46. Batu Sandungan

2121 Kata

Aku masih terus menangis, bahkan saat Mas Rifqi sudah menenangkanku cukup lama. Sebenarnya aku sangat lega melihatnya datang dalam kondisi baik-baik saja, tetapi aku hanya tidak bisa menahan air mataku untuk tidak keluar. Air mataku mengalir begitu saja tanpa bisa kubendung sedikit pun. Jujur, begitu melihat dia datang, bayangan saat aku melewati jam demi jam mencekam langsung muncul di ingatanku. Ya rasa sakitnya, rasa takutnya, sampai aneka bau tak sedap yang kucium sepanjang hari. Bagaimana tidak? Aku berada dalam satu ruangan dengan beberapa mayat yang aku sendiri tidak tahu mana saja. Bahkan yang belum meninggal sekalipun, pasti mengeluarkan bau. Bisa jadi ada yang ingin buang air, tetapi tidak bisa karena kaki dan tangan diikat. Tentu saja, mau tidak mau mereka buang air di tempat.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN