"Kamu akan mengizinkannya?" "Dia keras kepala." Andrea menghela nafas. Kedua pasang mata itu menoleh ke atas ketika Nabila muncul dengan kopernya. Tentu saja ia harus berangkat ke Jakarta hari ini dan bertemu dengan teman-temannya. "Papa antar kan Nabila." Nabila ingin tertawa mendengarnya. Mamanya melotot. Masih memaksa ia memanggil dengan sebutan Papa bukan Om. Nabila mendengus. Gadis itu mengalihkan tatapannya. "Makan dulu, Nabil," tutur Omanya. Perempuan itu menata piring bersama Nerish. "Makan cepetan! Mumpung banyak yang perhatian sama kamu tuh!" tutur Nerish. "Setidaknya Papamu tidak masuk penjara." "NERISH!" Mamanya memperingatkan. Nabila mengirim tatapan tajam. Ia malah memeletkan lidah. Keduanya memang masih sering bertengkar. "Maaas! Makan!" teriak Nerish. Ia memanggi
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari