Suasana di meja berubah hening seketika. Aura kelam seperti langsung mengerumuni area itu. Terlebih bagi Bram dan Antita yang tak menyangka akan bertemu seperti ini. Bagi Antita mungkin ini hanya terasa canggung tanpa tau apa masalahnya. Tapi bagi Bram, ini seperti ia tengah bermain catur yang jika ia salah mengambil langkah sedikit saja maka ia akan skak mat. "Kami udah pesan. Kamu mau pesan apa?" Tanya Yana pada Antita. Sampai menit ke lima ini ia masih terlihat tenang dan santai. Seperti tak ada masalah sama sekali. Antita menarik sudut bibirnya meski ia masih bingung. "Apa aja, nggak masalah." "Ok. Tadi kami udah pesan banyak, ada makanan kesukaan Bram juga. Kalian punya selera yang sama, kan? Soalnya Bram pernah bilang, kalau aku nggak salah.." Antita manggut-manggut. Ia meliri