengan mengatakan kalau sudah pergi setelah meletakkan makanannya di depan pintu kamar Nidya. Nyatanya pria ini masih di sana tengah duduk sambal memainkan ponsel. Posisinya sama persis seperti semalam. Salahnnya sendiri Nidya tidak bisa menghindar karena dia tadi tidak sempat mengintip dari jendelanya dulu. “Gue anter sarapan,” kata Panji yang kini datang dengan membawa paperbag. Nidya masih belum menerima apa yang diberikan oleh Panji. Tapi pria itu menarik tangannya untuk segera mengambil paperbag tadi. “Elo nggak jawab chat gue lagi, padahal semalem udah janji,” ujar Panji dengan wajah yang datar. Nidya mengangkat wajahnya menatap Panji, tapi otaknya sedang berpikir kapan d