Bab 7. Cogan

1027 Kata
Benny tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Mama Intan. Pagi-pagi sekali Dia sudah terlihat rapih. Niatnya sebelum Dia berangkat ke Kantor, Dia ingin ke kosan Tita. Benny ingin memberi kejutan pada Tita sekaligus mengajak Tita sarapan bersama dengannya. Benny terlihat bersemangat sekali. Dia sengaja tak menelpon Tita. Mama Intan tersenyum melihat Putera semata wayangnya yang begitu semangat menyambut pagi. "Tumben jam segini sudah rapih? Ada meeting?" Tanya Mama Intan sambil menikmati teh herbalnya di meja makan. "Pagi, Mam." Benny mencium pipi Sang Mama. "Hhhmmm...." Mama Benny membalas dengan mengecup kening Benny. "Pagi ini Benny mau ke kosan Tita, mengabari kalau Mama mengundang Dia makan malam." Benny sangat sumringah. "Kenapa tidak Kamu telpon saja? Jangan bilang Kamu lupa minta nomor telponnya." Mama Intan mengerutkan keningnya. Benny tersenyum. "Aku mau kasih surprise, Ma. Sekalian biar tahu, pagi-pagi gini Dia sedang apa?" Jelas Benny. Mama Intan menghela nafas. Kalau sudah begitu keinginan Benny, Dia hanya bisa mengangguk saja. Benny langsung bangun dari duduknya dan menghampiri Sang Mama. "Maaf ya Ma... Pagi ini Aku sarapan di luar." Benny sekalian berpamitan. "Iya... Hati-hati. Mudah-mudahan Si Tita itu tidak mengecewakan Kamu." Kata Mama Intan. ******* Benny sudah berada di gerbang kosan semalam. Suasana masih sepi. Jam menunjukan pukul 6.05. Hanya sesekali terlihat Anak kos yang keluar mungkin ada jadwal pagi. "Pagi, Mas... Cari siapa?" Tanya penjaga kos-kosan. "Pagi, Mang.. Hhmmm... Saya mau ke kosan Tita, Yang mana ya?" Tanya Benny sopan. "Tita?" Penjaga kos mengerutkan keningnya. "Hhmm.. Dewi, Mang." Benny langsung menyebut nama Dewi. Semalam Tita mengatakan kalau Dia ngekos berdua Dewi. "Oohhh Mbak Dewi yang semok itu ya?" Tanya Mamang. Benny nampak ragu. "Mungkin... Hhmmm... Tita satu kamar dengan Dewi." Jelas Benny. Mamang terlihat masih bingung. Tapi Dia gak mau ambil pusing melihat Benny mengeluarkan dompet dan mengambil selembar uang 50 ribuan dan memasukan ke saku kaos Mamang. "Buat sarapan." Kata Benny. Mamang langsung mengantar Benny ke kamar Dewi. "Nanti di tengah belok kiri. Kamar nya nomor 21, sebelah kanan." Kata Mamang. "Terima kasih Mang." Kata Benny senang. Benny berjalan menurut intruksi Mamang. Dia tersenyum melihat kamar dengan nomor 21. "Apa masih tidur jam segini? Ah sudahlah... Setidaknya Aku bisa melihat wajahnya saat baru bangun tidur." Benny tersenyum membayangkan wajah Tita yang masih mengucek mata. Tok... tok.. tok.. Benny mengetuk pintu. Tak ada sahutan. Dia ketuk kembali. Tetap tak ada sahutan. "Cari siapa, Mas?" Tiba-tiba seseorang keluar dari pintu di belakang Benny. "Tita.. Dewi." Kata Benny. "Kalau ngebangunin Dewi jangan kayak gitu, Mas. Gak bakal bangun." Kata Gadis itu dan segera menggedor pintu kamar Dewi. Dor... dor... dor... "Dewi...! Ada yang cari nih! Cogan...!!" Teriak gadis itu. Dia cengengesan. "Maaf ya Mas." "Siapa sih..?!" Terdengar sahutan dari dalam. Ceklek... Terdengar kunci pintu yang dibuka. "Nah... Bangun kan, Mas. Saya permisi ya..." Gadis itu langsung mengunci kamarnya dan turun ke bawah. "Terima kasih, ya." Kata Benny ramah. "Hoaaammm... Siapa sih pagi-pagi gedor-gedor pintu! Ganggu aja." Keluar seorang gadis dengan tubuh subur, memakai kaos dengan tali kecil di bahu dan celana pendek. Dia mengucek matanya. Benny sedikit terkejut. Tapi buru-buru bersikap biasa. "Ya Tuhan... Malaikat dari mana pagi-pagi sudah bertandang kemari." Dewi terpana dengan ketampanan Benny. "Mbak Dewi, ya?" Tanya Benny. "Mas cari Saya?" Dewi terpana. Benny tersenyum. "Bukan... Saya cari Tita. Apa Tita sudah bangun?" Tanya Benny. "Tita?" Tanya Dewi. Dia nampak berpikir. "Iya... Tita, ada kan?" Benny terlihat bingung. "Sebentar ya Mas... Aduuhhh pagi-pagi... Bentar Mas... Nyawa Saya belum ngumpul." Dewi masuk ke kamarnya. Dia meninggalkan Benny sendirian di luar dengan pintu terbuka. Dewi mengambil air minum dan meminumnya. Dia juga mengambil botol air di dalam lemari pendingin. Menempelkan pada matanya. "Tita...?! Ya ampuuunn..." Dewi menepuk keningnya sendiri. "Aduuhh... Aku harus ngomong apa ya?" Gumam Dewi. Dia mondar mandir. "Mbak Dewi...?" Panggil Benny. "Oh ya Mas... Maaf..." Dewi keluar dan menemui Benny. "Mas ini siapanya Tita?" Tanya Dewi kepo. "Saya Calon Suami nya." Kata Benny percaya diri. "Ya ampun Tita.... Cogan gini main tolak aja..." Gumam Dewi. "Kenapa, Mbak? Tita nya mana?" Benny mencoba menengok ke dalam. "Maaf Mas... Aduuuhhh... Jadi gak enak ini. Tita..." Dewi tampak ragu. "Iya?" Tanya Benny mengerutkan keningnya. "Semalam Tita dapat telpon dari Orangtua nya. Tita nya pulang kampung Mas, semalam." Kata Dewi. "Kok mendadak? Mbak Dewi gak boong, kan?" Selidik Benny. "Untungnya buat Saya apa, Mas?" Tanya Dewi. "Kalau gak percaya, cari aja ke dalam." Dewi membuka kamarnya lebar-lebar. Benny menghela nafas. "Pulang kemana?" Tanya Benny terlihat kecewa. "Jogja, Mas. Semalam Saya yang antar ke stasiun Senen." Kata Dewi. "Kapan baliknya?" Tanya Benny. "Saya kurang tahu, Mas. Tita gak bilang apa-apa. Dia buru-buru banget semalam." Dewi memerankan peranannya dengan baik. "Baiklah... Terima kasih. Kalau gitu, Saya pamit." Benny terlihat lesu. "Heehhh... Tita... Lo bikin susah Gw." Gumam Dewi setelah tubuh Benny menghilang di belokan. Semalam saat menunggu Tito menjemput Tita. Tita sempat naik ke atas, ke kamar Dewi. Dewi sangat kaget tapi juga senang karena Tita mampir ke kosannya. Tita berpesan kalau ada yang mencarinya bilang saja Dia pulang kampung. Awalnya Dewi sedikit bingung. Tapi Tita meminta Dewi jangan banyak tanya. Tita meminta Dewi mengikuti apa yang Tita inginkan. Dewi menelpon Tita. Namun tidak aktif. Dewi mengetik pesan kepada Tita. "Huh... Cogan ditolak! Buat Gw aja, dengan senang hati Gw terima cintamu Mas Benny... Ya Tuhan... Ganteng banget... Mimpi apa ya Gw semalam? Di datangi Cogan pagi-pagi." Dewi terkekeh. ******* Benny melempar ponselnya ke dalam dashboard. Dia sangat kecewa. Ponsel Tita tidak aktif. Benny memukul stir mobilnya. "Apa kata Mama, nanti?" Benny menjedotkan keningnya ke stir mobilnya. "Tita... Ya Tuhan... Dimana Kamu, Sayang..?" Benny terlihat putus asa. Di saat yang Bersamaan, Di tempat lain "Uhuk... uhuk..." Tita tersedak. Baru saja Dia menggigit rotinya dan mengunyahnya. "Pelan-pelan dong, Sayang..." Tegur Vita sambil menyodorkan jus jeruk pada Tita. Tita menerima nya dan langsung meminumnya perlahan. "Tita sudah pelan-pelan kok Ma..." Tita mengusap airmatanya karena menahan rasa sakit di tenggorokannya. "Ada yang kangen tuh, pagi-pagi." Goda Tito. "Abang ada-ada aja. Siapa juga yang kangen sama Tita?" Tita mengerucutkan bibirnya. "Benny... Siapa lagi?" Kata Tito. Mata Tita mendelik. "Ngaco..." Tita menggelengkan kepalanya. Namun perasaan Tita tiba-tiba tak enak. Dia mengunyah rotinya tapi pikirannya pada Benny. "Sudah... Habiskan dulu makannya." Tegur Atala. "Apa Benny mencari Aku ke kosan Dewi, ya?" Batin Tita.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN