61. Memupuk Kebencian

1644 Kata

Terbangun karena merasakan rambut dan pipiku yang diusap dengan lembut. Aku mengerjab berusaha membuka mata. Samar kulihat wajah seseorang yang persis berada di hadapanku. Deru napas hangatnya menerpa wajahku. Meski mata ini terasa berat, nyatanya aku tetap berusaha melihat siapa gerangan seseorang yang sedang bersamaku. Nyawa ini belum sepenuhnya terkumpul, jadi tak heran jika aku sama sekali tidak menyadari apa yang baru saja terjadi. Barulah saat dengan begitu jelas wajah Restu yang tampak di mataku berada persis di depan wajahku. Kilasan kejadian yang baru Restu lakukan teringat sangat nyata di dalam memori otakku. Panik dan aku bergegas bangun dari posisi berbaringku. Tubuh ini terasa kaku dan sakit di mana-mana. Ya, aku ingat dengan apa yang telah Restu lakukan semalaman hingga mem

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN