4

1001 Kata
Suara pintu kamarnya digedor-gedor Indra dengan kencang. Malam ini dia harus menjual dirinya demi keinginan Indra yang tidak lagi berpikiran rasional. "Rosa buka pintunya," ujar Indra. "Iya." Rosa memutar kunci dan membuka pintu kamarnya. Indra sangat marah melihat penampilan Rosa yang jauh dari kata seksi. "Aku memberikanmu uang buat beli baju seksi bukan baju begitu," ucap Indra. "Menurutku ini sudah seksi Mas." "Ah, seleramu memang rendah." Indra memberikan dress pada Rosa. "Ganti bajumu dan dandan yang cantik dan sexy." Rosa jijik melihat mini dress yang sangat sexy. "Baju apa ini Mas. Ini baju kekurangan bahan seperti ini." "Pakai! Atau kamu akan lihat usaha percetakan ayahmu bangkrut." ancam Indra. "Apa-apaan kamu Mas selalu mengancam usaha ayahku. Usaha ayah sudah ada dari aku kecil." "Iya dan aku yang memberikan modal agar lebih besar bukan percetakan kecil lagi dan aku yang membuat percetakan ayahmu bekerjasama dengan perusahaan temanku. Apa kamu mau aku menarik semua modal dan menghubungi pihak-pihak yang melakukan kerja sama dengan percetakan ayahmu akan menghentikan kontrak kerja nya?" "Kamu memang licik Mas hanya demi harta warisan kamu menggorbankan aku!" "Ini juga demi kamu! Kalau aku tidak jadi pewaris keluarga Ariseto, kamu kira akan mendapatkan segala fasilitas yang kamu gunakan sekarang." "Lakukan Rosa atau kamu mau aku memberikan hukuman untukmu lebih kejam dari sekedar tamparan kemarin." "Kenapa kamu berubah seperti ini Mas. Kamu dulu tak seperti ini. Ke mana Mas Indra, pria yang kucintai, lembut, dan sangat pengertian dulu." "Aku akan kembali menjadi Indra yang dulu jika kamu hamil Rosa. Aku hanya minta kamu hamil tak ada yang lain," "Kamu jahat Mas." Rosa akhirnya menangis menahan sakit di d**a nya karena perbuatan suaminya sendiri. Indra menjadi panik. Dia benar-benar sudah kehilangan akal, dia hanya menginginkan keturunan walau nanti bukan darah dagingnya. Dia sudah berusaha tapi dia mandul dan tak ingin orang lain tau tentang kelemahannya. Dia akan sangat malu jika tidak memiliki keturunan, hanya jika Rosa hamil dan melahirkan seorang anak bisa menyelamatkan harkat dan martabatnya. Indra juga merasa lelah dengan tekanan dari ibunya. Rosa sudah tak sanggup lagi, dia tak mau hidupnya diatur oleh Indra, tapi mengingat usaha percetakan ayahnya akan dibuat bangkrut oleh Indra membuat Rosa takut. "Aku mohon Rosa... aku mohon padamu, Rosa. Aku tau kamu mencintaiku dan aku juga sangat mencintaimu, tapi kita tak bisa hidup hanya mengandalkan cinta semua butuh uang . Aku mohon padamu, Rosa," ujar Indra dengan suara lembut dan putus asa. "Baiklah aku akan memberikanmu keturunan, jangan pernah menyentuh keluargaku dan kamu jangan pernah menyesalinya." Mata Rosa melihat Indra dengan tatapan dingin. Indra tak percaya melihat tatapan Rosa yang begitu berbeda. Dia tak pernah melihat Rosa seperti itu, Rosa biasanya wanita yang lembut dan sabar. Walaupun, sebenarnya dia tidak rela Rosa bersama pria lain. Dia sangat mencintai Rosa, tapi dia sudah putus asa. Tak ada pilihan lain selain membuat Rosa hamil dan memiliki anak. Rosa kenapa kamu begitu dingin padaku sayang... aku sangat mencintaimu. Indra berkata dalam hatinya. *** Rosa datang ke sebuah club malam bersama Vira. Walaupun, dia tidak pernah ke sana, tapi demi mewujudkan keinginan Indra agar bisa hamil, dia akan melakukannya. "Nanti aku kenalkan dengan teman ku. Bentar tadi Ryan di mana ya," ujar Vira. "Tapi, Vir. Aku..." Rosa jadi ragu sendiri. "Ga apa-apa kan hanya sesuai rencana. Kamu hanya memerlukan bibit laki-laki itu aja." "Tapi, Vira kalau laki-lakinya jelek gimana?" "Ga lah. Aku akan memperkenalkan kamu sama yang ganteng, tinggi, putih mirip-mirip dikitlah sama Indra." "Tapi, Vira si Indra ga terlalu tinggi." "Ga masalah. Nanti kalau bisa punya anak ga masalah. Anak jaman sekarang kan memang tinggi-tinggi." "Iya juga sih. Tapi Vir..." "Sudahlah Rosa. Kamu dari tadi tapi... tapi... terus. Aku bosan." "Iya Vir." "Bentar aku hubungi Ryan dulu. Kamu tunggu dulu sebentar di sini." Vira mencari kekasihnya. Rosa merasa gelisah. Dia tidak nyaman mendengar suara musik yang dimainkan disc jockey yang menganggu gendang telinganya sambil matanya ikut mencari pria yang dianggapnya cukup tampan dan menarik. "Ros, Ryan ada di ruangan vvip sama temannya. Di sana ada si ganteng Bian," ujar Vira. "Bian? Siapa Bian?" tanya Rosa bingung. "Bian, temannya Ryan. Itu loh direktur baru perusahaan Marco." "Ooh yang kamu ceritakan itu. Memang kenapa Bian?" "Bian mau aku jodohkan sama kamu buat one night stand biar kamu hamil. Di jamin bibit unggul." "Terserahlah. Asal Bian ga akan tau rencana ini." "Tentu saja ga akan tau." Vira mengandeng tangan Rosa menuju ruangan vvip yang di sana ada kekasihnya, Ryan, Bian, dan beberapa teman yang lainnya. Rosa hanya menundukan kepalanya saat masuk ke ruangan vvip. "Bi, kenalkan ini teman sekaligus head editor ku," ujar Vira memperkenalkan Rosa. Rosa yang gelisah tidak mendengarkan perkataan Vira sampai Vira menyikutnya membuat Rosa tersadar. "Eh, ada apa?" tanya Rosa. "Rosa kenalkan ini Bian temannya Ryan." Vira mengulangi kata-kata lagi. Rosa mengulurkan tangannya begitu juga dengan Bian. Dia terkejut dengan Bian. "Chester," ucap Rosa tak percaya. "Kamu yang nabrak Chester kan!" Bian juga sama terkejutnya sama seperti Rosa. "Gimana keadaan Chester?" tanya Rosa berpura-pura tidak tahu keadaan anjing tersebut. "Sudah sehat." "Maaf yaa. Aku ga sengaja menabrak Chester. Aku mau tanggung jawab malah kamu sudah pergi begitu saja." "Sebenarnya bukan kesalahan kamu juga sih. Itu Chester memang aktif banget, dia lari begitu saja saat talinya lepas." "Maafkan aku." "Tidak apa-apa malah berkat Chester kita bisa saling mengenal." "Wah, kalian sudah saling kenal," ujar Vira. "Iya Vir. Ini ada suatu kecelakaan yang membuat kami saling tau," ucap Rosa. Vira mengedipkan matanya ke Rosa. Bagi Vira akan lebih mudah untuk Rosa bisa berdekatan dengan Bian dan semua tujuan Rosa bisa tercapai. Bian memenuhi semua kriteria yang diinginkan Rosa. Bian dan Rosa saling berbincang-bincang bersama sambil mereka minum-minuman yang memabukan. Akibat mereka mabuk jadi saling bermesraan dan berciuman. Rosa berpikir inilah saatnya, dia melancarkan aksinya untuk bisa tidur dengan Bian. "Aku menginginkanmu, Bian," ucap Rosa sambil membelai wajah laki-laki tersebut dengan mata sayu yang terlihat begitu menginginkannya. Bian menatap Rosa dengan sayu. Dia juga menginginkan Rosa. Rosa sangat cantik, pintar, mandiri, dan berpendidikan. Wanita yang sesuai dengan kriterianya. "Aku juga menginginkanmu, Rosa. Aku menyukaimu." Bian menarik kepala Rosa dan mencium bibirnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN