Damian baru saja selesai mandi dan saat ia keluar, tempat tidur yang tadi ditiduri Kiara sudah kosong, membuat u*****n kasar kembali meluncur dari mulutnya. Damian berjalan cepat keluar hanya dengan handuk yang meliliti pinggangnya tanpa ada kain apapun lagi.
Damian hendak menuju dapur, namun netranya menangkap kamar tamu yang pintunya terbuka dan memperlihatkan Kiara yang terbaring di atas ranjang kamar itu.
Secara perlahan, Damian melangkahkan kakinya menuju kamar tersebut dan duduk di lantai dan bersandar pada tepian ranjang. Kiara sadar dengan kehadiran Damian, namun ia masih betah berdiam diri.
“Sayang, aku nggak tahu kenapa kamu seperti ini. Padahal aku sudah katakan semuanya. Tak ada yang aku tutupi. Tapi kamu masih marah sampai harus pindah kamar seperti ini. Kamu tahu? Di sini aku berpikir kalau kamu nggak sebenar-benarnya cinta sama aku Kia. Masih ada keraguan di hati kamu tentang aku.” Kiara tercenung mendengar ucapan Damian. Dalam diam ia kembali meneteskan air mata. “aku pikir cinta kamu tulus dan kamu percaya sama aku. Tapi kejadian hari ini buat aku paham satu hal. Kalau kamu belum sepenuhnya yakin dan percaya sama aku, kamu belum sepenuhnya serahin hati kamu buat aku, kamu belum—“
“Nggak. Nggak Mas. Aku udah serahin semuanya ke kamu.” Kiara memeluk Damian erat dari belakang. Damian tertunduk. Ada luka dihatinya karena ketidakpercayaan Istrinya padanya. Damian melepaskan pelukan Kiara darinya lalu berdiri dan memberi jarak antara dia dan istrinya tersebut.
“Mas?”
“dalam rumah tangga harus ada rasa saling percaya Kia. Terlepas dari masalah apapun itu. Setidaknya kamu cari tahu dulu apa yang sebenarnya terjadi, baru kamu bisa menarik kesimpulan.”
“Mas?”
“Kalau kamu mau tidur di sini, silahkan. Mas nggak akan keberatan. Mas juga akan berpikir nantinya di kamar kita. Mimpi indah ya.” Damian memutar balik tubuhnya dan berjalan meninggalkan Kiara dengan semua kekalutan yang ada pada wanita itu saat ini. Dia tak ingin seperti ini. Tapi dia juga bingung dengan yang terjadi. Nggak, bukan penyelesaian seperti ini yang ia mau. Ia ingin semuanya kembali baik.
Kia menggeleng kuat lalu dengan cepat ia turun dan berlari menuju Damian yang sudah sampai di lantai atas. Tanpa memikirkan kandungannya, Kiara berlari sekencang mungkin bahkan saat dia menaiki tangga. Namun baru saja langkahnya sampai di tengah-tengah, Kiara kehilangan keseimbangan. Kakinya salah menginjak yang membuat Kia tersandung dan terjatuh.
“MAS!” teriak Kia kuat membuat Damian melirik kebelakang. Entah rasa seperti apa yang Damian rasakan sekarang. Nyawanya serasa dicabut paksa saat matanya melihat Kia berguling ke bawah.
“KIA!! Ya Tuhan.” Damian berlari turun ke bawah mengejar tubuh Kia yang tak sadarkan diri. Yang membuat Damian semakin memucat adalah darah yang mengalir di sela paha istrinya tersebut. Damian menggendong tubuh Kiara dan meletakkan istrinya itu di atas sofa. Damian berlari kencang menuju kamarnya untuk berpakaian dan segera berlari keluar kembali menuju Kia dan menggendong istrinya itu sampai menuju mobilnya. Menidurkan Kia di kursi belakang dan masuk ke kursi kemudi. Damian menghidupkan mesin mobilnya dan melajukan mobil itu sangat cepat. Bahkan klakson mobilnya pun tak berhenti. Ia selalu berteriak darurat selama perjalanan agar pengendara lain memberinya jalan untuk segera sampai di rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit. Kiara segera dilarikan ke ruang UGD sedangkan Damian menunggu di luar dengan panik dan nyaris seperti orang kesetanan. Damian hanya bisa berjalan kesana-kemari sambil merapalkan doa agar istrinya tak kenapa-napa. sampai pintu UGD terbuka memunculkan dokter yang tadi menangani Kiara.
“Bagaimana istri saya dok?” tanya Damian cepat. Wajahnya sungguh sangat khawatir.
“Istri anda tidak apa-apa. Tapi tetap harus berada dalam pantauan dokter. Apa dia baru saja kecelakaan atau terjadi sesuatu?” Damian mengiyakan. Karena memang Kiara pernah mengalami kejadian mengerikan sampai membuatnya koma.
“iya Dok. Istri saya pernah kecelakaan.” Ucap Damian.
“Mungkin itu penyebabnya dia pingsan begitu cepat. Jika mendengar penuturan anda tadi, jarak tangga dari istri anda jatuh ke bawah tak terlalu jauh. Mungkin karena kaget itulah dan efek dari kecelakannya juga yang menjadi pemicu hilangnya kesadaran istri anda.” Jelas dokter tersebut. Tapi belum mampu menghilangkan kekhawatiran Damian.
“Lalu, anak saya dokter?”
“syukurlah anak bapak kuat. Dia cukup tangguh untuk bertahan dirahim ibunya. Mereka tidak apa-apa. Istri dan calon anak anda tidak apa-apa. Untuk melihat kondisi selanjutnya, saya sarankan istri anda dirawat di sini untuk dua hari kedepan. Silahkan bapak urus kamar rawatnya dulu.!”
“baik dokter.” Untuk saat ini Damian bisa bernafas lega. Ia segera menuju bagian reseptionis untuk memesan kamar VVIP untuk Kia.
*****
Kiara kini sudah berada di ruang rawat inap VVIP yang tadi disiapkan Damian untuknya. Kiara masih betah berdiam diri. Bukan karena ia masih marah pada Damian, tapi ia marah pada dirinya sendiri. Karena kecerobohannya dan kecemburuan tak menentunya, kini Ia harus rela kehilangan calon anaknya.
Kiara tak berani menatap Damian walaupun suaminya itu sudah duduk di sebelah ranjang tempat ia berbaring.
“Mau diam sampai kapan?” tanya Damian lembut. Ia tak marah pada Nia, karena ini juga kesalahannya.
“Maaf—“ bisik Kia pelan.
“Maaf untuk apa?”
“Untuk semuanya. Aku yang udah curiga sama Mas, dan—dan gara-gara aku, anak kita—anak kita—“ Kia tak kuat meneruskan ucapannya. Ia kini lebih memilih menangis.
“Dedeknya baik-baik saja.” Ucap Damian. Seketika tangis Kia terhenti. Kini hanya tersisa isakan.
“he?”
“Dedeknya nggak apa-apa. Dia kesakitan itu pasti. Tapi dia lebih nyaman berada di rahim ibunya. Karena itu dia bertahan. Saat dia lahir nanti, pastikan kamu minta maaf padanya karena kecerobohan kamu.” Ucap Damian sedikit menekan ucapannya.
Kiara tak marah. Justru ia langsung berhamburan ke pelukan Damian tanpa mempedulikan slang infus yang akan lepas karena meregang.
“Maafin aku Mas, maafin aku. Aku salah Mas.hikss—hikss.” Isaknya dalam pelukan Damian. Damian membalas pelukan istrinya itu erat dan hangat.
“jangan seperti ini lagi. Kamu nggak sayang sama aku dan anak kita?” Kiara menggeleng kuat.
“Kia sayang Mas. Kia sayang sama dedeknya. Kia sayang kalian.” Dalam hatinya Kia berterima kasih pada Tuhan karena sudah melindungi anaknya. Dia berjanji tak akan egois lagi.
“kalau sayang, jangan seperti ini lagi ya.” Kia mengangguk pelan.
Damian mengusap pipi istrinya lembut. Setelahnya pria itu menempelkan bibirnya pada bibir Kiara lembut dan tak lama langsung melumatnya. Menyampaikan rasa lega dan sayang melalu ciuman itu.
Kiara membalas ciuman Damian tak kalah lembut. Damian lebih dulu melepaskan ciumannya. Mengusap bibir bawah Kia lembut.
“I love you.” Bisik Damian. Kiara tersenyum manis mendengar pernyataan cinta suaminya.
“I love you too.” Balasnya.
“sekarang udah malam. Kamu tidur ya.!”
“Mas nggak tidur?”
“iya Mas tidur di sana.”
“Nggak. Mas tidur sebelah aku ya.!” Pinta Kiara manja. Damian melirik ke arah tempat tidur yang cukup besar itu. Lalu kembali menatap Kia dan mengangguk.
“Ya udah. Mas kunci pintu dulu.” Kiara mengangguk. Saat Damian berjalan menuju pintu untuk menguncinya, Kiara menyiapkan tempat untuk suaminya itu tiduri di sebelahnya.
Damian naik ke atas ranjang. Membawa Kiara dalam pelukannya.
Kini mereka sudah berpelukan satu sama lain. Kia bahkan sudah menempelkan wajahnya pada d**a bidang Damian. Damian menepuk-nepuk pelan punggung Kia. Memberikan rasa kantuk pada wanita itu. Namun Kiara belum mau memejamkan mata. Ada satu hal yang membuatnya penasaran selama ini.
“Mas?”
“tidur sayang.!” Perintah Damian membuat Kiara mencibir.
“Ih, Mas denger dulu kek.”
“udah malam sayang.”
“tapi aku belum ngantuk Mas.”
Damian menghembuskan nafasnya kasar. “Ya udah mau ngomong apa?”
Kiara sedikit menimbang namun akhirnya ia memilih untuk bertanya. “Mas, kenapa nolak aku dulu pas aku bilang cinta waktu SMA?” Damian merenggangkan pelukannya dan menatap wajah Kiara sembari menyipitkan matanya.
“kenapa tanya gitu?”
“Aku penasaran aja Mas. Setahu aku dulu Mas itu anti banget sama aku. Tapi kenapa sekarang ngajakin Kia nikah.” Damian tersenyum geli melihat ekspresi wajah Kia berbicara.
Ia kembali membawa Kia dalam pelukannya. “Ada satu hal yang tak kamu tahu sayang.”
“he? Apa itu?”
“kamu ingat si penempel coklat di pintu loker kamu?” Kiara memutar kembali memori otaknya.
Iya. Dulu ada orang misterius yang menempelkan coklat di lokernya, dan hal itu terjadi semenjak dia di tolak oleh Damian dan—dan apa mungkin—“Mas? Jangan bilang?”
“Iya. Si pemberi coklat misterius itu Mas. Mas lihat kamu dibully banyak cewek di sekolah dulu saat pernyataan cinta kamu tersebar. Jujur saat itu bukan Mas yang beri tahu mereka. Mas sendiri kaget saat tahu kabar itu tersebar.” Kiara tertegun. Ia tak sadar kalau selama ini si pemberi coklat itu ternyata Damian.
“Kenapa mas?”
“Kata orang, coklat bisa menciptakan senyum. Dan Mas buktikan itu. Kamu selalu tersenyum tiap melihat coklat itu tertempel di lokermu. Kamu tahu, senyummu sungguh manis saat itu.” Kiara tak bisa lagi menahan air matanya untuk tak tejatuh. Ia menangis bahagia karena selama ini cintanya tak bertepuk sebelah tangan. “kebiasaan memberi coklat itu terus berlanjut sampai Mas sendiri tak tahu rasa apa yang tengah Mas rasakan. Yang jelas saat Mas lulus, Mas kehilangan kamu. Mas kuliah di luar negeri bersama Dave, namun hampir setiap harinya memikirkan gadis yang selalu Mas beri coklat dilokernya.”
Kiara terisak. Ia semakin mengeratkan pelukannya di tubuh Damian.
“Kia nggak tahu Mas si pemberi coklat itu, Kia—hikss—hikkss..”
“aku justru bersyukur kamu tak mengetahuinya. Karena aku tahu betapa bencinya kamu sama Mas dulu saat SMA. Bahkan saat berselisih jalan di koridor, kamu membuang muka dari Mas.
Satu tahun menjelang hari kelulusanmu, Mas masih dapatkan informasi tentang mu dan aksi memberi coklat itu masih berlanjut sampai kamu lulus. Mas minta bantuan siswa di sana untuk memberikannya padamu.”
“Mas?”
Damian membawa Kiara semakin dalam ke pelukannya. Mengecup kening istri tercintanya itu. “Mas sempat menyerah tapi munculnya kamu kembali membuat Mas merasa Tuhan masih menakdirkanmu untuk Mas sayang. Buktinya Tuhan pertemukan kita kembali saat Dave mencari sekretaris. Kau tahu sayang, saat itu Mas berpikir doa Mas dijabah Tuhan. Mas selalu berharap takdir masa depan Mas adalah dirimu, dan ternyata Tuhan mendengarkan pinta Mas.
Kia melonggarkan pelukan Damian padanya. Dengan mata sembabnya, ia menatap Damian dalam.
“Terima kasih sudah kembali.” Bisik Damian. Dengan perlahan, Damian memajukan wajahnya dan mengecup bibir Kia yang disambut oleh wanita itu dengan sebuah lumatan.
Mereka berciuman panas di atas ranjang rumah sakit tanpa ada yang mau memisahkan diri. Sampai Damian menekan kuat bibirnya di bibir Kiara. Bukannya marah, Kiara justru tersenyum dengan bibir yang masih menempel dengan bibir Damian. Mengecup bibir Damian singkat lalu memberi jarah keduanya.
Damian tersenyum manis begitupun Kiara menyingkirkan tali infusnya agar tak tersangkut. Dengan cepat wanita itu sudah berada di atas tubuh Damian. Menelungkup di atas tubuh suaminya itu.
“Hati-hati infusnya sayang.” Ucap Damian mengingatkan.
“Ini udah hati-hati.” Kia mengangkat tangannya yang dipasang slang infus dan menunjukkannya pada Damian.” Damian tersenyum manis. Ia merangkul pinggang Kia di atasnya.
“Kamu nggak ngantuk?” tanya Damian pelan.
Kia menggeleng. “nggak ngantuk.”
“Udah hampir tengah malam lho.”
“nina bobok in ya. Nyanyiin lagu buat aku Mas.” Pinta Kia
“Lagu apa?”
“terserah Mas.”
“Lagu balonku mau?”
“Ih, itu lagu anak-anak. Kalau lagu itu buat dedek aja nanti kalau udah lahir.” Ucap Kiara memberenggut lucu. Membuat Damian tertawa geli.
“Ya udah. Tapi kamu tidur ya?”
Kiara mengangguk. Iya segera turun dari tubuh Damian dan kembali berpindah ke posisi semula lalu merapat masuk dalam pelukan suaminya. Damian bersiap menyanyikan lagu untuk Kia sambil menepuk pundak istrinya itu lembut.
Memenangkan hatiku bukanlah satu hal yang mudah.
Kau berhasil membuat kutak bisa hidup tanpamu. Menjaga cinta itu bukanlah satu hal yang mudah.
namun tak sedetikpun tak pernah kau berpaling dariku
beruntungnya aku dimiliki kamu.
Kamu adalah bukti, dari cantiknya paras dan hati.
Dari cantiknya paras dan hati
kau jadi harmoni saatku bernyanyi.
tentang terang dan gelapnya hidup ini
Kaulah bentuk terindah, Dari baiknya Tuhan padaku.
waktu tak mengusaikan cantikmu
kau wanita terhebat bagiku.
Tolong kamu camkan itu.
Damian terus menepuk pelan pundak Kia sampai nafas teratur terdengar dari mulut istrinya itu. Damian menghentikan lagunya dan menatap wajah Kia penuh sayang. “Terima kasih sayang. Sudah kembali dalam kehidupanku. Aku berjanji akan menjagamu sampai aku mati. I love you so Much Beby. You’re my precious Wife.” Bisik Damian tepat di depan bibir Kia dan setelahnya Damian mengecup bibir itu lama. Ada air mata yang menetes di sudut mata Damian saat ia mengecup bibir Kia sambil memejamkan matanya. Rasa syukur dan kebaikan Tuhan padanya tak bisa dia ucapkan dengan kata-kata. Hanya rasa syukur yang teramat besar yang bisa dia hantarkan.
Janjinya pada Tuhan, sampai mati Ia akan menjaga Kiara dan anaknya. Bertanggung jawab untuk semuanya. Dia berjanji.
******