Setelah panggilan dengan ibunya berakhir, Atthala menghela napas dengan kasar. Matanya tetap terpejam, beberapa saat kemudian tanpa ia sadari airmata kembali terjatuh dari kedua sudut matanya yang semakin lama semakin deras. Bahkan ia tak menyadari, Ara yang sedari tadi mengetuk pintu ruang kerjanya sudah masuk dan berdiri di samping sofa sambil membawa nampan dengan cangkir yang berisi coklat panas di atasnya. Atthala yang sadar segera menghapus air matanya, ia kemudian duduk. Pria itu menatap cangkir di hadapannya lalu beralih menatap Ara yang sedang berdiri, ia menarik tangan Ara hingga gadis itu duduk di sampingnya dan memeluknya erat. "sebentar! Biarkan seperti ini sebentar saja," ujar Atthala. Ara yang mengerti dengan suasana hati pria di hadapannya itu segera mengangguk dan membi