5. Tes Seleksi

2176 Kata
Ternyata waktu seminggu itu adalah waktu yang sangat sedikit. Dan kini Alice sedang berdiri diantara ratusan warga yang terpilih untuk menjalani tes masuk ke White Yakuza. Alice berdiri di sebelah kiri dimana ratusan perempuan berbaris rapi mengenakan dress sederhana selutut bewarna putih. Memang tiga hari lalu Jun sudah mengajaknya pergi malam itu. Itu cara terakhir mereka, karena Jun tidak berhasil meyakinkan Papa untuk membatalkan niatnya. Alice dan Jun sudah sama-sama memasukkan baju-baju mereka ke dalam tas. Tetapi aksi mereka diketahui oleh Jin dan dengan cepat Jin melaporkannya kepada Takesi. “Tolong jaga dirimu baik-baik Alice. Aku akan menunggu kamu kembali ke Green Yakuza” Alice seketika tersenyum mengingat kata-kata terakhir Jun sebelum dia pergi dari Green Yakuza. Rasa lelahnya yang sudah satu jam berdiri dibawah teriknya sinar matahari pun menghilang hanya karena teringat Jun. Alice baru tersadar ketika melihat salah seorang pria berbaju hitam melewatinya. Dan Alice juga baru sadar ternyata sudah banyak para wanita yang tumbang karena tidak kuat harus terus berdiri dibawah panasnya sinar matahari. Ternyata ini adalah tes pertama mereka semua. Bukan hanya para wanita yang pingsan yang dibawa pergi meninggalkan lapangan terbuka ini, tetapi wanita yang mengeluarkan banyak keringat juga dibawa pergi. “Di Momo Gumi tidak separah ini dalam melakukan seleksi” batin Alice. Alice tiba-tiba merasakan keningnya mengeluarkan keringat. Dan Ketika Alice melihat ke depan, pria berbaju hitam lainnya sedang melangkah. Alice terkejut, pria itu tidak boleh melihat keringat di keningnya, karena kalau sampai terjadi pasti dia akan sia-sia. Alice berpikir kalau sia-sia tidak apa-apa berarti dia bisa kembali ke Green Yakuza. Tunggu, tiba-tiba Alice teringat ucapan Paman Takesi yang menasehatinya waktu kemarin. “Alice jangan sampai kamu gagal dalam seleksi masuk ke Himawari” ucap Takeshi. “Memang kenapa Paman?” tanya Alice bingung. “Karena setiap yang sudah mengikuti seleksi tidak akan dikembalikan ke keluarga mereka kalau gagal. Mereka akan di kirim ke Tanah Nagoya untuk dilatih agar pada dua tahun kedepan saat ada seleksi lagi mereka bisa lulus” jelas Takeshi. Alice memejamkan matanya. Dia tidak boleh gagal dan tidak mau dikirim ke Tanah Nagoya yang Alice saja tidak tahu dimana tempatnya itu. Karena kalau sampai itu terjadi dia akan lebih lama menyelesaikan tugasnya. Semakin Alice berpikir keras, keringatnya semakin bertambah, dan para pria berbaju hitam sudah mulai mendekat untuk melihat satu-persatu dari para wanita ini. Sayup-sayup Alice mendengar para wanita di bawa pergi karena baju mereka sudah basah karena keringat. Alice juga mencium bau-bau tidak enak disekitarnya. Alice masih memejamkan matanya tetapi kali ini dia bukan memikirkan kegagalan, tetapi dia berkonsentrasi. Alice dengan gerakan perlahan membalikkan telapak tangannya menghadap ke atas. Alice mengumpulkan seluruh energinya dan membayangkan seolah dia bisa menarik udara dan mengumpulkan di atas telapak tangannya. Ketika Alice sudah merasakan udara berkumpul di telapak tangannya, Alice langsung meleparkan udara itu kearah tubuhnya. Seketika Alice merasakan kesejukan di dalam dirinya. Alice masih berkonsentrasi dan membuat dirinya terasa sejuk dengan udara yang terus dia alirkan. “Buka matamu Nona” titah pria berbaju hitam itu. Seketika Alice terkejut dan membuka matanya. Alice hanya terdiam dan menatap lurus kedepan yang ternyata sudah tidak ada orang lagi. Pria itu memperhatikan wajah Alice dan menatap Alice dari ujung rambut sampai ujung kaki memastikan tidak ada keringat setetes pun. “Selamat, kamu berhasil mengendalikan dirimu. Segeralah berkumpul ke belakang bersama yang lain” ucap pria berbaju hitam itu. Alice hanya terdiam dan menganggukkan kepalanya. Seketika Alice berpikir apa benar dia bisa mengendalikan diri dan menahan keringatnya seperti warga Himawari. Alice tidak tahu, dia saja belum pernah belajar seperti itu. Alice melihat hanya ada lima puluh wanita yang berhasil dari tes ini. Dan yang membuat Alice tambah terkejut, para wanita ini sudah basah dipenuhi keringat. Alice juga melihat para pria berbaju hitam itu memberikan mereka handuk kecil untuk membersihkan tubuh mereka. Alice melangkah dengan diam dan menerima handuk dan mengekori barisan para wanita itu melangkah melewati bebatuan. Alice masih tidak mengerti apa yang terjadi, kenapa wanita itu bisa mengeluarkan keringat sebanyak itu padahal mereka saat di jemur tadi tidak berkeringat. Alice sampai di sebuah kolam batu, samping-sampingnya dipenuhi aneka bunga mawar putih. Suasana disini pun berubah sejuk. Alice masih terdiam di tempatnya sedangpan para wanita lain sudah membuka pakaiannya dan menceburkan diri mereka ke dalam kolam batu itu. “Hei, ayo cepatlah kita harus segera membersihkan diri kita sebelum tes yang kedua” ucap seorang wanita dengan tersenyum. “Iy-ya” ucap Alice. Alice pun mengekori wanita tadi ke ruang ganti. Alice membuka bajunya dan hanya mengenakan pakaian dalam. Lalu Alice melingkarkan handuk putih di tubuhnya sama seperti wanita itu. Alice masih terdiam, dia tidak tahu harus melakukan apa sebenarnya disini. “Aku Yun. Siapa namamu?” tanya wanita itu lagi mengulurkan tangannya. “Alice” jawab Alice membalas uluran tangan Yun. “Alice aku memperhatikan dirimu tidak mengeluarkan keringat sama sekali. Sudah keluarkan saja keringatmu dan jangan ditahan lagi, kita sudah lulus di tes pertama” ucap Yun dengan tersenyum. “Kalian semua bisa menahan keringat?” tanya Alice sedikit tidak percaya. “Ya, tentu saja. Sama seperti dirimu. Kalau kita tidak bisa mengendalikan air di dalam tubuh kita tidak mungkin kita bisa lulus. Kita ini suku air jadi harus bisa mengendalikan air” ucap Yun terkekeh. “Ya, benar juga” ucap Alice ikut tertawa. Alice baru sadar mereka adalah suku air, pantas saja mereka bisa tahan menahan keringat mereka. Jadi tes yang pertama adalah mengendalikan air di dalam tubuh. Paman Takeshi tidak memberitahunya tentang tes ini. Alice menjadi sedikit bingung dengan dirinya, dia merasa tidak pernah belajar mengendalikan air di dalam tubuhnya. Justru tadi Alice sangat berkeringat, dia hanya tiba-tiba merasakan kesejukan di dalam dirinya yang membuat keringat itu langsung mengeringa seketika. “Ayo Alice” ajak Yun. Sudahlah Alice tidak ingin pusing memikirkan itu.  Alice dan Yun pun melangkah menuju kolam batu dan ikut menceburkan diri mereka ke dalam air. Harum, itulh yang Alice cium dari aroma air ini. Di pinggir kolam batu ada banyak bunga Fusia, Alice mengikuti Yun mengambil kelopak bunga fusia dan menggosoknya keseluruh tubuhnya. “Aku berharap sekali, bisa lulus di tes kedua ini” Alice mendengar ucapan dari wanita di depannya. “Ya, aku juga. Aku berharap bisa melayani Tuan muda Arick” ucap wanita satunya lagi. “Tisia, kamu tahu kan Tuan Muda Arick begitu dingin. Dia tidak pernah mengambil pelayan wanita untuk pelayan pribadinya” ucap temannya. “Tenang saja, aku akan membuat Tuan Muda Arick terpesona padaku” ucap wanita yang bernama Tisia dengan sangat percaya diri. “Ya, kalau itu impianmu terserah. Aku hanya ingin masuh ke White Yakuza agar bisa membantu ekonomi keluargaku. Tetapi kalau bisa aku tidak ingin menjadi pelayan Tuan Muda” ucap wanita yang lainnya lagi. Alice pun menundukkan kepalanya. Lebih baik dia tidak mendengarkan obrolan para wanita itu. Alice segera menyelesaikan aktivitasnya. Merasa sudah segar, Alice keluar dari kolam batu dan mengambil handuknya. Sekarang semua berkumpul di sebuah dapur besar. DIsini ada 60 wanita yang lulus. Di tes kedua kali ini mereka harus memasak untuk makan siang seluruh orang-orang yang bekerja di White Yakuza. Setiap orang harus memasak 1 menu yang berbeda untuk sekitar 500 porsi. Satu persatu mengambil kertas undian berisi makanan yang akan mereka buat. Alice mengambil kertas putih dan membukanya, ‘Ramen’. Alice seketika nafasnya sedikit tercekat. Dia membuang nafasnya, bagaimana ini, selama di Green Yakuza Alice tidak pernah memasak apalagi memasak Ramen. Alice menatap para wanita lmereka semua terlihat bahagia. Alice yakin pasti mereka semua bisa memasak makanan yang mereka dapat. Alice juga melihat Yun yang tersenyum dan sedang mengambil bahan-bahan untuk dia masak. “Alice kamu dapat apa?” tanya Yun yang melihat Alice di belakangnya. “Ramen” jawab Alice. “Wow, itu makanan favorite keluarga besar. Kamu sangat beruntung Alice. Karena kalau Ramenmu enak, kamu bisa lulus dan bisa itempatkan di Imperial Kitchen” ucap Yun dengan semangat. Alice hanya tersenyum ragu. Wajah Alice sama sekali tidak ada rasa bahagianya, karena Alice saja bingung harus mengambil bahan apa saja untuk membuat ramen. “Alice kenapa wajahmu seperti bingung?” tanya Yun lagi. “Yun, apa saja yang kamu ambil untuk membuat ramen?” tanya balik Alice. “Alice, jangan bilang kamu belum pernah memasak ramen” ucap Yun pelan. Alice hanya menyengir kuda. Yun terlihat melihat kekanan dan kekiri, semua wanita sudah sibuk mengambil bahan-bahan makanan untuk mereka masak. “Kemarilah, ikuti aku. Aku akan membantumu mengambilkan bahan yang diperlukan. Tetapi dalam membuatnya kamu harus mencobanya sendiri ya. Nanti sesekali aku akan membantumu dalam meracik bumbunya” bisik Yun. “Terima kasih” ucap Alice pelan dan tersenyum. Alice pun mengikuti Yun dan mengambil semua bahan yang Yun tunjuk. Setelah semua bahan yang diperlukan sudah terkumpul Alice mulai menyiapkan semuanya. Alice sengaja memilih kompor di sebelah Yun agar Yun dengan mudah membantunya. Alice mengupas semua bawang putih, bawang merah dan bawang bombai. Alice merasa sudah mulai lelah. Kalau saja tidak ada orang Alice sudah menggunakan teknik yang diajarkan Kak Jin untuk bergerak dengan cepat. Alice melirik Yun, dia terlihat sangat sibuk. Chef pengawas juga sudah melewatinya dan semua wanita juga terlihat sibuk. Alice pun mendekatkan dirinya menempel di meja, lalu tangannya menggemgam pisau dengan erat. Sepertinya dia bisa menggunakan gerakan bayangan agar bisa segera mengupas semua bawang-bawang yang membuat matanya sakit. Alice menahan nafasnya lalu fokus dan dalam hitungan detik Alice mulai menggerakkan tangannya dengan cepat. Tanpa diketahui orang-orang, Alice sudah berhasil mengupas semua bawang-bawang itu. Selain itu Alice juga mulai menjentikkan jarinya kearah kompor yang sudah ada panic besar diatasnya. Dengan sekali jentikan jarinya, kompor itu langsung mengeluarkan api. Sesekali Yun memberitahu bum u yang harus Alice masukan. Satu jam berlalu sudah, Alice kini sudah semakin pintar dalam mengambil situasi untuk menggunakan kekuatannya. Alhasil kini Alice hanya tinggal menunggu kuah ramennya matang. Alice pun sengaja mendekat kearah kompornya, sepertinya dia harus menambah panas api agar kuah di dalam panic besar ini cepat matang. Dengan diam-diam Alice mendekatkan tanyannga kesamping panci, lalu dengan tenaga dalamnya, dia mulai mengeluarkan rasa panas tanpa api pada panci itu. Alice tersenyum ketika melihat air di dalam pancinya mulai menggola-golak. Alice pun segera menyingkirkan tangannya sebelum ketahuan orang-orang. Alice mengambil kuah dan menaruhnya ke dalam mangkuk kecil. Alice mengambil sendok dan meniup kuahnya agar tidak terlalu panas dan Alice mulai mencicipinya. Seketika Alice tersenyum kecut ketika merasakan kuahnya yang terasa sangat asin. Sepertinya dia harus terpaksa menggunakan bubuk yang Takeshi berikan. Ya, Takeshi tahu Alice tidak pandai memasak, jadi Takeshi sudah tahu ada tes memasak dan Alice tidak bisa memasak. Alice tersenyum dan mengeluarkan bubuk bewarna hijau dari dalam sakunya. Dengan gerakan cepat Alice manaburkan bubuk itu dan menunggu tiga menit agar bubuk itu meresap ke dalam kuahnya. Alice tersenyum dan mencicipi kembali kuahnya. Kali ini dia tersenyum puas. Bubuk yang Paman Takeshi berikan memang ajaib, masakan yang rasanya tidak enak seketika menjadi sangat lezat. Kini Alice sudah selesai dan dia hanya berpura-pura sibuk merapikan peralatan memasaknya, iya karena yang lain belum selesai memasaknya. Alice menatap kesamping disana ada Yun yang masih mengaduk ayam diatas kualinya. Alice melangkah menghampiri Yun dan berpura-pura tersenyum. “Yun, bagaimana masakanmu?” tanya Alice. “Sebentar lagi matang” ucap Yun dengan tersenyum. Saat Yun menoleh kearahnya, dengan gerakan cepat Alice menaburkan bubuk itu diatas kuali Yun. Ya, setidaknya ini adalah sebagai ucapan terima kasih Alice kepada Yun yang sudah membantunya. Dua jam berlalu sudah, itu tandanya waktu mereka sudah habis. Semua makanan sudah tersaji dengan dan para penghuni yang ada di White Himawari mulai menikmati makanan yang mereka ambil. Setelah itu mereka harus memasukkan koin ke kotak yang berada di depan yang tertulis menu dari makanan yang tersaji. Alice tersenyum melihat kotaknya sudah dipenuhi koin. Begitu juga dengan Yun. Tiba-tiba Alice melihat Tisia berjingkak kegirangan bersama temannya sambil menunjuk diam-diam kearah depan/ Alice pun menoleh kearah yang ditunjuk Tisia. Seketika Alice terdiam melihat di depan sana ada seorang pria bermata biru dengan tatapan dingan duduk menunggu makanan untuknya. Pria itu tidak berbicara sama sekali dia hanya diam mencicipi makanan yang disajikan untuknya. Lima makanan sudah dia singkirkan dan Alice melihat lima wanita dengan raut wajah kecewa. Alice tahu itu pasti menu makanan mereka yang ditolak. Tunggu, Alice melihat koin di kotak milik para wanita itu. Padahal koin mereka juga banyak, tetapi kenapa mereka kecewa. “Yun, siapa pria di depan sana?” bisik Alice kepada Yun. “Kamu tidak mengenalnya” bisik Yun dengan terkejut. Alice pun menggelengkan kepalanya. “Dia Tuan Muda Arick. Mau sebanyak berapapun koin yang kita dapat kalau dia tidak suka, berarti kita gagal” bisik Yun. Alice kembali menatap ke depan. Alice terkejut ketika mangkuk berisi ramen buatannya kini sudah berada dihadapan pria itu. Alice seketika mengingat lagi pesan Paman Takeshi yang membuatnya terkejut. “Ini adalah bubuk Oishi Ru. Dengan Bubuk ini makanan apapun yang kamu masak akan terasa lezat. Bubuk ini tidak berbau ataupun mengubah aroma masakanmu jadi tidak aka nada orang yang mengetahui kamu menggunakan bubuk ini. Tetapi kamu harus berhati-hati kepada Arick dia akan tahu kalau kamu menggunakan bubuk itu, karena tingkat ketajamannya sangat tinggi dibandingkan Kenzi Ayahnya. Kamu tenang saja Alice, Arick tidak pernah mencicipi masakan yang dimasak saat tes”.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN