47. Pertanyaan Ambigu

2007 Kata

“Udah, Shen! Jangan nangis terus!” alih-alih menenangkanku, Mas Arfa justru seperti memarahiku. Caranya bicara sama sekali tidak ada lembut-lembutnya. Yang ada, dia malah semakin geregetan tiap air mataku keluar. Sejak dulu Mas Arfa memang selalu begini. Saat aku menangis, dia selalu memarahiku dulu, baru menenangkanku belakangan. Dia tidak pernah mau mengerti apa yang kurasakan. “Shen, udah! Enggak capek, apa, nangis terus?” “Enggak capek!” balasku ketus. “Lagian gimana aku enggak nangis sampai kaya gini kalau tahu pelaku utama justru malah bebas? Mas Fa enggak pernah tahu betapa mengerikannya cara dia nyulik orang dan menyiksa kami secara perlahan. Mas Fa enggak pernah tahu betapa sakitnya lihat sesama cewek kumpul dalam satu ruangan dengan keadaan enggak berdaya, bahkan ada yang samp

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN