33. Interogasi

1935 Kata

“M-mas Arfa? Mbak N-nana?” Saat itu juga, aku langsung melorot dari gendongan Mas Rifqi. Aku hampir limbung karena kakiku sakit. Untungnya, Mas Rifqi segera menahanku. Jadi, aku bisa tetap berdiri tegak. “Hati-hati, Shen.” “I-iya.” Aku kembali mendongak, kini Mas Arfa sedang menatapku tajam dari atas. Tatapannya tampak marah. Aku menelan ludah susah payah, membayangkan bagaimana nasibku setelah ini. Saat Mas Arfa dan Mbak Nana turun, aku langsung mundur. Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kukatakan pada mereka. Rasanya benar-benar blank. Otakku tidak bisa diajak berpikir dengan jernih. Pasalnya, ini bukan hanya soal gendong menggendong, tetapi lebih dari itu. Ketahuan membawa Mas Rifqi ke apartemen kukira akan menjadi hal yang paling mengerikan, tetapi ternyata aku salah. Kini

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN