Part 10_Eric

1225 Kata
Setelah Emily pergi dari ruangan rawat inapku dan meninggalkanku dalam kebingungan, Edwin meneleponku, "Pa, aku ke sana sekarang. Ada yang mau aku katakan, ini penting." Aku bertanya ada apa dengannya, kenapa terdengar terburu-buru seperti itu? "Ada apa, Edwin? Kamu melakukan hal aneh apa lagi?" Dia tertawa, sepertinya aku salah menduga. Dia malah menjawab dengan nada enteng dan tenang, "Tenang aja, Pa. Aku gak berbuat sesuatu yang aneh, kok. Justru perbuatanku ini akan membuatmu bahagia. Tunggu, ya, Pa." Aku mengiyakan ucapannya. Entah apa yang mau disampaikannya padaku, yang penting bukan hal yang membuat malu atau bahkan mencoreng harga diriku. Setelah beberapa saat sejak dia meneleponku tadi dan aku menghabiskan waktu untuk membereskan pekerjaan, akhirnya Edwin datang, dengan wajah sumringah, dia bilang bahwa dia minta izinku untuk menikah, "Pa, aku mau nikah, boleh, ya." Aku yang mendengar ucapannya sedikit terkejut. Iya, dengan caranya selama ini hidup, rasanya akan sangat tidak mungkin dia memilih untuk menikah. Aku tidak melarangnya tidak juga menyetujuinya, aku mencoba untuk menanyakan dulu keseriusannya tentang ini, "Kenapa mau nikah? Kamu serius, mau nikah? Sama siapa?" Edwin tertawa, "Santai, Pa. Aku menikah dengan perempuan baik-baik, kok. Namanya Bernadette, perempuan keturunan Indo Belanda. Cantik, Pa. Selama ini aku bolak-balik pacaran dari satu perempuan ke perempuan lainnya, hanya untuk kepuasan dunia semata. Tapi setelah bertemu Bernadette, dia mengajariku bahwa hidup tidak hanya sekedar hari ini atau besok, tapi kita hidup juga harus mempersiapkan kehidupan kita ke depannya. Kita tidak hanya hidup hari ini, tapi kita juga hidup untuk bulan depan, tahun depan, lima tahun lagi, bahkan sepuluh tahun lagi. Kalo masalah umur, itu sih urusan Tuhan. Tapi kita wajib mempersiapkannya." Aku melongo mendengar Edwin bicara seperti ini, ini bukan Edwin yang biasa. Aku justru tertarik dan penasaran dengan perempuan yang bernama Bernadette itu, "Papa jadi penasaran, siapa perempuan itu, siapa Bernadette itu? Kamu kenal di mana, sudah berapa lama kalian berhubungan atau pacaran?" Edwin menjelaskan satu persatu apa yang sedang terjadi dengannya, "Dua bulan lalu, Pa. Ketika Edwin putus dengan pacar Edwin sebelumnya, karena suntuk, Edwin jalan-jalan ke toko buku. Iya, random banget memang. Tapi itu yang terjadi, ketika Edwin sampai di deretan rak buku-buku motivasi, ada Bernadette di sana. Dia juga sedang mencari buku untuk bahan ajarnya." Aku menyelam perkataan Edwin, "Bahan ajar? Dia guru di mana?" Edwin menggeleng, "Bukan, Pa. Dia bukan guru, dia bahkan dosen muda di sebuah universitas di Jakarta." Aku seperti sedang menonton sebuah film yang diputar random. Bukan tidak menghendaki kebaikan pada anakku, tapi seorang dosen bisa menerima lamaran Edwin, anakku, ini sebuah keajaiban, sesuatu yang tidak biasa. Kecuali Bernadette, perempuan itu belum tau kelakuan Edwin, mungkin saja dia mau menikah dengan Edwin. Tapi jika di sudah tau mengenai Edwin dan tetap menerimanya, ini luar biasa. Tanpa memutuskan semangatnya untuk menikah, aku tetap harus menyelidiki dulu latar belakang Bernadette ini, jadi aku minta untuk dikenalkan dengan Bernadette, sebelum memutuskan apakah akan mengizinkan mereka menikah atau tidak. "Oke, Papa tidak melarangmu untuk menikah. Hanya saja, Papa penasaran dengan perempuan ini. Atur janji ketemu Papa dengan dia, Papa mau kenalan dulu. Baru setelah itu, Papa akan memutuskan apakah akan memberimu izin untuk menikah atau tidak." Awalnya Edwin tidak mau mengenalkan dan mempertemukanku dengan Bernadette sebelum waktunya tiba untuk melamar, "Nanti aja, Pa. Waktu lamaran, kan, Papa ikut. Nah, di situ deh, Papa bisa kenalan sama dia sepuasnya. Kalo sekarang, belum apa-apa udah diinterogasi, pasti dia gak nyaman." Aku menolak alasan itu, "Tidak bisa. Kalo sudah lamaran, membatalkannya akan lebih ribet daripada menunda menikah sekarang. Jadi pilihanmu cuma dua. Yang pertama, kenalkan Papa dengannya dalam waktu dekat ini atau pilihan kedua, tinggalkan dia dan Papa akan menikah kamu dengan perempuan lain. Setelah didesak seperti itu, mau tidak mau, Edwin menerima syarat dariku tanpa membantah. Wah, ini rekor untuk Edwin si anak keras kepala. Tadinya, aku sudah menyiapkan kata-kata dan syarat yang lebih tegas lagi jika dia memaksa untuk tetap menikah tanpa mempertemukan Bernadette dengan aku terlebih dahulu, tapi ini, Edwin tidak melakukan perlawanan sedikitpun. Setelah kami selesai berbicara mengenai rencana pertemuanku dengan pacaranya, Bernadette, Edwin pamit "Edwin pamit dulu, Pa. Nanti Edwin kabarin lagi, kapan waktunya bisa ketemu sama Bernadette. Kalo dia udah ada waktu libur, Edwin akan aturkan jadwal Papa untuk bertemu dengannya." Aku mengangguk. Ketika sudah sampai di depan pintu, Edwin membalikkan badan dan bertanya, "Tadi pas masuk ke tempat parkiran, Edwin melihat mobil Mama. Apa Mama dari sini juga, Pa?" Aku mengangguk, "Iya. Tadi Papa dan Mama ketemuan untuk membahas sesuatu." Edwin mengangguk, "Sayang banget gak ketemu Mama. Padahal Edwin kangen deh." Aku lalu bilang ke Edwin, kalo kangen ya tinggal mampir aja ke rumah atau kantornya, "Kalo kangen, kamu kan bisa mampir aja ke toko atau kantornya. Toh selama ini mamamu gak pernah menutup akses untuk ketemu denganmu. Kamunya aja yang menjauh, Mama sama Papa, meski sudah berpisah, kami tetap berkomunikasi dengan baik." Setelahnya Edwin beneran pergi dan aku menghubungi Emily. Apakah ini ada hubungannya dengan penawaran dia tadi, apakah dia tau, kalo Edwin mau menikah? "Barusan Edwin ke sini. Dia minta izin untuk menikah, apakah kamu memang sudah tau, bahwa dia mau menikah? Kalo iya, bisa tau darimana?" Emily mendesah dengan kasar di ujung sana, sepertinya dia jadi tambah gelisah, "Kita harus melarangnya menikah dengan wanita yang mau dinikahinya. Kita harus segera menikahkan Edwin dengan Anindita, sekretarisku yang kemarin aku sampaikan sama kamu." Aku benar-benar bingung, kenapa sepertinya Emily sudah tau, siapa Bernadette itu dan hanya aku yang jadi orang paling bodoh di sini, tidak tau apa-apa. "Coba kasih tau dulu, ada apa sebenarnya?" Lalu Emily menjelaskan hal yang sungguh di luar akal sehatku dan aku tidak menyangka hal ini akan terjadi, "Bernadette itu, benar Bernadette kan, nama perempuan yang mau dinikahi Edwin? Bernadette itu antek-anteknya keluargamu, orang suruhan ibumu, lebih tepatnya. Ibumu berencana menikahkan Edwin dengan Bernadette dan merencanakan bahwa lewat Edwin nanti, semua harta dan kekuasaanmu akan pindah ke tangan Edwin. Jelas Bernadette tidak akan diam, Edwin yang sudah jatuh cinta sama Bernadette akan melakukan apa saja untuk mengambil harta darimu. Dan keluargamu memanfaatkan momen ini untuk mengambil semua proyek-proyek yang sedang kamu kerjakan. Proyek Bandung Barat, contohnya, kamu masih belum bisa goalkan negosiasi dengan warga setempat, kan. Itu ulah ibu dan kakak-kakakmu. Masa begitu aja kamu gak tau, sih?" Kepalaku sakit. Apa lagi yang sedang terjadi saat ini? Kenapa semua orang seperti berencana mau menjatuhkanku, hanya karena beberapa waktu ini aku memang lebih longgar dalam kebijaksanaan dan mengambil keputusan. Aku mencoba untuk lebih merasakan apa yang orang lain rasakan, tapi ini yang aku dapat. Tapi sejujurnya, aku masih sanksi akan apa yang diucapkan oleh Emily. Aku juga gak tau, kan, ada motif apa di balik semua yang diucapkan Emily barusan. Bisa saja dia menjelek-jelekkan ibu dan keluargamu, malah justru dia yang punya rencana sendiri. Aku harus menyusuri dan mengusut tentang apa yang terjadi ini. Aku meminta Edwin untuk mengirimkan fotonya Bernadette, alasanku, aku ingin melihat perempuan itu seperti apa dan memberikan foto tersebut ke Andrian, untuk ditelusuri lebih dalam, siapa perempuan itu sebenarnya. "Edwin, Papa mau lihat calon anak mantu Papa, donk. Tapi itu juga kalo direstui, ya." Tidak berapa lama, Edwin mengirimkan foto Emily, yang langsung akun teruskan ke Andrian, "Cari info mengenai perempuan ini sedetail-detailnya. Jangan sampai ada yang terlewat bahkan secuil oun." Lalu pesanku segera dibalas Andrian, "Siap, Pak." Yang artinya maksimal tiga hari ke depan aku akan mengetahui siapa Bernadette ini. Biar aku tau juga siapa yang sebenarnya sedang berlakon dan bersandiwara. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN