3. Jadikan Alice Mata-Mata

1708 Kata
Author POV “Ada apa Alice, tiga hari ini latihanmu sedang tidak bagus seperti biasanya?” Alice terkejut dan membuka matanya mendengar suara yang sangat familiar untuknya. “Paman” ucap Alice sedikit tersenyum. Alice menggeser bokongnya dan Paman Takeshi duduk disampingnya. “Jun sudah kembali sekarang, seharusnya kamu harus lebih semangat dari biasanya” ucap Paman Takeshi. “Itu dia masalahnya Paman. Aku sedih dengan sikap Jun yang dingin padaku”  batin Alice. “Katakan apa yang mengganggu konsentrasi latihanmu?” tanya Paman Takeshi menatap burung-burung yang sedang hinggap di pohon. “Tidak ada Paman. Aku hanya sedang lelah” jawab Alice sedikit mengelak. “Jangan berbohong. Paman mengenalmu sejak bayi. Ayahmu dan Paman Yan juga sudah mengatakan kalau tiga hari ini kekuatan pengendali apimu sangat buruk” ucap Paman Takeshi. “A-aku juga tidak tahu Paman” ucap Alice menunduk. Ya, Paman Takeshi sudah seperti Ayahnya sendiri, jadi mana mungkin Alice bisa berbohong kepada Paman Takeshi. “Apa karena Jun?” selidik Paman. “Bu-bukan Paman. Bukan karena Jun” ucap Aice cepat menggelengkan kepalanya. “Lalu apa ayo ceritakan Paman akan menjadi pendengar yang baik untukmu” ucap Paman Takeshi. Alice menunduk dan terdiam. Dia tidak tahu lagi harus menjelaskan bagaimana kepada Paman? Karena Alice akui yang membuatnya tidak fokus juga konsentrasi sering buyar adalah karena Jun. Jun yang sangat dingin padanya. “Paman tahu, pasti sikap Jun padamu sekarang” ucap Paman Takeshi yang akhirnya bisa menebak isi hati Alice. Alice hanya menunduk dan terdiam. Paman Takeshi menggeserkan posisi duduknya menghadap Alice. Paman Takeshi memegang kedua bahu Alice. “Apa kalian berdua bertengkar?” tanya Paman Takeshi. “Tidak Paman” jawab Alice pelan menggelengkan kepalanya. “Lalu apa yang membuat kalian mejadi tidak akrab lagi?” tanya Paman lembut. “Itu dia Paman yang aku tidak mengerti. Semenjak Jun kembali sikapnya padaku sangat dingin. Dia seperti tidak pernah mengenalku” jawab Alice sedih. “Dasar anak nakal itu. Paman akan bicara padanya nanti” ucap Paman Takeshi. “Tidak Paman. Paman jangan mengatakan ini” ucap Alice memegang lengan Paman Takeshi. “Kenapa?” tanya Paman Takeshi bingung. “Jun sudah dewasa. Dia bukan lagi Jun yang masih anak-anak. Aku ingin Jun sendiri yang bisa merubah sikapnya padaku, bukan karena Paman. Aku ingin tahu apa Jun masih mengingat janjinya padaku dulu” ucap Alice sedih. “Alice, Jun 8 tahun di luar negeri dan waktunya dia habiskan hanya untuk belajar dan berlatih. Mungkin saja dia lupa, jadi Paman akan mengingatkannya” ucap Paman Takeshi. “Mungkin dengan Janji yang lain Jun akan lupa. Tetapi aku yakin dengan janji Jun yang satu ini dia tidak akan melupakannya. Karena setelah dia pergi kalau menghubungiku Jun ‘lah yang selalu mengingatkanku tentang janjinya itu” ucap Alice pelan dengan memandang langit. “Jun berjanji apa?” tanya Paman. “Waktu Jun berumur sepuluh tahun dia berjanji padaku, kalau dia sudah besar dia akan membawaku pergi. Jun ingin hidup bebas dan damai bersamaku. Jun juga yang selalu mengingatkanku untuk bersabar saat dia pergi” ucap Alice sedih. “Jadi kalian ingin pergi dari Green Yakuza” ucap Paman menatap Alice. “Bukan seperti itu Paman. Kami hanya tidak ingin hidup dengan terbebani dendam. Kami tidak ingin ikut campur dalam urusan kekuasaan” ucap Alice. Paman Takeshi tersenyum menatap Alice. Paman Takeshi mengusap bahu Alice. “Alice, kamu dan Jun ingin terbebas dari perebutan kekuasaan ini bukan?” tanya Paman Takeshi. Alice menggigit bibirnya dan menganggukkan kepalanya. “Kita akan semua akan bisa mendapatkan kebebasan Alice. Paman juga sudah lelah harus selalu berperang dingin dengan Himawari. Tetapi Himawari begitu licik dan dia tidak mungkin bisa berhenti sampai menguasai Momo Gumi ini” ucap Paman Takeshi. “Paman tidak adakah cara untuk menghentingkan semua permusuhan ini?” tanya Alice. “Ada Alice, tapi Paman tidak bisa melakukannya sendiri” ucap Paman Takeshi menatap Alice. “Apa itu Paman? Kalau aku bisa membantu Paman, aku pasti denga senang hati melakukannya” ucap Alice serius. “Sebenarnya memang kamu Alice yang bisa melakukannya” ucap Paman Takeshi. “Aku” ucap Alice bingung dan Paman Takeshi menganggukkan kepalanya. “Bagaimana caranya aku membantu Paman?” tanya Alice bingung. “Menjadikanmu mata-mata dan masuk ke dalam Yakuza Himawari” ucap Paman. Alice sungguh terkejut mendengar ucapan Paman. Alice saja belum tahu diaman letak Yakuza Himawari, apalagi melihat dan mengenalnya. Alice hanya membayangkan Yakuza Himawari mungkin sama seperti di Green Yakuza Momo Gumi. “Kalau Paman mempercayai aku untuk menjadi mata-mata disana, dan kalau memang ini semua untuk kebebasan kita semua aku akan rela melakukannya” ucap Alice meyakinkan dirinya. Paman Takeshi sangat terkejut dengan jawaban Alice. Paman Takeshi kira Alice tidak akan mau mengikuti rencanyanya, tetapi diluar dugaan ternyata Alice mau melakukannya. “Alice, tapi ini sangat membahayakan nyawamu kalau sampai dirimu ketahuan. Mereka sangat licik dan kejam” ucap Paman Takeshi dengan menasehati Alice. “Paman tenang saja. Paman saja mempercayaiku menjadi mata-mata dibantingkan yang lain. Berarti Paman yakin aku tidak akan ketahuan nanti” ucap Alice. “Paman tidak salah memilihmu Alice. Kamu memang wanita yang pemberani. Paman bangga padamu. Baiklah Paman akan membicarakan rencana ini kepada Ayahmu. Mulai sekarang kamu harus berkonsentrasi latihan, agar jika suatu saat ada hal-hal yang tidak diinginkan kamu dapat menggunakan kekuatanmu itu” ucap Paman Takeshi. “Baik Paman” ucap Alice menganggukkan kepalanya. Paman Takeshi menepuk bahu Alice dan tersenyum, lalu Paman Takeshi melangkah pergi. Setelah Paman Takeshi pergi, Alice menarik nafas panjang. Jujur di dalam hatinya dia juga tidak yakin bisa melakukan ini dengan benar atau tidak. Tetapi demi kebebasannya bersama Jun, Alice akan melakukan semua ini. Alice tahu kalau seandainya dia dan Jun pergi saat ini pasti Jun tidak akan tenang memikirkan Yakuza Momo Gumi. Apalagi dari yang Alice dengar Yakuza Himawari sudah mulai menjalankan rencana mereka. Malam hari Takeshi, Saburo, Jin dan Jun sudah berkumpul di dalam ruangan Takeshi. Takeshi memberitahu kalau Alice setuju untuk menjadi mata-mata di Yakuza Himawari. Ternyata hanya Jun yang tidak mengetahui ini karena siang tadi Jun tidak datang saat mereka bertiga rapat. “Aku tidak setuju Pa” ucap Jun menolak dengan keras. “Tapi Alice menyetujuinya Jun” ucap Takeshi. “Nyawa Alice menjadi taruhannya, Pa. Tidak bisakah yang lain saja menjadi mata-mata disana” ucap Jun tidak suka. “Jun, Papamu punya alasan yang kuat kenapa harus Alice yang menjadi mata-mata” ucap Saburo. “Paman juga mendukung. Alice anak kandung Paman. Paman tega kalau sampai nyawa Alice melayang di Himawari!” bentak Jun kasar. “Jun Papa tidak akan membiarkan nyawa Alice melayang” ucap Takeshi. “AKU TIDAK SETUJU DENGAN RENCANA INI!” ucap Jun kasar. Jun pun berdiri dan berbalik melangkah untuk keluar. Tanpa Jun sadari ternyata Alice sudah berdiri dan terdiam di depan pintu. Jun pun melangkah cepat, dan menarik tangan Alice untuk mengikutinya dari ruangan ini. Saburo dan Jin yang juga terkejut melihat Alice berdiri dan ingin mengejar mereka. Tetapi Takeshi langsung menahan Saburo dan Jin. “Tidak perlu dikejar. Biarkan mereka berdua” ucap Takeshi. Jin dan Saburo pun kembali ke tempat duduk mereka dan kembali melanjutkan pembicaraan rencana Takeshi. “Jun” ucap Alice yang terus mengikuti Jun. “Jun, berhentilah” ucap Alice lagi dan Jun masih tidak menghiraukannya. Jun tetap melangkah dengan mengandeng tangan Alice menaiki tangga dan menyusuri koridor. Jun membuka pintu kayu bewarna putih dan melangkah masuk lalu menutup pintunya kembali. Ternyata Jun membawa Alice masuk ke dalam kamarnya. “APA KAU GILA ALICE?” bentak Jun melepaskan tangan Alice. “Jun” ucap Alice pelan dengan mengusap pergelangan tangannya yang Jun cengkram tadi. “Apa yang ada dipikiranmu Alice, sampai kamu mau menyetujui rencana gila ini!” ucap Jun tidak percaya. “A-aku hanya ingin membuat janjimu dulu menjadi kenyataan Jun” cicit Alice menunduk. “Karena dari semua janji yang kamu ucapkan dulu, tidak ada satupun yang kamu tepati padaku. Oleh sebab itu aku yang ingin membuat janjimu yang akan membawau pergi dan hidup bebas menjadi kenyataan” ucap Alice sedih dan masih menunduk. Jun meraup wajahnya, lalu menghembuskan nafas dengan kasar. Jun menatap Alice, amarahnya tiba-tiba padam melihat Alice bersedih. Jun melangkah menghampiri Alice dan dengan kedua tangannya Jun memeluk Alice. Jun memeluk Alice dengan erat dan mengusap punggung Alice. Sebenarnya Jun ingin sekali memeluk Alice seperti ini saat dia kembali datang ke Green Yakuza. Tetapi Jun menahannya. Tidak ada satu kata pun yang mereka berdua ucapkan. Jun hanya memeluk erat Alice dan menempelkan dagunya di pundak kepala Alice. Alice yang mendapat pelukan Jun tiba-tiba sangat terkejut. Alice tidak menyangka akhirnya Jun bisa memeluknya lagi. Alice pun melingkarkan tangannya di pinggang Jun. Sejujurnya Alice sangat merindukan Jun. Hanya dengan memeluk Jun seperti ini Alice sudah senang dan dapat mengobati kerinduannya selama ini. Andai sejak awal Jun kembali sikapnya tidak dingin kepada Alice, sudah pasti Alice akan berpikir dua kali dengan rencana Paman Takeshi. Pasti Alice akan membicarakan semua ini dulu dengan Jun. Alice tidak akan mengambil keputusan sendiri tanpa Jun. “Aku merindukanmu Alice” ucap Jun pelan. “Bohong, kalau kamu merindukanku sikapmu padaku tidak akan dingin Jun” cicit Alice pelan yang menyembunyikan wajahnya di d**a Jun. Jun mengusap rambut Alice dengan sebelah tangannya lalu mengecup berkali-kali puncak kepala Alice. Merasa dadanya basah Jun melepaskan pelukannya dan memegang kedua bahu Alice. Jun menatap Alice yang meneteskan air matanya. Saat tangan Jun ingin menghapus air mata di pipi Alice, Alice langsung menyingkirkan tangan Jun. Sebelah tangan Alice merogoh saku roknya dan mengeluarkan sapu tangan putih, lalu memberikannya ketangan Jun. “Kamu masih menyimpannya” ucap Jun tersenyum melihat sapu tangan putih dengan nama Jun di ujungnya. “Ya, aku selalu menyimpan semua tentangmu Jun” ucap Alice pelan. Jun pun menghapus air mata Alice dengan sapu tangannya itu. Jun jadi teringat 8 tahun lalu dia juga melakukan hal yang sama sebelum Jun pergi. Setelah menghapus air mata di kedua pipi Alice, Jun menaikkan dagu Alice agar menatapnya. Jun menatap Alice dengan penuh kerinduan, Alice kecilnya dulu kini sudah menjadi Alice yang dewasa yang sangat cantik. Tanpa ragu Jun pun mendekatkan bibirnya ke wajah Alice dan mulai mencium bibir Alice. Alice melebarkan matanya tidak percaya Jun berani menciumnya. Alice pun merasa jantungnya berdebar lebih kencang dari biasanya dan tangan Alice langsung memeluk erat pinggang Jun agar dia tidak terjatuh.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN